Rabu
Baiklah. Ini tak selalu berjalan sesuai mauku. Semua orang hanya tau bagaimana aku dari luar. Mereka takkan sudi mengetahui apa yang ada di balik semua ini.
Aku melakukannya karena sebuah tujuan, orang-orang bodoh banyak tanya.
Kamis
Bagaimana caranya membungkam mulut mereka semua sih? Aku akui, aku ini memang berbeda. Aku tak suka keramaian. Aku lebih memilih menyelamkan diri ke dalam pikiranku sendiri dengan headset yang melekat di kedua telingaku. Atau dengan sebuah buku novel bergenre misteri-thriller di tanganku. Atau bahkan sketsa komik yang tak jelas apa maksudnya di halaman terakhir buku tulisku. Aku melakukan itu semua untuk menghibur diriku.
Untuk membunuh waktu saat ini.
Jumat
Baiklah. Mereka keterlaluan.
Aku membersihkan rok hitamku. Seragamku yang sialnya berwarna putih ini bernoda kuning karena sebuah makanan berkuah milik anak berkacamata di depan sana. Ia sama sepertiku, memiliki dunia sendiri dan selalu menyendiri.
Yah, setidaknya kami tau cara menikmati dunia kami sendiri tanpa menganggu orang lain.
Wanita berambut panjang dan terlihat cantik itu, bernama asli Jeon Heejin-Oh tidak, aku sudah sangat membencinya sampai harus jijik untuk menuliskan namanya-dan anteknya, Kim Hyunjin itu selalu membuat onar. Sebenarnya, itu semua ulah Heejin. Hyunjin-yang aku rasa tampak sangat bodoh karena mengikutinya terus-hanya mengekori.
Aku ingat betul alasan dia menumpahkan makanan berkuah kuning itu di seragamku,
"Aku suka menggambar akhir-akhir ini. Dan sialnya, aku kehabisan kanvas," Dan Hyunjin tertawa.
Aku hanya memasang wajah datarku. Aku ingin melawan. Insting hewanku ingin menerkamnya, mencakar wajah yang selalu ia gunakan untuk menjaring lelaki. Aku hanya menatap ke depan, ke arah gadis berkacamata itu, Park Gowon.
Ia menunduk. Entah sedih karena melihatku begini, atau sedih karena makanannya telah dibuang sia-sia.
Lain kali, aku akan membunuhnya.
Sabtu
Kami bertemu di perpustakaan. Lagi. Aku ingin mencari sebuah buku yang sebenarnya sedikit tidak cocok untuk usiaku. Bukan, bukan novel dewasa.
Saat hendak mengambil sebuah buku bersampul hitam-ungu yang terletak di tiga rak di atasku, aku dikejutkan seseorang yang menarik rambutku.
"Oh hei, Olivia," Heejin menyapaku. Senyumnya sangat cantik-tapi lebih terlihat seperti hendak mengejekku. Dia membawa beberapa tumpuk buku yang terlihat tebal. Hei, aku tak tau bahwa akhirnya dia melakukan sesuatu yang berguna.
"Apa yang kau lakukan disini, Son Hyejoo?" Aku mundur.
Bukan. Aku bukannya takut waktu itu.
Tanganku sudah mengepal. Aku tidak ingin terkena masalah di sini.
"Hei, kita ini teman kan?"
Yah, aku memutuskan untuk beranjak dari situ.
2-0 untuknya.
Senin
Akhirnya, kedudukan berubah menjadi 2-1.
Tidak, aku rasa aku pemenangnya.
🔁🔁🔁
Seorang gadis berinisial SHJ, diduga menjadi pelaku dalam kasus pembunuhan yang melibatkan seorang gadis berinisal JHJ. Teman korban, KHJ masih tak bisa menjawab pertanyaan apapun dari polisi. Diperkirakan, ia masih sangat syok saat melihat jasad teman sekelasnya yang dimutilasi dan di simpan di dalam kulkas di rumahnya.
SHJ, yang ternyata seorang siswa yang dikenal introvert itu sudah ditangkap. Dari kediamannya, ditemukan sebuah buku yang ia gunakan sebagai jurnal setiap harinya.
Polisi belum menyimpulkan apapun tentang kasus itu.
🔁
"Jika ingin membalas dendam, ajaklah aku..."