[EXO•CY•]-The Dimples

152 12 2
                                    

"Hei, jangan murung terus," Suara berat itu menginterupsi lamunanku. Hei, tolonglah. Aku sedang tak ingin diganggu saat ini.

"Akan kubelikan tteokbbokki," Kata pria di seberang sana. "Jika kau keluar, mengintip sedikit saja,"

Baiklah, tawarannya cukup baik. Tubuhku butuh makan. Aku sudah menahan lapar sejak kemarin. Tubuhku makin lemah, namun air mataku tak bisa berhenti.

"Aigoo, kenapa kau jelek sekali?" Aku cemberut.
"Jangan cemberut. Senyumlah. Kau cantik saat lesungmu terlihat," Katanya. Ia juga tersenyum, menampakkan lesungnya, lalu memegang tanganku dan meletakkan di lesungnya itu.

"Begini, cobalah," Karena kekonyolannya, aku tersenyum. Sambil menangis.

Tamparan keras bagiku, karena aku sudah berniat untuk tak mendekati lelaki lagi.

****

"PARK CHANYEOL! Apa yang kau lakukan dengan kertas-kertas ini?!" Kakiku menginjak kertas-kertas berwarna-warni di lantai kamarnya. Seakan berbanding terbalik dengan warna meriah kertas kertas itu, lelaki bertubuh besar itu terduduk di tengah. Menatap lesu ke lantai.

"Wae? Ada yang bisa kubantu? Kau terlihat lelah,"

Dia menggeleng. "Ani, Aku bodoh," Katanya. Sedikit tertawa hambar.

Aku bingung.

"Chaekyung memutuskanku,"

Ah, kekasihnya. Dia dan gadis itu sudah menjalin hubungan cukup lama. Chanyeol sangat menyukainya. Budak cinta, itu yang sering kujuluki untuknya. Ia rela melakukan apapun untuk gadis bermata lebar itu, yang bahkan terkadang aku lihat apa yang Chanyeol terima tak sebanding dengan apa yang ia beri.

Chanyeol selalu menyuruhku untuk tidak selalu berpikiran buruk tentang pacarnya. Chaekyung tidak seperti itu, selalu itu yang ia katakan. Sebagai sahabatnya, aku hanya bisa mengangguk dan mendoakan yang terbaik untuknya.

Menjadi sahabat seorang Park Chanyeol saja sudah berat. Mengapa? Bayangkan saja kau harus bersama dengannya sepanjang waktu. Makan bersama, pergi sekolah bersama-walaupun akhir-akhir ini dia sering berangkat dengan Chaekyung yang beda sekolah dengannya. Ia juga merupakan pria yang sempurna. Tampan, tinggi semampai, piawai dalam bermain musik, dengan suara bagus pula. Sungguh belum beruntung orang-orang dari perusahaan hiburan belum menemukan bakat seperti Chanyeol.

Aku sering membantah tentang perasaanku padanya. Aku tidak menyukainya. Aku tidak pantas untuknya. Dia sangat sempurna untukku. Itu yang sering aku gumamkan dalam hati. Chanyeol terlalu perduli padaku, sampai rasanya aku ingin memukul jantungku agar tidak sering berdetak kencang saat retina kami bertemu.

Selain itu, Chanyeol juga sudah memiliki kekasih. Hatinya sudah dikunci oleh oranglain. Aku hanya bisa pasrah saat gadis itu menggandeng lengan kekarnya-walaupun itu juga sering aku lakukan padanya. Aku sudah lihai dalam hal menahan tangis.

Karena aku sangat menyukainya.

*****

Chanyeol mengajakku ke taman bermain hari ini. Ia butuh hal yang dapat membuatnya lupa tentang gadis itu. Alasan ia diputuskan juga karena ia melihat gadis itu berselingkuh-gadis itu marah dan memutuskannya. Aku tak mengerti.

"Naik rollercoaster, bagaimana?" Aku mengangguk saja. Aku paham lelaki ini hanya ingin puas berteriak.

Setelah puas dengan teriakkannya, ia muntah. Lalu minta naik wahana lain lagi.

CROQUISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang