"Mau sandwich?"
Alisku berkerut, "Tidak ada nanasnya kan?"
Lelaki di sebelahku tertawa, "Apakah ada nanas di sandwich?"
Aku tertawa. Sekolah sudah sepi, dan kami merasa damai. Tidak, jangan berpikir yang tidak-tidak. Aku dan Kyungsoo tidak akan mengecewakan orangtua kami.
"Lee Hyeri," Panggilnya. Aku melirik.
"Resmikan hari ini. Aku mau hari ini." Katanya lagi. Aku tau apa maksudnya, namun aku berpura-pura bodoh.
"Apanya?"
Dia tersenyum, manis sekali. "Baiklah, aku ulangi. Maukah kau, Lee Hyeri-ssi, menjadi pacarku? Jawablah sekarang. Aku terus bermimpi melihat jurang. Kau mau aku mati?"
"Mungkin aku akan menunggumu sampai tergantung di tepinya," Jawabku. Dia memohon. "Baiklah, Do Kyungsoo-ssi. Jangan kecewakan aku."
Dengan nada menggoda, "Kau menerimaku?"
Sial sekali lelaki ini, mukaku merah tau."Ya, selamat."
🌻🌻🌻
Memang aneh jika aku, wanita yang biasa saja bisa dekat dengan pria berwajah lucu ini. Do Kyungsoo. Aku telah menyelamatkan hidupnya. Itulah yang kupikirkan saat masih anak-anak.
Kyungsoo kecil sangat bodoh. Dia benar-benar mudah ditipu. Jika saja aku tak melempar sebuah batu besar ke van hitam itu, dia mungkin sudah dijual ke luar negeri sekarang.
Mulai saat itu, aku dan Kyungsoo berteman.
Kami masuk SD yang sama, SMP kami berpisah—namun Kyungsoo meminta pindah saat itu dan jadilah ia di sekolah yang sama lagi denganku. Sekarang pun sama, bahkan sebangku. Rumah pun bersebelahan.
Sakit rasanya saat kau berjalan bersamanya, namun kau tak dianggap ada. Setiap hari aku menahannya. Para siswi di sekolahku selalu menitipkan sesuatu padaku, untuk diberikan pada Kyungsoo tentunya—walaupun berakhir di perut penjaga sekolah.
Kyungsoo selalu meyakinkanku untuk berjalan beriringan. Bukan salahku untuk minder disebelahnya. Dia selalu menggenggam tanganku, lalu memelototiku. Aku hanya tertunduk, karena para gadis membuat tatapan liar padaku.
"Kyungsoo-ya, siswi-siswi di sini menggangguku," Kataku yang sudah tak tahan dengan situasi. Kyungsoo kaget. Matanya melotot. Lucu.
"Benarkah? Baiklah," Katanya. Aku hanya mengangguk. Merasa salah karena sudah keceplosan.
Besoknya, Kyungsoo mengumumkan kepada semua—sekali lagi kepada semua orang di sekolah bahwa dia menyukaiku. Mereka semua kaget. Bahkan ada yang pingsan. Termasuk aku. Aku pingsan karena saat kabar itu tersebar, seorang siswi menyerangku dengan brutal. Dia gila.
"Kau tak apa?" Tanya Kyungsoo saat mataku terbuka. Kepalaku berdenyut. Aku hanya mengangguk.
Cup
Aku berani bertaruh wajahku sangat merah sekarang. Kyungsoo gila. Dia mencium dahiku. Dia gila. Bagaimana jika aku pingsan lagi?
"Hahaha wajahmu merah," Dia tertawa. Aku memukul kepalanya lumayan keras. Dia kesakitan.
"Kyungsoo-ya aku minta maaf, sangat sakitkah?"
Dia meringis, "Ya ini sangat sakit, aku bahkan lupa siapa kau. Tapi, kau cantik." Katanya. Dia benar-benar gila ya?
"Hei, aku berpikir, kenapa kita tidak berpacaran saja?" Katanya lagi. Aku benar-benar bingung, kenapa orang ini?
"Baiklah, Lee Hyeri-ssi, maukah kau menjadi pacarku?"
Wajahku memerah, otakku memaksa untuk merespon pertanyaan lelaki ini. Dengan terburu-buru, aku
Lari dari ruang kesehatan.
🌻🌻🌻
"Ah, akhirnya kau menerimaku," Katanya. "Haruskah aku terus memberimu sesuatu agar kau mau denganku?" Sambungnya lagi.
"Ya, mendapatkanku tak mudah. Kau harus berjuang,"
Dia tertawa kecil, "Ya mungkin kau benar. Ah, aku lupa. Aku ada sesuatu untukmu," Katanya. "Tutup matamu, ini sangat rahasia. Kau akan senang." Pintanya.
Aku menutup mata. Sekitar 5 detik tidak terjadi apa-apa, namun tak lama ada sesuatu yang mengagetkanku. Sesuatu yang bahkan tak pernah kubayangkan—walau sering kudambakan.
Kyungsoo mengambil ciuman pertamaku.
Sekitar 5 detik, dia berusaha memberitahuku bahwa dia mencintaiku. Ah, kami masih SMA yang bahkan tak terlalu tau apa itu cinta.
Aku tak membalas. Hanya pasrah. Wajahku memanas. Jantungku bahkan ingin meledak sekarang. Aku melepaskan diriku darinya. Suasana menjadi canggung.
"Beli eskrim?" Katanya. Aku mengangguk.
Kyungsoo berhenti sejenak, lalu menatapku, "Ah, Hyeri-ah, terimakasih."
🌻🌻🌻