Game

9 3 3
                                    

Terkadang aku berpikir tentang nasib dan takdir.

Keduanya memiliki hubungan erat. Dan berkaitan. Menurutku.

Tapi aku merasa mengikuti alurnya tanpa membawa rencana, akan terasa tidak seru.

Maka aku harus memainkannya lebih seru.

*********

Seorang anak laki-laki sedang menatap datar gadis yang sedang lahap memakan bekalnya. Ia tersenyum kecut. Tak lama, ia melihat sosok kakak perempuannya datang dengan nafas tersenggal dan wajah penuh peluh.

"Kau, oke?" Tanya Kris.

"Ya, ASTAGAAAA!!!" Teriak gadis itu. Membuat perhatian orang teralih sesaat di kantin.

"Bagaimana bisa kita bertemu lagi disini, ya tuhan, baru 2 minggu tapi aku sudah rindu padamu, dasar!" Oceh Deara sambil memeluk sahabatnya itu.

"Astaga. Aku juga rindu padamu. Maaf. Ponselku rusak. Hari ini akan ganti mungkin, ayo makan" timpal Hyerin.

"Hentikan, kalian terlihat menjijikkan. Aku selesai, duluan" sahut Kris lalu berlalu ke kelasnya.

Sementara itu, Deara dan Hyerin masih asyik mengobrol. "Kau baik-baik saja kah?" Tanya Hyerin.

"Ya, kenapa?" Sahutnya sambil mengunyah.

"Kau terlihat sedikit berantakan dan kacau. Ada masalah?" Tanyanya panik.

"Gwenchana. Kajja, kita makan saja" ucap Deara.

Deara pov

Bel istirahat berbunyi. Aku membuka ponsel dan melihat notif. Dan ada notifikasi dari Kris. Tumben.

Kris: ya!

Deara: apa?

Kris: kau ingat Hyerin?

Deara: kenapa?
Deara: ingat...

Kris: dia di kelasku. Sekolah disini. Datanglah ke kantin sekarang. Kami makan bersama. Temani. Aku akan pergi.

Deara: tunggu aku!

INI GILAAA!!! AKU MERINDUKANMU, HYERIN.

Aku berjalan dengan tergesa di koridor. Hingga tanpa sadar menabrak seorang anak laki-laki. Juniorku.

"Ya! Dimana matamu?" Bentaknya. Padahal aku kakak kelasnya.

"Maaf. Aku buru-buru. Aku tak sengaja. Biarkan aku pergi" ucapku datar.

"Baiklah. Aku maafkan karena aku memiliki kepentingan. Kutandai kau. Dasar gadis arogan!" Teriaknya. Dasar tak tahu malu!. Aku ini seniornya. Lagi pula, sudah minta maaf.

Aku berjalan ke arah kantin. Semua tatapan sinis mengarah kepadaku. Apa yang salah?. Lalu tiba-tiba park junyeong menghampiriku.

"Hey, gwenchanayo?" Tanyanya.

"Aku baik-baik saja, aku buru-buru tadi. Ada urusan. Permisi" ucapku.

MY DIFFERENT CHANCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang