Dilan-Milea

5.9K 667 25
                                    

Damm!

Gue ngebanting pintu sekeras kerasnya waktu udah sampai rumah. Hari ini gue dalam keadaan marah, sedih, dan takut. Dan ini tentunya ada kaitannya sama kejadian tadi. Gara-gara dia gue memilih untuk bolos.

Herin sialan.

"Kina, k-kok? What happen?" tante Dara kaget banget waktu gue masuk ke dalam rumah ini. Wajar, gue masuk dalam keadaan wajah yang basah oleh air mata, dan waktu yang gak seharusnya. Saat ini seharusnya gue belum pulang sekolah.

Waktu gue lari dari Herin tadi, gue masuk ke kelas ambil tas, dan setelah itu gue langsung pulang tanpa menjawab seribu pertanyaan nya di lontarkan oleh temen temen gue.

Tak menjawab pertanyaan tante Dara, kaki gue seakan lemas. Gue jatuh terduduk di lantai.

"Kina! Ya ampun, kamu kenapa?" Tante Dara langsung pegang kedua bahu gue, saat gue udah jatuh.

Namun bukannya menjawab, gue malah nangis kejer di depan dia. Tapi hal yang dilakuin tante Dara bikin gue kaget. Dia meluk gue. Gue bisa rasain kalau pelukan itu tulus. Eumm.... seperti pelukan seorang ibu terhadap anaknya. Seketika gue luluh. Kasi sayang dari seorang ibu lah yang gue butuhin sekarang.

Semenjak gue masuk rumah sakit dan hingga sekarang, sikap tante Dara bener bener beda terhadap gue. Dia yang biasanya cuek, tapi sekarang dia perhatian banget sama gue. Gue luluh sama perlakuannya dia. Ntah kenapa, rasa benci itu lama lama hilang dari hati gue.

"Kamu jangan nangis terus. Jangan buang air mata kamu hanya karena masalah yang udah nyakitin kamu. Air mata kamu itu berharga, karena kamu udah cukup sedih selama ini." Kata tante Dara lembut. Dia usap rambut gue pelan.

"Kenapa selalu ada orang yang nyakitin aku? apakah hidup aku sejahat itu? Aku juga mau hidup bahagia kaya tante sama Shuhua!" jawab gue.

"Ngga ada orang yang benar benar bahagia di dunia ini. Tuhan menciptakan makhluk nya dengan kebahagiaan serta ujian yang masing-masing berbeda. Kamu terlahir ke dunia ini berhak untuk bahagia. Masalah adalah ujian, jalan hidup kamu yang udah ditentukan tuhan sebelumnya. Dan sekarang kamu menghadapi ujian itu. Jangan terlalu larut dalam tangisan. It will killing you"  jelas tante Dara.

"Sekarang kamu istirahat. Tenangkan pikiran kamu." ujar tante Dara.

***

Tap tap tap

Langkah kaki gue yang begitu terdengar, saat gue turun tangga, semua orang dirumah ini pada liatin gue.

"Apasi liat liat?" Jawab gue yang risih terhadap sikap mereka.

"Kamu ada masalah apa? Tadi mama kamu cerita tentang kamu." tanya papa yang jalan mendekati gue. Jujur, waktu gue dirawat dirumah sakit, papa gak pernah hadir waktu itu. Bahkan gue baru liat papa untuk pertama kalinya setelah gue keluar dari rumah sakit baru sekarang. Iya, baru sekarang. Saking gilanya kerja, ampe lupa sama anak sendiri.

Gue gak jawab pertanyaan papa, efek ngambek juga sih. Malahan gue natap apa jutek gitu. Tapi itu gak masalah sih buat papa. Toh papa tau kalau ini sikap asli gue. Gue dari kecil kalau ngambek pasti kek gini.

"Nak, jangan terlalu dingin sama papa."

Gue terdiam sebentar, lalu natap papa. Emang seharusnya sikap gue ngga kaya gini. Sejahat apapun dia sama gue, gue ada di dunia ini karena dia.

"Aku ada masalah, dan itu berat banget bagi aku." jawab gue sembarangan, eh emang sih sebenarnya. Di bully itu masalah yang berat.

"Cerita ke papa, siapa tau papa bisa bantu." jawab papa. Gak mungkin banget gue bilang ke papa kalau gue di bully adek kelas yang namanya Haerin karena dia cemburu gue deket sama Jeno. Gue kesannya kek bocah sd gitu yang apa apa ngadu ke orang tua.

You Hate Me   ✔Na Jaemin [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang