~•~•~•~•MY BAD BOY•~•~•~•~
~•°mulai akrab•°~
Waktu yang ditunggu-tunggu murid SMA Darmantara telah tiba. Bel pulang sekolah terdengar merdu di telinga mereka. Loren pun tak kalah bersemangat dengan kedua sahabatnya yang sudah tidak sabar untuk pulang. Loren memasukkan bukunya ke dalam tas bewarna tosca tersebut.
Setelah mereka sudah membereskan semuanya, mereka berjalan beriringan menuju gerbang sekolah. Nesya sudah dijemput oleh papanya, dan Jenny sudah dijemput oleh kekasihnya dari sekolah lain. Tinggallah Loren sendiri menunggu Daffa yang belum keluar.
Tak lama, Daffa datang dengan satu temannya. "Dek, gue mau kerja kelompok di rumah Tomy. Lo mau ikut atau pulang duluan?" tanya Daffa.
"Ish masak gue minta jemput supir lagi. Gue males tau gak" ujar Loren sambil mengerucutkan bibirnya.
"Yah gimana lagi, gue langsung ke rumah Tomy habis ini" ucap Daffa.
Datanglah Barra dkk menghampiri Daffa dan Loren. "Kenapa kak Daf?" tanya Barra.
"Ini adek gue gak mau pulang sama sopir. Maunya sama gue, tapi gue ada kerja kerja kelompok di rumah Tomy" jelas Daffa.
"Yaudah adek lo bareng gue aja" ucap Barra enteng sambil memasukkan kedua tangan ke dalam saku celana abu-abunya.
"Gak! Gak gak! Gue gak mau!" tolak Loren.
"Udah ikut aja, gue tau kalau Barra itu baik" ucap Daffa meninggalkan Loren yang masih berdiri disana.
Loren menghentakkan kedua kakinya karena geram dengan Daffa. Bangke!Awas lo bang, lo menjerumuskan adek lo ke kandang ular yang berbisa! Gue tu gak mau sama Barra, gue mau sama lo bang. Dasar abang laknat, awas aja lo dirumah batin Loren.
Gadis itu menoleh ke arah Barra yang sedang tersenyum smirk. "Ayo" ajak Barra sambil berjalan, disusul oleh Loren dan ketiga teman Barra.
"Lo bertiga duluan aja, gue ada urusan bentar" ucap Barra menaiki motor yang bewarna merah tersebut. Loren masih berdiri mematung di belakang Barra.
"Ayo naik" ucap Barra.
"Awas lo" ancam Loren dengan lirikan tajamnya kepada Barra. Barra hanya mengulum senyum melihat Loren yang agak susah menaiki motor besarnya itu.
Loren akhirnya bisa dan duduk di belakang Barra. "Udah, nunggu apa lagi?" tanya Loren dengan polosnya.
"Pegangan" ucap Barra.
"Gak gue gak ma______uuuuu"
Barra sudah mengegas motor besarnya dengan cepat dan otomatis Loren langsung berpegangan ke pinggang Barra. Barra mengulum senyum melihat wajah Loren yang ketakutan dari spion motornya.
"Lo kalau cari mati, jangan ajak-ajak gue. Gue masih masih belum nikah" ujar Loren yang masih berpegangan di pinggang Barra.
"Hahahahaha, rasain tu. Jadi cewek itu nurut dikit kek, suruh pegangan gak mau. Trus yang kena marah gue. Emang cewek selalu benar" ucap Barra dengan tertawa kecil.
Loren diam tak mengubris Barra. Loren menoleh ke arah jalanan dan menikmati angin sore yang menyejukkan. "Rumah lo dimana?" tanya Barra membuyarkan kesunyian diantara mereka.
"Di perumahan Marta nomor 54" jawab Loren dan diangguki oleh Barra.
Tidak seperti biasanya Barra baik dengan seseorang, apalagi wanita. Semenjak kejadian yang kelam itu, Barra tidak lagi akrab dengan wanita. Sebenarnya sifat Barra tidaklah pemarah, Barra juga memiliki sifat empati dan baik di dalamnya. Tetapi, Barra menyembunyikan kebaikannya sendiri dengan sifat pemarahnya.
Loren tertidur dengan kepala yang menempel ke pundak Barra. Barra yang melihat itu hanya tersenyum. Wajah Loren yang tenang dan polos ketika tidur, berbeda dengan wajah judesnya ketika sadar.
Tak lama, mereka sampai di depan rumah Loren yang tertutup. Barra menggendong Loren menuju pintu rumah. Barra menekan bel, tapi tidak ada yang menjawab. Dengan terpaksa, Barra memasuki rumah Loren yang tidak dikunci. Barra menidurkan Loren di sofa depan. Ia tidak tega membangunkan Loren yang nyenyak. Mungkin karena letih, atau sakit gegara kejadian tadi pagi.
Barra duduk disamping Loren dan menunggu kedatangan Daffa. Tetapi, sudah satu jam Barra menunggu tapi tidak muncul. Akhirnya Barra pun tertidur di sebelah Loren. Mereka tertidur dengan nyenyak.
Tak selang beberapa menit Daffa datang. Daffa mengulum senyum melihat wajah Loren dan Barra yang polos ketika tidur. Daffa pun tidak membangunkan mereka dan berjalan menuju dapur.
Tak lama, Loren terbangun dan menguap kecil. Loren melotot melihat Barra tidur disampingnya. Loren pun tidak tega membangunkannya. Tetapi ketika Loren hendak berdiri, Barra menarik Loren hingga jatuh dipangkuan Barra.
"Lo udah bangun?" tanya Barra.
"Menurut lo, gue udah buka mata dan bicara gini masak lo pikir tidur. Yah bangun la" jawab Loren.
Daffa menghampiri mereka sambil membawa sebuah Pizza di tangan kanannya. "Wettss gue ganggu ya? Terusin aja pacarannya. Ini gue beliin pizza, gue mau ke kamar dulu. Kalya lagi di rumah kakek" ujar Daffa meninggalkan Loren dan Barra yang masih tetap posisinya.
Loren langsung berdiri dan duduk disebelah Barra. Mereka berdua makan pizza sampai ludes. Entah karena lapar, atau apa. "Lo gak pulang?" tanya Loren judes.
Barra terdiam sejenak. "Ngusir nih ceritanya?" tanya Barra balik.
"Iya, gue ngusir. Udah sono pulang. Makasih anterannya" ujar Loren mendorong Barra keluar pintu.
Barra menaiki motor besarnya dan masih melihat Loren yang menunggu Barra pulang di depan pintu. "Gue pulang" ucap Barra yang perlahan menghilang dari hadapan Loren. Loren hanya tersenyum tak sadar. Kemudian gadis itu masuk ke dalam rumahnya.
Loren menghempaskan tubuh idealnya di atas ranjang kamar yang bernuansa tosca. Memang Loren paling suka dengan warna tosca. Hampir seluruh barang-barang yang ia sanyangi bewarna tosca. Loren masih menatapi dinding kamar. Ia masih memikirkan kejadian tadi bersama Barra. Entah kenapa kejadian itu terulang-ulang dipikiran Loren. Hingga Loren tertidur dengan pulas di atas ranjangnya.
~•°o0O0o°•~
Sinar matahari menusuk kedua mata Loren hingga gadis itu terbangun. Loren menguap kecil dan beranjak dari ranjangnya ke kamar mandi. Loren dan Daffa hanya berdua di rumah yang sangat besar ini. Kedua orang tua Loren masih belum pulang dari tahun lalu. Diperkirakan 2 bulan lagi orang tuanya akan pulang dan menyirnakan kesunyian keluarga Maymac.
Setelah keluar dari kamar mandi, Loren berganti seragam dan menata rambutnya. Tanpa polesan make up sedikitpun, Loren tetap cantik dan menggemaskan. Gadis itu menuruni anak tangga rumahnya dan menghampiri Daffa yang tengah duduk di sofa depan.
"Bang, lo gak sarapan?" tanya Loren sambil mengikat tali sepatunya yang agak longgar.
"Udah tadi. Sekarang lo makan, gue anter ke sekolah" ucap Daffa dan diangguki oleh Loren
Tak butuh waktu lama, Loren telah menyelesaikan sarapannya. Saat Daffa tengah mengambil tasnya yang ada di kamar, Barra masuk ke dalam rumah Loren.
Loren melotot melihat Barra yang ada didepannya. "Ngapain lo disini?" tanya Loren.
"Jemput lo" jawab Barra singkat.
Tak lama Daffa keluar dari kamarnya. "Woyy ada Barra, lo mau jemput adek gue ya? Yaudah sono berangkat. Gue ada urusan bentar" ujar Daffa meninggalkan mereka yang masih mematung di ruang depan.
"Ayo" ajak Barra sopan.
Loren pun hanya pasrah dan mengikuti kemauan Barra serta Daffa.
Awas lo bang! Nanti pulang sekolah gue hajar lo habis-habisan! Batin Loren.~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~°~
KAMU SEDANG MEMBACA
My Bad Boy
Fiksi Remaja"Lo?! Kalau punya mata itu di pakai, gak semaunya nabrak orang!" teriak Barra dengan penuh emosi. "Kan gue udah minta maaf, gue kan juga gak sengaja" jawabnya juga tidak mau kalah dengan Barra. Barra mendengarkan apa yang diucapkan gadis tersebut. R...