3 - Lee Taeyong

12.3K 909 24
                                    

"Kalau begitu aku hyung mu hanya satu tahun. Namaku Taeyong, kau bisa memanggil ku Hyung mulai sekarang. Atau kau nyaman jika hanya memanggilku Taeyong, aku tidak terlalu memperhatikan formalitas." Jelas Taeyong mencoba membuat Jaehyun lebih nyaman padanya.

"Baiklah Hyung."

"Nah itu lebih bagus." Ujar Taeyong

***

Beberapa hari ini Jaehyun tinggal bersama Taeyong, ia memperhatikan bagaimana Taeyong menjalani hari-harinya. Dimulai dari mengurus kuliahnya lalu mengatur usahanya, ia juga sangat perhatian dengan semua pekerjanya. Sedikit yang Jaehyun sadari, suasana rumah ini begitu hangat karena dia.

Jaehyun sebenarnya ingin izin untuk pergi meskipun ia tak tahu mau kemana, tapi ia merasa hanya menjadi penumpang gratis disini bahkan pelayan pun masih memiliki pekerjaan untuk dilakukan. Namun, Taeyong selalu mengalihkan pembicaraan saat ia mulai membahas hal itu.

Di tambah lagi, Taeyong tak pernah menanyakan sedikit pun tentangnya. Asal usul atau bahkan apapun selain namanya saat itu. Apa pria cantik ini tak sedikit pun curiga padanya?

"Hyung, pekerjaanmu apa?" Tanya Jaehyun tiba-tiba saat mereka sedang makan malam.

"Hm, hanya mengurus usaha sederhana. Masih dalam proses berkembang." Jawab Taeyong.

"Lalu kenapa kau kuliah saat bekerja? Apa penghasilanmu cukup untuk membayar semua pekerja disini?" Tanya Jaehyun lagi.

"Rupanya kau sudah banyak memperhatikan. Aku bekerja karena keinginanku sedangkan aku kuliah karena orang tuaku. Semua pengeluaranku diurus oleh keluargaku selain usahaku tentunya." Balas Taeyong sambil tersenyum.

"Apa orang tuamu tidak peduli denganmu dan hanya mengirim uang?" Tanya Jaehyun antusias kali ini. Jaehyun terdiam sejenak memperhatikan ekspresi Jaehyun.

"Tidak, tidak.. Mereka justru sangat memperhatikanku, makanya mereka meletakkan begitu banyak pekerja disini. Aku kuliah disini sendirian, dan mereka memintaku untuk langsung terjun mengurus perusahaan. Tentu aku menolak, aku belum sanggup menanggung sekian banyak nasib orang-orang yang bekerja dibawahku. Makanya aku memulai usaha disini, aku mengumpulkan pengalaman dari awal. Agar setelah kuliah aku sanggup berdiri menggantikan ayahku." Jelas Taeyong dengan santainya.

"Hmm.. Kau sangat baik, Hyung. Aku kagum padamu." Ujar Jaehyun kemudian.

"Well, kalau begitu berhentilah membicarakanku. Bagaimana kalau kita mulai membicarakanmu?" Ujar Taeyong, ia sengaja secara perlahan membuka diri agar Jaehyun juga begitu.

"Tidak ada yang istimewa dariku, Hyung." Jawab Jaehyun dengan mata tersenyum namun jelas banyak yang disembunyikannya.

Taeyong menghela nafas menyadari Jaehyun belum juga membuka diri.

"Baiklah, jika kau tak ingin sukarela bercerita. Kalau begitu biar aku yang bertanya,kenapa keadaanmu begitu menyedihkan saat pertama kali kita bertemu?" Tanya Taeyong lagi.

"Aku dibenci teman-temanku." Jawab Jaehyun singkat.

"Dan kau membiarkannya?"

"Percuma jika aku melawan, mereka akan semakin semangat menyiksaku." Jawab Jaehyun pasrah.

"Hm, bagaimana dengan orang tuamu? Apa mereka tahu?" Tanya Taeyong lagi.

"Mereka hanya peduli yang penting aku masih hidup, mereka hanya mengirim uang setiap bulannya. Aku juga tinggal di asrama." Jawab Jaehyun lagi, ia tak ingin cerita. Tapi ia hanya menjawab sesingkatnya.

"Apa kau ingin kembali? Dimana  sekolahmu?" Tanya Taeyong serius.

"Bagaimana bisa, aku sudah kabur dari asrama beberapa hari. Jika aku kembali, aku pasti sudah dinyatakan DropOut." Jawab Jaehyun berusaha tenang, dalam hatinya ia khawatir sekali dengan kelanjutan hidupnya.

Ia tak mungkin menghubungi orang tuanya, sudah jelas mereka tidak akan peduli apalagi dengan anak DropOut sepertinya.

"Dimana sekolahmu? Aku bisa membantumu sebisaku." Ujar Taeyong melihat kecemasan dalam mata Jaehyun.

"Tidak perlu, Hyung. Kau mengizinkanku tinggal disini beberapa hari sudah sangat berarti bagiku. Aku tidak mungkin makin merepotkanmu, aku juga berencana pergi setelah ini." Tolak Jaehyun.

"Aku bertanya, dimana sekolahmu?" Ujar Taeyong lagi mengabaikan Jaehyun.

"Stanless Academy." Jawab Jaehyun pasrah.

"Oh? Sekolah itu cukup terkenal karena banyak prodigy dari sana. Lalu kenapa kau bisa dibenci disana? Apa kau masuk karena uang?" Lanjut Taeyong karena tak mengerti sekolah elite seperti itu masih terjadi pembullyan.

"Sebaliknya, mereka membenciku karena aku terlalu pintar." Senyum Jaehyun, pertama kalinya ia percaya diri akan suatu hal.

"Heol~ Aku tak menyangka kau bisa berwajah seperti itu. Padahal selama ini wajahmu terus menunduk. Tapi aku suka, kau sangat tampan saat percaya diri." Puji Taeyong membuat Jaehyun memerah.

"Kalau kau pintar, kenapa dibenci? Lalu bagaimana mungkin orang tuamu mengabaikan anak pintar coba?" Lanjut Taeyong lagi.

"Orang tua ku tidak tahu aku sepintar apa. Dan di sekolah bahkan guru-guru kesulitan menjawab pertanyaanku, jadi ya begitulah." Ujar Jaehyun.

"Hm, baiklah. Aku bisa membantumu kalau begitu. Apa kau mau masuk Brilliant Academy?" Tanya Taeyong.

"What? Sekolah terkenal itu? Bahkan murid disana hanya bisa masuk melalui undangan khusus." Jaehyun tak percaya ia bisa masuk kesana.

"Ya begitulah. Jika kau benar-benar sepintar yang kau bilang atau mungkin mendekati jenius, maka tidak akan sulit untuk masuk kesana. Cobalah kirim berkasmu. Aku yang akan menyiapkan keperluanmu selama disana." Jelas Taeyong.

Tak tahu pikiran dari mana, namun Jaehyun tiba-tib menarik Taeyong kedalam pelukannya.

"Terima kasih, Hyung. Aku berhutang banyak padamu." Ucap Jaehyun, Taeyong yang mendengar itu, justru menenggelamkan kepalanya di bahu Jaehyun karena sialnya Jaehyun lebih tinggi darinya meskipun lebih muda.

TO BE CONTINUED...

Jangan Lupa Vote and Comment yaaa...

Hold Me Down || JaeYong~~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang