"Nggak ada kata lain, selain 'iya'?"
•••
Senin yang indah, tapi tidak dengan celotehan bapak yang satu ini.
"Anak jaman sekarang, bisa nya bikin rusak nama sekolah!" Teriak Pak Hamdi tegas terhadap siswa yang terlambat datang sekolah.SMA Adhiyaksa memang menekankan kedisiplinan yang tinggi. Tak heran, sekolah ku ini terkenal dengan attitude yang baik.
Deran sih! Dateng ngejemput nya telat, jadi kena deh, untung bukan kita aja yang telat. Keluh kesah ku dalam hati.
"Kalian semua,menghormat ke tiang bendera sampe jam istirahat pertama!"
"Yah gabisa belajar dong pak." Protes Deran.
"Khusus untuk kamu, sampe jam istirahat kedua!"
"Eh pak maaf pak salah ngomong."
"Cepat pergi ke lapangan!"
Siswa yang telat kemudian digiring ke lapangan dan menghadap tiang bendera.***
Baru sejam, aku mulai lelah. Pandangan ku mulai kabur karena sinar matahari yang begitu terang. Aku melihat ke sekitar, di dekat taman sekolah ada Kak Sean sedang duduk dan ia melihat ke arahku. Tapi, kenapa ia mulai tidak jelas? Ada yang salah dengan pandanganku? Ya Tuhan, kepalaku rasanya mau pecah!
Brukkk!
Aku merasa, tubuhku yang telah lemah ini dibawa oleh seseorang ke suatu ruangan.•••
"Pasha?" Panggil seorang cowok dengan lembut.
Aku terbangun dari kasur yang tak terlalu nyaman. Apa ini? Ruang UKS? Ada apa denganku?
"Syukur deh kamu udah siuman. Nih minum dulu teh anget nya."
"Kak Sean kenapa disini?"
"Tadi gue gak sengaja liat lo pingsan pas dihukum. Gue bawa aja kesini."
Tak mau banyak bicara. Aku meminum teh yang dibuat Kak Sean dan memakan roti yang ia beli.
Ini bukan mimpi? Aku bersama Kak Sean? Serius?!
"Gue kan kemarin udah bilang, anak kelas X gak boleh telat. Bandel sih." Kata dia sambil menjitak pelan kepalaku dan kemudian tertawa kecil.
Aku hanya tersenyum malu.•••
Aku berjalan dengan Kak Sean menuju ruang kelas ku. Ia mengantarkan ku, katanya khawatir terjadi apa-apa di jalan. Hanya hening di antara kami. Sampai, aku memulai percakapan.
"Kakak pemain basket?" Tanyaku.
"Iya."
"Kapan ya aku bisa main basket sejago Kaka." Aku menatap Kak Sean penuh harap.
"Mau diajarin?"
Aku terkejut, "Hah? Boleh?"
"Iya."
"Kapan kapan Kakak ajarin aku ya."
"Iya."
"Nggak ada kata selain 'iya'?"
"Apa?"
Aku menghela napas berat, "ah sudahlah." Kak Sean melihat tingkahku sambil tertawa kecil. Duh jangan gitu dong kak, senyuman kamu itu manis, kayak gula. Batin ku dalam hati.Pelajaran dimulai. Seperti biasanya pelajaran kimia yang ku benci. Ingin rasanya aku menghapus pelajaran ini dari kehidupanku.
"La." Bisikku kepada teman sebangku, Lala. Lala menengok.
"Bapak harap tidak ada yang mengobrol selama bapak menjelaskan!" Teriak Pak Bambang.•••
"Oke, jadi cara ketiga, tatap matanya dan alihkan pikirannya agar melihatmu. Jika berhasil, ia memiliki ikatan spesial dengan dirimu." Kata Lala.
Aku dan Lala sedang berdiri di balkon lantai 2, dan di lantai dasar ada lapangan basket dan Kak Sean yang tengah bermain bola basket bersama grupnya.
Aku menatap Kak Sean dari atas. Berpaling lah kepadaku Kak, berpaling lah! batinku dalam hati. Dalam hitungan 5 detik, tiba-tiba saja Kak Sean menengok ke atas, ke arahku dan melambaikan tangannya kepada ku.
"Berhasil! Kak Sean nengok ke arah gua La!" Aku teriak kegirangan. Lala menengok dan membekap mulutku.
"Jangan keras keras bego, lo mau jadi perhatian orang?" Bisik Lala.
Tak ku sangka, aku menjadi perhatian orang sekitar. Malu nya.Cara ketiga berhasil, tapi aku belum mencoba cara kedua, jadi perhatiannya. Pulang sekolah nanti, biasanya lapangan sekolah basket sepi. Apa aku mencoba main basket saja? Ah sudahlah, susah untuk menjadi perhatiannya di saat banyak orang ingin menjadi perhatiannya. Ucapku dalam hati.
•••
Bel pulang sekolah berbunyi. Saat nya menuju habitat masing-masing. Berjalan di pinggir lapangan bola basket adalah hal yang paling ku sukai.
"Sha? Awas bola basket!!" Teriak Lala di pinggir lapang. Beruntung aku menangkapnya.
"Makasih, tangkapan mu bagus. Mau ikut main basket?" Kata seorang cowok menghampiriku.
•••
Bersambung ...
Up setiap Sabtu dan Minggu!
Jangan lupa vote ya guys! Kalo ada saran boleh komen kok!
Thank you.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pasha Sean
Teen FictionSean Luis Aldebaro itu kenangan sekaligus harapan untuk ku. Cowok berambut rapih, berparas tampan dan bertubuh tinggi bak seorang aktor di sekolah. Sikapnya yang hangat dan memiliki hati yang lembut. Siapa saja pasti suka Kak Sean, salah satunya aku...