Chapter 6 - Saingan Baru 2.

24 6 0
                                    

"Menyukai seseorang itu gak perlu pake alesan. Gue suka dia apa adanya."

***

"Oke, cara keempat. Buat ia merasa bahwa kamu penting baginya. Ngomong ngomong, Pasha belum pernah dianterin balik ama Kak Sean loh!" Ucap Lala kepada geng kita. Ya, aku, Lala, Olive, dan Salsa.

"Modus kuy. Sha, lo pura-pura nggak bisa dijemput aja, gimana?" Usul Salsa.
"Gua kan anter jemput bareng Deran." Jawabku santai.
"Halah, Deran mah bisa di akalin." Kata Salsa. "Lo kudu nge drama dikit pas balik."
"Bel pulang bentar lagi," Kata Olive. "Cabut!"

***

Aku berdiri di dekat lorong pintu keluar kelas Kak Sean. Ketika Kak Sean keluar kelas, aku langsung bergaya seperti orang yang sedang menelepon.

"Halo Papa! Dimana? Apa? Papa gak bisa jemput? Pasha pulang sama siapa Pa? Yaudah Pa, hati hati." Ucapku di telfon, padahal aku sedang tidak menelepon siapa-siapa.

Kak Sean melirikku kebingungan. Kemudian Kak Sean menghampiriku.

"Pasha belum pulang?" Kata nya.
"Belum, Papa gak bisa jemput."
"Mau dianter pulang?" Tawar nya.
"Hm ma—" Ucapan ku terpotong dengan suara jeritan.

"Aw!"
Kak Sean langsung menghampiri wanita yang terjatuh itu, ya dia Sonya.
"Lo gapapa, Sonya?" Tanya Kak Sean kepadanya.
"Kaki ku sepertinya terkilir ka. Aku tadi berlari ke arah Kaka." Jawab Sonya sambil memasang raut wajah melas.
"Ayo bisa berdiri?"
Sonya berdiri namun terjatuh lagi. Kak Sean langsung membantunya berdiri.

"Pasha, maaf gue gak bisa nganter lo balik." Kata Kak Sean kepadaku.

Lalu, Kak Sean membopong Sonya keluar lorong menuju parkiran.
Terlihat wajah sinis Sonya tersenyum ke arah ku.

Sial! Kenapa harus ada Mak Lampir itu sih?! Kata ku dalam hati. Teman-teman ku keluar dari persembunyiannya.
"Sabar Sha." Kata Lala sambil mengusap pundak ku.
"Ayo gua beliin balon ama ice cream." Hibur Salsa.

***

     "Lagian, segala modus." Ledek Deran di dalam rumah ku.

Pada akhirnya, aku pulang bersama Deran juga.

     "Berisik ah lagi bad mood gue." Jawabku kesal sambil memangku tangan di atas meja.

     Mama datang dari arah dapur. Ia melihatku sambil terkekeh kecil. Ia tau, jika aku sedang bad mood, aku hanya butuh ice cream dan boneka koala.

Mama menatap Deran seakan mengode kepadanya. Deran menerima sinyal itu.

     "Ayo keluar, beli coklat sama ice cream."
     "Gak cukup, masih bad mood."
     "Yaudah, ayo beli boneka koala." Tawar Deran.

Mataku langsung berbinar. Aku langsung berdiri dan menarik tangan Deran keluar rumah.

"Mah, Pasha pergi dulu!" Aku pamit. Mama hanya melambaikan tangan.

***

      Sampailah kita di sebuah Mall perbelanjaan tak jauh dari rumah. Disana banyak sekali boneka koala yang ku suka.

     "Deran, semuanya imut." Kata ku.
     "Satu aja, jangan banyak banyak." Timpal Deran.
     "Hm.." Aku memasang wajah melas.
     "Yaudah yaudah beli 2 aja." Ucap Deran. Aku langsung memilih boneka yang ku suka dan membawa nya ke kasir.

     "Thanks Deran! You are the best!" Ucapku gembira sambil mengangkat jempol untuk nya.

     Aku dan Deran duduk di sebuah taman dekat kompleks rumahku. Ice cream strawberry yang ku makan perlahan habis.

     "Apa sih yang lo suka dari Sean?" Tanya Deran tiba-tiba.

     "Entahlah, menyukai seseorang itu gak perlu pake alesan. Gue suka dia apa adanya." Jawabku serius.

     "Andaikan gue dan Sean tenggelam, mana yang bakal lo selamatin duluan?" Tanya Deran

     "Kak Sean lah, lo kan bisa renang." Jawabku simple.
     "Hadeh ya dah iya."

***

     Sekolah pagi ini ramai. Karena acara perayaan hari jadi sekolah hanya tinggal menghitung jari. Akan diadakan sebuah pementasan seni. Banyak siswa berlomba-lomba untuk mendaftarkan diri.

Salah satu nya aku. Aku mengantre pada pementasan nyanyi. Ya, hanya aku. Teman-teman ku tidak bisa bernyanyi. Aku akan bernyanyi solo, spesial untuk Kak Sean.

     Di samping antrean nyanyi, ada antrean tari tradisional. Disana terdapat Sonya dan kawannya. Terlihat Kak Sean sebagai film documenter datang menghampiri mereka.

     "Wah lo ikut tampil tari?" Tanya Kak Sean.
     "Iya Kak. Kakak datang menonton ya." Jawab Sonya, si Mak Lampir.
     "Pasti." Kak Sean melirik ke arah ku.

     "Lo mau nyanyi, Pasha?"
     "Iya Kak, solo." Jawabku.
     "Gue tunggu suara indah lo, Sha. Tampil in yang terbaik ya." Ucapnya kemudian ia pergi.

     Aku senang bukan main. Diberi semangat oleh Sang Pangeran. Namun, ucapan tak mengenakkan melintas di telinga ku.

     "Suara parau mending diem aja di kelas, gak usah ikut tampil." Kata Sonya.
     "Lo ngomong sama siapa?" Jawabku sedikit ngegas.
     "Gue ngomong sama Riri, lo aja ke-geer-an. Ya gak Ri?" Jawab dia ketus.

Terlihat Riri, temannya menganggukkan kepala denga mantap.

Sabar Sha, jangan terpancing emosi. Ucapku dalam hati.

***

Bersambung ...

Up setiap Sabtu dan Minggu!

Jangan lupa vote ya guys! Kalo ada saran boleh komen kok!
Thank you.

Pasha SeanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang