بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم
Allah adalah dzat yang
Maha Membolak balikan
hati seseorang~Akhwat Akhir Zaman~
***
Rafif Januar Anggara,
"Den, bangun, Den. Bapak sudah menunggu". Kata bi Sri."Iya sebenar, Bi".
"Ya sudah, bibi pamit ke belakang lagi ya, Den". Pamit bi Sri.
Rafif langsung bangkit dari ranjang. Ia langsung mengambil handuk untuk mandi. Selesai mandi, pria 16 tahun itu menuju meja makan tempat keluarga kecilnya melakukan sarapan pagi.
"Bi Sri, Papah mana ya? Ko sarapannya belum dimakan?". Tanya Rafif pada bi Sri.
"Tadi Bibi lihat Bapak sedang di taman belakang bersama Ibu". Kata bi Sri.
"Oh, gitu. Aku susulin papah dulu ya, Bi".
Bi Sri mengangguk setuju. Rafif langsung menuju ke taman belakang rumahnya.
"Pagi, Pah, Mah!".
"Pah, lagi apa? Kok belum sarapan?". Rafif bingung pagi ini, tak biasa pak Lukman--ayahnya, di halaman belakang saat jam sarapan.
"Pagi juga, Sayang". Jawab orangtua Rafif bersamaan.
"Ini, Mamah mu minta papah cium. Kalau di taman kan kelihatan romantis". Cibir Pak Lukman terkekeh.
"Papah!". Bentak Ratna--Mamah Rafif.
"Oh, berarti Rafif ganggu nih ye? Yauda saya balik, papai". Ledeknya
"Enggak, Nak. Mamah sama Papah cuma pingin nikmatin sunrise aja, mumpung hari ini mamah Free". Ratna berusaha menjelaskan,sambil menarik tangan Rafif yang hendak melangkah pergi.
Ratna memang lulusan kebidanan, sejak mendapat gelar S1 ibu tiga anak itu bekerja di Rumah Sakit Ar-Rahmah. Sedangkan papah Rafif --pak Lukman, dia bekerja mengurus kantor peninggalan kakek Rafif --kakek Hasan. Kedudukan pak Lukman sebagai Manager Utama perusahaan.
Rumah pak Lukman memang berada di atas permukaan air laut ±12 meter. Bisa juga disebut rumah pak Lukman ada di perbukitan. Pantas saja, pemandangan sunrise bisa dinikmati saat pagi tiba.
"Yuk kita masuk, sudah makin siang. Papah harus segera ngan-tor, dan kamu Rafif, belajar yang serius di sekolah!". Ratna menggandeng tangan suaminya dan putranya untuk segera masuk dan sarapan pagi.
"Iya, iya, Mah". Rafif
***
Rafif POV
Sarapan pagi selesai. Aku bangkit dari meja makan untuk mengambil sepatu. Setelah semua beres, papah langsung mengajakku berangkat.
"Rafif, sudah siap? Ayo berangkat, Nak". Papah memanggilku.
"Rafif pamit ya, Mah, Assalamu'alaikum". Ucap ku sambil mengecup punggung tangan Mamah.
"Iya, Waalaikumsalam warahmatulloh. Mas, hati-hati di jalan, jangan ngebut". Pinta Mamah pada Papahku. Mamah memang sangat perhatian, karena satu tahun yang lalu papah mengalami kecelakaan. Mobil papah menabrak seorang pengendara sepeda motor. Entahlah, orang itu masih hidup atau tidak. Kabar terakhir yang aku dengar, orang yang ditabrak papah belum ditemukan, karena masuk ke jurang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akhwat Akhir Zaman (Al-Zakiya)
Spiritual[HIJRAH SERIES] Perjalanan hijrah Zakiya sampai bertemu kekasih halal.