Bab VII

12 2 0
                                    

بِسْــــــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْم

Pagi, kali ini begitu damai. Minggu yang cerah ditemani mentari yang sedari tadi melambai-lambaikan sinarnya menyinari semesta. Ranting pun ikut bergoyang menemani burung-burung yang asik bertengger sambil berkicau riuh. Ilalang yang tertiup angin menambah syahdunya kedamaian.

Gadis itu beranjak dari tempat tidurnya, berjalan membuka jendela, sambil mendongakkan kepalanya keluar, lalu sesekali menarik nafas, menghirup udara yang begitu sejuk dan segar dan masih terbebas dari polusi.

Ia mengambil ponselnya yang masih tergeletak di meja rias.

Missed Call, Rafif

Missed Call, Rafif

"Loh? Rafif?".

Sesegera mungkin Zakiya langsung menelpon balik Rafif.

"Hallo, Zak?".

"Kak maaf semalem gue gak denger ada telpon".

"Iya gak apa-apa, Lo baik-baik aja kan?".

"Aman ko".

"Gue cuman mastiin doang, gak lebih".

Dih! Dasar cowok! Gitu aja terus, padahal mah khawatir ama gue!. Gerutu Zakiya.

"Gitu yah? Ok, Ka".

"Ok, ntar malem gue jemput, Lo".

Kebiasaan buruk gadis itu, ketika Minggu tiba Zakiya hanya mandi satu kali sehari alias mandinya dijamak. Parah si!

Sampai pukul 8 pagi Zakiya masih asik dengan kamarnya, ia sesekali menulis disebuah buku berwarna kuning, entah apa isinya. Namun, gadis itu memang suka menulis, sudah banyak buku yang ia habiskan untuk menorehkan suka duka yang ia lewati.

Meskipun Zakiya terkenal asal ceplos dan tingkahnya yang terkadang tak memiliki adab, ia telah menghasilkan berpuluh puluh puisi. Zakiya menyimpannya dengan sangat rahasia, tak seorang pun tahu apa isi tiap kalimat yang ia tulis.

Tokk... tokk...

Ada yang mengetuk jendela kamar Zakiya. Yah! itu Rafif. Cowok itu nekat memanjat pohon mangga untuk sampai ke kamar Zakiya, entah apa yang membuat Rafif melakukan hal bodoh itu.

"Hustt... cepet bukain jendelanya!". pinta Rafif.

"Sebentar".

"Lo ngapain sih, kak? gue kira maling!".

"Gue terpaksa, tadi udah ngetok pintu depan gak ada yang bukain, bel juga udah gue tekan berkali-kali, tapi tetep aja, yaudah terpaksa gue lewat sini". jelas Rafif.

"Oh iya, Bunda lagi ke pasar, bang Reza udah berangkat ke rumah kak Khania. Maap ya kak".

"Sans."

Rafif terlihat duduk di sofa kamar Zakiya. Lelaki itu masih asik menatap tiap sudut kamar, semua terlihat unik dan lucu, dari mulai wallpaper dinding, meja rias, dan semua perlengkapan kamar Zakiya berwarna pink! Oh ya Tuhan! ternyata wanita ini cewek banget ya!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 14, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Akhwat Akhir Zaman (Al-Zakiya) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang