Lelaki itu tidak bernafas, menggigit bibir bawahnya menahan agar tidak ada suara yang dihasilkannya. Dia hanya menatap perempuan dihadapannya. Untung saja dia dengan sigap menjulurkan tangannya secepat kilat. Bagaimana bisa dia tau tepatnya perempuan itu tertidur padahal dia tidak bisa melihat?
Itulah hukumannya. Dewi takdir membuat matanya tidak melihat secara jelas, bukan berarti dia buta. Hitam putih, garis terputus-putus dan pusaran hitam, itu yang dia lihat. Walau hitam putih setidaknya ada garis yang memperjelasnya.
Lelaki itu perlahan bergerak maju, menggeser tubuhnya pelan disebelah perempuan itu. Lalu menyandarkan kepala perempuan itu dipundaknya dengan lembut. Ia menghembuskan nafas perlahan begitupun dengan menariknya. Matanya was was jika sewaktu-waktu perempuan itu bergerak karena terganggu atas gerakan yang dihasilkannya.
Hitam putih. Dia tidak bisa melihat dengan jelas bagaimana wajah perempuan itu. Hanya bagaimana lekuk wajahnya, dua mata, bentuk bibir dan kilatan hidung. Melihat perempuan itu saat tersenyum, hatinya begitu hangat. Namun juga ada rasa bersalah yang mendalam.
Ia merasa buruk berada didekatnya. Monster yang sesungguhnya bukanlah perempuan disampingnya, namun dirinya. Dirinya adalah monster yang mengerikan.
Kata maaf tersendat didalam kerongkonganya. Bukan ia tidak ingin mengucapkannya, namun bagaimana jika dia mengatakan yang sejujurnya justru membuat hubungannya dan perempuan itu semakin buruk?
Dia ingin kembali ke masa lalu. Memperbaiki dirinya. Mencegah perlakuan buruknya pada perempuan itu sehingga kutukan ini tidak didapatkannya.
“Maaf…”
“Maaf…”
“Maaf…”
Kata itu terucap dalam hatinya. Hanya sampai situ, ia belum siap mengucapkannya.
Garis dan warna hitam putih tidak jauh darinya membentuk seperti bunga. Bunga lili yang disebutkan perempuan itu tadi. Tangan kirinya perlahan terjulur, mencabut bunga itu. Dia tidak tau bagaimana warna bunga itu. Bunga lili putih yang indah.
Dia menatap sang gadis. Jari manisnya bergerak menggeser helaian rambut yang menutupi wajah ke belakang telinga sang gadis. Lalu ditaruhnya bunga lili itu disitu.
Cantik.
Matanya bisa saja terkena kutukan, namun tidak dengan hatinya. Hatinya tidak akan buta. Hatinya tau dimana tempat untuk berlabuh.
Lelaki itu memang pernah menjadi monster. Namun seorang monster pun boleh jatuh cinta.
“Kau seorang gadis baik yang pernah ku kenal.” Lelaki itu berbisik dengan lembut.
Kau tidak salah. Hanya saja kenyataan yang tidak berpihak kepadamu.
Lelaki itu menggeser kepala sang gadis untuk bersandar pada pohon, lalu menggeser tubuhnya menjauh. “Bunga lili itu tampak cantik sama sepertimu.”
Kalimat itu menjadi penutup pertemuannya hari ini. Lelaki itu sadar akan perasaan yang dimilikinya kepada perempuan itu. Namun ia biarkan berjalan seperti ini, karena cinta tidak pernah berkhianat. Yang berkhianat itu ego. Dan dia berharap ego yang membuatnya menjadi monster dulu bisa dikalahkannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Curse in Destiny
FanfictionKutukan dalam takdir... Kutukan mungkin bisa saja menjadi sesuatu yang mengerikan, begitu mengerikan hingga kau merasa mati adalah jalan terbaik. Menjadi seorang yang selalu dihina, membuatmu bertanya setiap saat. Dimanakah Tuhan saat ini? Bahkan sa...