Three : I am Feeling Bloom Again

11 2 2
                                    

“Kalau begitu, apa tikus-tikus itu begitu menjijikan bagi kalian?”

Suara berat itu… Bukan. Itu bukan suara salah satu dari mereka.

Aku pernah mendengarnya…

Suara itu…

Deg Deg Deg

Aku tidak tau kenapa jantung ini kembali berdegup kencang mendengar suara itu.

Perlahan, ku buka mataku. Wangi yang tidak pernah kuhirup, bukan wangi parfum. Pandanganku berubah menjadi coklat. Tubuh tinggi itu hampir menutupi pandanganku seluruhnya. Kemeja panjang coklatnya dan tongkat didepan kakiku yang tergeletak dibantingnya, membuatku dalam sekejap tau siapa lelaki dihadapanku. Dari balik punggungnya, aku bisa melihat, tangan kirinya mencengkram erat kepalan Yuri yang mau didaratkan untukku.

Aku tidak habis fikir untuk apa cowok ini datang bahkan berani seperti ini pada Yuri, bagaimana aku harus melindunginya jika nantinya justru dia yang menjadi sasaran mereka dan bukannya aku?

“Lep- pas…!”

Aku tidak tau apa yang dilakukan cowok itu sehingga Yuri meringis kesakitan. Apa yang harus kulakukan?

“Katakan padaku apa alasannya aku harus melepaskan tangan kotormu yang bahkan lebih kotor daripada tikus?!”

Aku begitu kaget atas apa yang dia ucapkan. Cowok itu berubah dalam sekejap, maksudku bukan cowok buta yang diam saat dia dicaci. Padahal kali ini bukan dirinya yang dicaci. Aku bisa melihat mata Yuri membulat lebar tidak percaya, begitupun salah satu temannya yang mundur satu langkah.

“Kau- Ahhh!” Yuri merontah yang dapat ku tau bahwa cowok itu mencengkram tangan Yuri kuat-kuat.

“Ja-“ Tanganku hampir saja menyentuh bahu tegapnya, “Jangan melukainya.” Dengan suara gemetar yang tidak tau kenapa, aku hanya bisa menatapnya saat dia kurasa melirikku dari balik lengannya.

“Kumohon,” Lirihku.

Dia diam tanpa menjauhkan tangannya, hanya mengendurkan cengkramannya. Aku tidak tau kenapa dia sampai berbuat seperti ini?

“Apa kalian belum puas hanya dengan menghujat satu orang buta?” Nadanya dingin. Seperti mengancam namun ada luka dibaliknya.

“Kalian dari keluarga berada, namun kenapa seakan sifat kalian bahkan tidak berwibawa?”

Aku hanya bisa mendengar, dan melihat cewek berambut pendek disebelah kanan Yuri kembali memundurkan langkahnya, seakan tidak suka karena membawa nama keluarganya yang dihormati di kota ini.

“Bagaimana kalau keluarga, orang tua kalian tau bahwa anak tersayangnya telah melakukan tindakan diskriminasi?”

“Kalau kalian pernah sekolah seharusnya tau itu.”

Lelaki itu menjauhkan tangannya dan tanpa ragu dengan sekali tangkap ia kembali menggenggam tongkatnya yang tadinya tergeletak. Yuri mengelus tanganya sendiri dan menjauh dari lelaki ini.

“Jangan lakukan ini lagi. Menjadi berbeda belum tentu buruk dimata-Nya.”

Deg

Curse in DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang