Chanyeol meremas pelan garpu yang ada di genggamannya sekarang. Sebisa mungkin agar tidak melemparkan benda berujung tajam itu pada pemuda yang duduk dengan jarak dua kursi kosong di dekatnya. Rasa cemburu juga emosi bercampur aduk akibat gagal memuaskan buncahan nafsunya tadi karena kedatangan sang anak sulung yang seharusnya masih dua hari lagi berada di luar kota.
Kini sudah duduk berbaur bersama dalam lingkup meja makan bersama keluarga. Luar biasa iri tatkala melihat sang putri yang sangat menempel terus pada anak sulungnya—Jaemin. Apalagi saat Hana yang memberikan ciuman pada kedua pipi pemuda itu dengan cuma-cuma, tanpa meminta dan paksaan dari Jaemin.
Sampai-sampai melupakan kehadiran lainnya yang juga bergabung bersama mereka, Xerin. Sang istri yang sedari tadi menatapnya dengan sedikit heran. Pasalnya, tidak ada satu pun makanan yang dibuatnya pagi ini masuk ke dalam mulut pria itu. Wanita itu pikir barangkali makanan yang dibuatnya tidak enak sehingga Chanyeol tidak ingin memakannya. Wanita itu lantas berkeinginan ingin membuat makanan lainnya yang mungkin saja dapat membangkitkan selera Chanyeol, tetapi saat mendengar seruan pujian dari kedua anaknya atas makanan yang dibuatnya, Xerin mengurungkan niatnya itu.
Makanan yang ia buat terasa lezat, pun Xerin juga sudah mencicipinya. Namun, Xerin tidak tahu apa yang membuat Chanyeol sampai tidak ingin memakan bahkan makanan favorit yang sudah Xerin buat sebagai bentuk permintaan maaf usai kejadian tadi malam.
"Yeol? Makanannya tidak enak ya?" Xerin bercicit pelan, menyentuh lengan Chanyeol.
Chanyeol menoleh lantas membenarkan posisinya juga raut wajahnya yang tadi sempat beraut masam. Tertangkap basah sang istri karena tidak memakan makanannya yang sudah tersaji di depannya lima menit yang lalu. Pria itu mengulas senyum juga menjawab dengan manis, "Hah? Oh... Tidak kok."
Chanyeol mulai menyendokkan makanannya ke dalam mulutnya sembari bergumam palsu kalau makanan yang ia makan sangatlah lezat. Xerin menghembuskan napas lega lantas kembali memakan makanannya dengan tenang. Meskipun wanita itu masih ragu dan sesekali mencuri pandang pada Chanyeol.
"Kami selesai!"
Sorakan meriah dari dua kakak beradik mengalihkan atensi Xerin dan Chanyeol. Mereka menatap ke arah kedua anak mereka yang merapikan sisa makanan mereka.
"Jaemin dan Hana ke belakang ya, mau membersihkan piring kami," ujar Jaemin pada kedua orang tuanya diikuti sang adik yang sudah beranjak berdiri sembari memegang piring bekas sarapan tadi, hendak ikut dengan pemuda itu membersihkan piring.
Xerin mengangguk kecil. Selepas kedua kakak beradik itu pergi dari meja makan, hanya tersisa wanita itu dan pria yang ada di sampingnya masih menyantap makanannya. Tidak biasanya Xerin diliputi rasa canggung seperti ini. Padahal sudah dua puluh tahun Xerin lalui sarapan bersama. Dan selama dua puluh tahun jua lah, tidak pernah sekalipun suasana ini dirasakannya. Pikirannya mulai mengelana, terpikir perihal hal yang ditakutkannya.
Memang, selama dua puluh tahun berumah tangga dengan Chanyeol, keluarga mereka tidak pernah melalui masalah yang besar. Bukan berarti Xerin tidak pernah mengalami yang namanya masalah di dalam keluarganya. Kecuali satu hal, kejadian sepuluh tahun silam akibat kecerobohan wanita itu yang menyebabkan masa depan anak bungsu mereka menjadi suram. Untuk pertama kalinya, waktu itu Chanyeol luar biasa marah padanya saat melihat putrinya yang masih berusia empat tahun berbaring lemah di atas ranjang rumah sakit dengan kondisi kepalanya yang mendapat perawaran intensif akibat pendarahan.
Kejadian itu membuat hubungannya dengan Chanyeol sempat meregang dalam rentan waktu cukup lama.
Namun, tidak sampai berujung ke dalam hal yang lebih jauh. Kedua orang dewasa itu mampu mengatasinya dengan sikap dewasa mereka.Sembilan tahun berlalu selepas kejadian itu, rumah tangganya dalam keadaan yang sangat baik. Pun Chanyeol tidak pernah mengungkit mengenai kejadian yang menimpa Hana. Semuanya kembali seperti sedia kala. Xerin sangat bersyukur.
Namun, saat sang anak bungsu, Hana, hendak beranjak menuju usia remaja, terjadi sebuah perubahan pada Chanyeol. Xerin menemukan sosok Chanyeol yang berbeda di malam itu. Dengan amat tergesa-gesa, Chanyeol meminta dirinya untuk melayani luapan birahi yang tiba-tiba saja meningkat. Xerin menuruti saja karena hal itu merupakan kewajiban seorang istri.
Xerin pikir awalnya hanya di malam itu Chanyeol ingib dilayani, tetapi saat keesokan malam hingga malam-malam berikutnya, Chanyeol tetap terus meminta untuk dilayani. Xerin tentu dibuat kebingungan dengan perubahan yang terjadi pada Chanyeol. Terlebih pada gairah milik suaminya itu yang bisa dibilang tidak terkendali.
Xerin ingin menanyakan hal itu pada Chanyeol, barangkali ada sesuatu yang bermasalah dengan, tetapi tidak pernah berani menanyakannya karena selalu diliputi rasa takut.
"Aku selesai."
Xerin tersadar dari lamunannya. Wanita itu menatap Chanyeol yang tengah mengelap sisa makanan di mulutnya.
"Yeol. Ada yang ingin kutanyakan padaku."
Chanyeol berhenti mengelap sudut bibirnya. Menaikkan satu alisnya dan menyahut datar, "Apa?"
Xerin menarik napas dalam, "Hana bilang padaku kalau tadi malam dia bermimpi aneh. Katanya, ada bayangan besar yang tidur bersamanya dan menggigiti beberapa bagian tubuhnya. Maksudku, tadi malam kau tidur dengan Hana 'kan?"
"Ya, lalu? Itu hanya mimpi 'kan? Apa masalahnya aku dengan mimpi putri kita?" Chanyeol membalas dengan nada dingin.
Yang membuat Xerin meneguk ludah gugup, "Tidak Yeol, aku hanya—"
Sepertinya Xerin sudah salah bertanya, wanita itu dibuat bungkam seketika disertai napasnya yang tercekat tatkala Chanyeol berujar kecil tetapi menusuk hatinya,
"Jangan kau pikir aku lupa Xer. Aku masih ingat dengan jelas siapa yang menyebabkan Hana seperti itu. Kali ini mungkin aku tidak akan memberikan kesempatan padamu lagi. Jadi pikirkan dengan baik dulu tentang perkataanmu sebelum mengajakku bicara." […]
KAMU SEDANG MEMBACA
DANGEROUS LUST
Fanfiction[M] Chanyeol memiliki buncahan nafsu yang luar biasa besarnya. Tidak terhingga. Pun, menurutnya bahkan sang istri masih tidak cukup untuk memenuhi nafsunya. Maka, sang putri lah yang Chanyeol jadikan sebagai pelampiasan nafsunya.