Dengan langkah yang berat, Xerin menapakkan kakinya tepat di atas tanah tempat dimana anak sulungnya tewas secara tragis dalam kecelakaan yang menimpa mendiang putranya itu. Kedua iris Xerin melihat dengan jelas bagaimana kondisi mobil yang dikemudikan oleh Jaemin. Total hancur dan juga habis terbakar. Xerin menggelengkan kepalanya kuat, tidak kuasa membayangkan bagaimana Jaemin yang berada di dalamnya.
"Nyonya, jenazah putra Anda sudah kami pindahkan. Anda bisa melihatnya disana," kata salah seorang petugas kepolisian yang menghampirinya, menunjukkan tempat dimana jenazah Jaemin ditempatkan. Xerin mengangguk samar, memindahkan pandangannya pada sebuah mobil ambulans dan disana, kedua irisnya melihat kumpulan petugas medis tengah menyelimuti jenazah seseorang dan itu adalah Jaemin. Wanita itu melangkah dengan kaki yang bergetar hebat.
"Jae…" Xerin sudah berada di depan jenazah Jaemin. Air mata sukses mendesak keluar dari kedua sudut matanya saat telapak tangannya menyentuh selimut penutup jenazah Jaemin. Dan Xerin semakin tidak kuasa tatkala ia membuka selimut penutup itu, menemuka sosok Jaemin dalam keadaan tidak bernyawa dan kondisinya sangat tragis.
Xerin tumbang seketika. Tubuh wanita itu terjatuh ke tanah dan menangis sejadi-jadinya sembari memukul-mukul dadanya, "Jae... Jaemin... Maafkan Ibu Jae... Maafkan Ibu!"
Xerin membuka kedua kelopak mata seketika. Keringat dingin mengucur di area pelipisnya sedangkan napasnya kini tersengal-sengal. Wanita itu terduduk. Sedang mencoba mengumpulkan kesadaran setelah mendapat mimpi buruk setelah mendapat berita mengenai kecelakaan yang menimpa Jaemin hingga menyebabkan putra sulungnya tewas secara tragis. Xerin menelan ludah gugup dan berusaha mengatur kerongkongannya yang tercekat. Xerin menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya lalu dengan cepat-cepat turun dari tempat tidur menuju wastafel kamar dan membasuh wajahnya dengan air.
Xerin menatap pantulan dirinya di depan cermin. Keadaannya cukup berantakan dengan kedua mata yang sembab, wajahnya juga memucat. Tangannya terulur untuk menyentuh pantulan wajahnya lantas menyandarkan kepalanya pada permukaan cermin. Kedua irisnya melirik ponselnya dengan banyak sekali panggilan yang masuk ke dalam ponselnya dan juga berbagai notifikasi pemberitaan tentang kecelakaan yang menimpa putra sulungnya, Jaemin.
"Darah dagingku, putraku tewas secara tragis karena perbuatanku sendiri." Xerin terkikik kecil seperti seseorang yang sudah kehilangan tingkat kewarasannya atau barangkali Xerin memang sudah benar-benar kehilangan akal sehatnya. Xerin buru-buru mengusap wajahnya, kembali memandangi pantulan dirinya kemudian mengulas sebuah senyum yang tidak bisa diartikan wanita itu lantas bermonolog sendiri, "Sepertinya kau sangat menikmati waktumu bersama putri kita, Yeol?"
"Kutebak, kau pasti menyerang Hana habis-habisan. Astaga…" Xerin tersenyum kecil dan menggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri. Kembali terkikik geli saat membayangkan bagaimana putrinya yang diserang suaminya sekaligus ayah kandung dari putrinya yaitu Chanyeol.
Xerin menyeka sudut matanya yang berair habis terkikik geli tadi. Kemudian atensinya teralihkan saat sebuah notifikasi pesan masuk ke dalam ponselnya. Xerin buru-buru membukanya. Xerin menahan jeritan saat membaca pesan yang berasal dari Chanyeol untuknya.
Kau memang istri yang patuh Xer. Dan terima kasih untuk usul yang kau berikan tempo hari, aku sangat menikmatinya bersama dengan putri kita.
Xerin tidak bisa menahan luapan kebahagiaannya saat Chanyeol memuji hasil pekerjaannya. […]
KAMU SEDANG MEMBACA
DANGEROUS LUST
Fanfiction[M] Chanyeol memiliki buncahan nafsu yang luar biasa besarnya. Tidak terhingga. Pun, menurutnya bahkan sang istri masih tidak cukup untuk memenuhi nafsunya. Maka, sang putri lah yang Chanyeol jadikan sebagai pelampiasan nafsunya.