Xerin tidak menyangka jika Hana benar-benar dalam mode merajuknya. Berbagai macam upaya sudah dilakukan oleh Xerin agar sang putri tidak menangis karena berpisah dengan kakak laki-lakinya. Wanita itu sukses dibuat cukup pening karena Hana yang terus menolak untuk makan siang.
"Sayang... Jangan sedih ya... Kak Jaemin 'kan harus pergi belajar supaya nanti bisa meraih cita-citanya. Hana tidak boleh marah begini. Kakak Jaemin pasti nanti kecewa kalau melihat adik kesayangannya menangis."
Hana menoleh, menatap sang ibu, sesekali sesegukan karena efek menangis lantas buru-buru mengusap kedua kelopak matanya dan menggeleng kuat, "Tidak. Hana tidak mau Kak Jaemin juga sedih. Iya, Hana akan berhenti menangis dan mau makan siang."
Xerin tersenyum kecil dan memberikan satu kecupan pada pipi gembil milik sang putri, wanita itu lantas menyendokkan makanan ke dalam mulut sang putri. Hana mengunyahnya dengan malas, wajahnya masih menunjukkan raut sedih. Xerin menghela napas dalam, sepertinya keputusannya yang hanya menurut saja pada Chanyeol memberikan dampak yang cukup kentara pada Hana.
"Papa pulang!"
Hana mengangkat kepala malas, hanya melirik sepintas pada Chanyeol yang berseru riang baru saja datang dari kantornya. Teringat tentang kebiasaannya yang menyambut sang kakak di sore hari setelah menghambiskan waktu di kampus selama seharian penuh. Hana jadi rindu Jaemin.
"Yeol, kau sudah kembali?"
"Uh... Chippo-nya Papa kok lagi-lagi cemberut sih. Seharian sudah cemberut lho... Memangnya mulutnya tidak lelah harus ditekuk ke bawah begitu?"
Chanyeol memajukan bibirnya menatap sang putri yang mencebikkan bibirnya ke bawah. Pria itu bahkan berlutut di depan Hana yang masih memasang raut wajahnya yang cemberut. Pria itu berlutut di depan Hana yang memalingkan wajahnya darinya.
Tidak menanggapi pertanyaan yang dilontarkan Xerin padanya bahkan sama sekali tidak menyapa atau barangkali melirik kehadiran lainnya yang sangat jelas dekat dengannya. Seolah kehadirannya tidak ada dan tidak penting. Xerin hanya menatap Chanyeol dengan keterkejutan pasalnya pria itu tidak memberikan respon apa-apa padanya.
"Bagaimana kalau kita pergi jalan-jalan?"
Hana mengangkat kepalanya, nampak mulai tertarik dengan tawaran sang ayah, "Jalan-jalan?"
"Iya. Jalan-jalan. Pokoknya Papa akan membawa Hana ke tempat manapun yang Hana mau," kata Chanyeol.
Hana mengulas senyum lebar, wajahnya mulai berseri-seri. Melompat kecil sembari menepuk tangannya beberapa kali. Memberi sebuah pelukan sayang pada sang ayah. Chanyeol turut membalas pelukan yang diberikan sang putri juga memberikan serbuan kecupan di kedua pipi gembil milik Hana.
Xerin mengulum senyum ketika melihat interaksi antara Chanyeol dan Hana. Bagaimana sang suami yang memang benar-benar menyayangi Hana meski putri mereka tidak seperti dulu. Setidaknya bayangan wanita itu jika Chanyeol akan membenci Hana tidak benar-benar terjadi. Namun, jauh di dalam lubuk hatinya ada keinginan hal itu ingin benar-benar terjadi saat ini.
"Sekarang Hana ke kamar, ganti pakainnya lalu kita pergi. Oke?" kata Chanyeol. Hana mengangguk cepat, gadis buru-buru berlari ke kamarnya meninggalkan Chanyeol dan Xerin berdua dalam konteks suasana yang berbeda. Yang satu nampaknya tengah bersorak menang karena rencana yang dibuatnya berjalan mulus sekali sementara yang satu tengah memendam sesuatu yang tidak bisa dijelaskan. Xerin ingin membuka suaranya tetapi ada dorongan yang menyuruhnya untuk lebih baik diam dan turuti saja.
"Aku akan pergi dengan Hana. Kau tetap di rumah. Mengerti?"
Pun saat Chanyeol kembali memberikan titahnya pada Xerin, wanita itu hanya mengangguk. Menerima titah sang suami yang ditujukan padanya. Lagi-lagi menurut.
"Papa! Hana sudah siap!"
Hana datang dihadapan mereka dengan keadaan sudah siap berbalut pakaian rapi. Gadis itu nampak sangat bersemangat sekali. Namun saat atensi gadis tersebut mengarah pada sosok ibu yang hanya duduk dan diam, Hana lantas mendongak, menatap sang ayah dengan kerjapan kebingungan.
"Papa. Mama kok tidak mengganti pakaian seperti Hana? Mama tidak ikut jalan-jalan dengan kita ya?"
Chanyeol menoleh sesaat, menatap Xerin sekilas kemudian menggeleng pelan pada Hana lantas berujar pelan, "Mama tidak bisa ikut. Mama harus pergi belanja untuk makan malam nanti."
Hana menghembuskan napas kecewa saat mendengar sang ibu yang tidak bisa ikut jalan-jalan bersama. Menatap sang ibu yang kini berjalan ke arahnya sembari mengulas senyum hangat. Xerin berjongkok di depan sang putri.
"Iya, Sayang. Maaf ya, Mama tidak bisa ikut jalan-jalan dengan Hana dan Papa. Tapi lain kali Mama pasti ikut kok. Jadi, Hana jangan sedih. Hana harus bersenang-senang!"
Hana tertawa kecil ketika melihat sang ibu yang menyemangatinya. Gadis itu lekas mengangguk mantap, "Iya Ma! Kalau begitu Hana pergi dulu Ma. Hana sayang Mama!"
Xerin terkekeh sebentar lantas bangkit berdiri menggandeng tangan sang putri. Mengantar putrinya dan sang suami ke depan pintu rumah. Melambai kecil saat sang putri memasuki mobil. Kedua irisnya masih memandangi mobil yang mereka tumpangi menjauhi pekarangan rumah sampai tidak terlihat lagi.
Xerin terdiam sesaat, wanita itu jelas tahu kalau Chanyeol dan Hana tidak akan pulang. Mereka akan menghabiskan waktu yang cukup lama, berdua saja. Semua ini sesuai dengan apa yang Chanyeol inginkan. Satu tawa getir lolos dari bibir Xerin, "Bahkan aku rela mengorbankan apapun untukmu Yeol."
Karena pada dasarnya, menurut Xerin, ia hanya perlu menuruti, supaya tidak kehilangan sesuatu yang paling berharga untuknya. […]
KAMU SEDANG MEMBACA
DANGEROUS LUST
Fanfiction[M] Chanyeol memiliki buncahan nafsu yang luar biasa besarnya. Tidak terhingga. Pun, menurutnya bahkan sang istri masih tidak cukup untuk memenuhi nafsunya. Maka, sang putri lah yang Chanyeol jadikan sebagai pelampiasan nafsunya.