22 • Jadilah Kekasihku

7.5K 786 175
                                    

Karena kamar tidur di rumah ini hanya ada dua, maka dari itu Chaerin tidur bersama anaknya. Lalu Dara dengan jelas tidur di kamarnya sendiri, bersama dengan Jisoo.

"Apa aku tidak boleh tidur dengan tante Jisoo saja?" tanya Jennie dengan lancangnya.

Aish, apa itu?
Mulutnya benar-benar tidak bisa dijaga!
Ingin sekali aku membungkam mulutnya dengan ciuman, ah bukan, maksudku dengan lakban!

"Tidak mau! Aku denganmu saja ya, Dara?" pinta Jisoo pada Dara.

"Iya, iya, tenang saja. Kau akan sekamar denganku, Jisoo. Biar bocah nakal ini tidur dengan emaknya." ketus Dara dengan sinis.

"Ish, dasar tante-tante tidak asik." dengus Jennie yang kecewa.

"Kau saja yang memang sok asik!" mulut pedas Dara membalas.

"Sudah, sudah, masalah seperti ini saja kenapa diributkan sih? Jennie, kau tidur dengan Mama." ujar Chaerin yang memang disitu sebagai penengah.

Chaerin lebih memilih untuk pergi ke kamar duluan. Kamar itu berada di sisi sebelah kiri. Sementara orang yang tidak kuat menahan kantuknya juga mulai meninggalkan ruang tamu. Iya, itu Dara. Dara memang sudah tidak dapat lagi menahan kantuknya. Membuatnya pergi ke kamarnya hingga menyisakan dua orang disana.

Jennie dan Jisoo masih duduk di sofa ruang tamu. Tidak, TV yang ada di depan mereka tidak menyala. Mereka berdua memang hanya diam sambil tidak melakukan apa-apa selain hanya duduk. Tidak ada pembicaraan apapun, itu karena keduanya sama-sama tidak mau bicara lebih dulu.

Jisoo dengan malasnya mulai berdiri dan berjalan menuju kamarnya untuk tidur dengan Dara. Tapi dengan sigap sebuah tangan menahan lengannya, membuatnya berhasil untuk berhenti sesaat. Jisoo menoleh dan menatap malas brondong gila itu.

"Kenapa? Tidur sana!" Jisoo menunjuk kamar Jennie dengan dagunya.

"Aku ingin bicara denganmu sebentar, tan." kata Jennie.

"Aku tidak mau." singkat Jisoo datar.

"Kenapa?"

"Aku mengantuk, ingin cepat tidur." alibi Jisoo sedikit masuk akal.

"Ck, hanya sebentar saja, tan." Jennie masih bersikeras.

"Ish, mau bicara apa sih? Lagipula besok pagi kau harus kuliah. Sudah sana pergi tidur." suruh Jisoo yang masih bisa sabar itu.

"Tan, Mamaku sudah ada disini untuk menjemput dan membawaku kembali ke New Zealand, itu berarti masa-masa kita untuk bisa bersama sudah akan berakhir kan?" ucap Jennie dengan nada seriusnya.

Ah, iya, benar juga apa katanya.

"Lalu kenapa?" Jisoo kini menatap Jennie.

"Bisakah kita bicara dulu sebentar, sebelum kita berpisah sungguhan nanti?" terang Jennie sembari menggenggam tangan kiri Jisoo.

Angin malam mulai menerpa liar. Sepertinya teras rumah bukan jadi tempat yang tepat untuk mengobrol kali ini. Terlebih lagi mereka hanya mengenakan piyama. Bahkan piyama Jisoo terawang dan sangat tipis.

Terlihat sesekali dia menggosokkan telapak tangannya dan tak jarang juga ia meniupnya agar terasa hangat. Jennie yang menyadari bahwa Jisoo sedang kedinginan itu jadi paham apa yang seharusnya ia lakukan.

"Maaf sudah mengajakmu mengobrol di luar." dia meraih kedua tangan Jisoo dan menggenggamnya erat.

"Sudah, cepat, katakan yang ingin kau katakan." suruh Jisoo.

Tante! ─ jensoo ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang