o5 // the art of resist the monster

40 4 2
                                    

A E R O

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

A E R O

Harusnya gue nggak sepatutnya merasa lega begitu mendengar cewek Betamart menyampaikan kalau dia punya rencana. Rencana yang diusulin sama dia benar-benar gila. Bikin beban di bahu gue bertambah berat, karena secara nggak langsung peran gue di rencana ini vital banget. Sekali salah gerak bisa-bisa rencana kita gagal total dan gue belum mempersiapkan diri untuk resiko yang bakal gue tanggung kalau sampai gagal.

"Udah siap, em...?" Gue melirik satu-satunya cewek di perkum kita malam ini, yang lima detik lalu membuka suara bertanya kesiapan gue. Kalimat terakhirnya sedikit menggantung, I think she wants to know my name...?

"Gue Aero. Kalo lo tanya kesiapan gue...," pandangan gue tertuju pada Ferguso yang nggak bosan menggonggong lalu ke manik mata si cewek Betamart, gue mengedikkan bahu, "mau nggak mau gue harus siap."

"Oke, Aero. Jangan sampai kegigit ya!"

"Amin."

Gue menarik napas, mencoba menghapus sisa-sisa keraguan dalam benak gue. Tugas gue sebenarnya gampang. Tinggal manjat pagar ke rumah Om Farel terus manjat lagi buat kembali ke rumah cewek Betamart. Iya, gaes, gue dijadiin umpan. But no, it's not the problem, the problem is, gue nggak yakin bisa bergerak gesit tanpa terluka melihat kondisi pagar yang dilengkapi dengan busur-busur kecil yang pastinya bakal sakit banget kalo kulit kegores dikit. Dan berdasar pengalaman gue dikejar Ferguso, dia larinya cepat sekali, badannya juga mantul buat dipakai menerjang mangsa. Gue meringis ngeri. Oh God, kemana perginya Ferguso yang baik hati, manis, berbudi pekerti luhur, cerah-ceria yang selama ini sering gue temui? Siapa sebenarnya monster yang ada di balik pagar itu?

"Aero buruan!"

Dengan segera gue manjat melewati pembatas antar rumah ini. Dari sudut mata, gue bisa melihat Ferguso yang mulai menaruh atensi pada gue. Ketika kaki gue udah memijak tanah, bukannya lega gue malah makin deg-deg-an dibarengi keringat dingin yang mengucur deras. Belum semenit gue memijakkan kaki sosok Ferguso tampak memasuki halaman, tepatnya mengarah ke gue. Di belakangnya belum ada tanda-tanda keberadaan si cewek Betamart dan temannya. Damn! What are they doing? Why it takes so many time just to close the fucking fence?!

Segala kerisauan gue berganti menjadi kekesalan. Seharusnya gue nggak percaya sama mereka apalagi mereka udah saling kenal sementara gue cuma cowok 'asing' yang mungkin menyebalkan di mata mereka. Pantas aja gue dijadiin umpan Ferguso, mereka bukannya percaya sama gue, mereka cuma mencari posisi teraman dan gue yang notabene sendirian dengan bodohnya mau-mau aja dijadiin umpan.

"Balik, woi, buruan!"

Seruan dari cowok berjaket leather menyudahi sesi lamunan singkat penuh prasangka gue. Dengan energi yang tersisa, gue buru-buru memanjat pagar lagi ke rumah si cewek Betamart. Gue menggeram dan panik setengah mati menyadari tangan gue licin karena keringat. Entah karena pikiran gue terlalu banyak, beban tubuh gue juga seakan bertambah.

Setelah memaksa lengan semaksimal mungkin untuk mengangkat beban tubuh, gue akhirnya bisa capai bagian teratas pagar. Di bawah sana dapat gue lihat Ferguso yang melompat-lompat hendak meraih gue-dan untungnya nggak sampai. Gue menghela napas berat seraya menyeka keringat di dahi. Baru setelahnya gue memutuskan untuk turun.

Masih dengan kondisi megap-megap, duo racun—cewek Betamart dan temannya—bergerak menghampiri gue. Tampak sorot lega serta cemas di mata mereka. Ralat, bukan mereka, maksudku hanya si cewek Betamart yang menampilkan dua sorot tadi. Hah, kalo dia pikir gue mau bicara dengan dia setelah ini, sorry not sorry but never even in her wildest dream!

"Tangan kamu luka."

"Said someone who took me into this nightmare."

"Aero."

"Jangan sok kenal sama gue."

Malam itu, gue pulang tanpa khawatir luka gue kena infeksi. Tumben. Tangan gue terulur menggaruk kepala yang nggak gatal. Gue lebih mengkhawatirkan sesuatu yang mengganjal di hati gue, entah apa. Antara gue lupa atau emang nggak tau.

:🌹:

"i felt like there's something wrong but i don't know what is it." - aero

A/N : sebelum kalian tenggelam dalam ekspetasi, gue mau ngasih tau, aero bukan tipe cowok cuek yang (biasanya) jadi tipe cewek-cewek. no. he's far away from ideal. and thats why think that its kinda hard to makes aero more loveable/? idk, siapa tau kalian punya selera unik soal cowok dan kalian ngerasa suka-suka aja dengan tipe cowok sentimental dan agak child-ish seperti aero? XD

the bee & his honeyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang