Lembaran Baru Katanya?

2.1K 165 2
                                    

Waktu terus saja berlalu, meninggalkan secerca kenangan. Aku memulai hari hariku yang baru. Memulai semuanya dari awal, aku ingin memperbaiki semuanya. Aku yang sekarang bukanlah yang dulu, hidupku menjadi penuh warna dan tentunya aku bisa tertawa bahagia tanpa beban yang menumpuk dihati. Semua jadi lebih baik sekarang, bahkan kabar baiknya lagi aku sudah jarang mengalami serangan dan mungkin aku bisa hidup sedikit lebih lama lagi. Mungkin Tuhan ingin aku memperbaiki semuanya terlebih dahulu. Sebelum aku benar benar menutup mata.

Hidup
Sebuah kata yang terdiri dari lima huruf namun besar maknanya.

Sebuah kata yang bisa di ucapkan hanya dalam lima detik.
Namun sulit untuk di mengerti.

Sebuah kata yang menyimpan berjuta rasa.

Sebuah kata yang memendam bermilyar milyar kisah.

Dan inilah HIDUP
Yang penuh kejutan
Entah itu bahagia ataupun kesedihan
Semua sudah di atur dengan sangat rapi.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Senja telah tiba, matahari telah tenggelam di ufuk barat menyisakan semburat cahaya kemerah merahan mungkin lebih tepatnya berwarna jingga. Angin mulai berhembus lebih kencang membuat udara semakin dingin saja.

Dan saat ini aku sedang berada di bangku taman belakang panti. Tidak seperti dulu , kali ini aku disini bukan untuk menangis atau menulis curahan hati  tapi aku disini untuk merayakan ulang tahun Shira bersama anak anak lainnya. Lihatlah anak anak ini mereka tampak lucu dan mengemaskan dengan baju yang mereka kenakan plus dengan taburan bedak yang membuat mereka cemong cemong tak karuan. Hingga membuat tangan ku gemas untuk mencubiti pipi gembul mereka satu persatu.

"ayo baris baris yang rapi Shira sama bunda udah datang" teriak Kak Nada menginstruksi kami semua yang ada di situ.

Aku segera mengambil posisi.

Dan dalam hitungan

1

2

3

"SELAMAT ULANG TAHUN SHIRA" teriak kami serempak saat Shira datang di gandeng bunda.

Aku mengambil kue ulang tahun Shira yang bernuansa putih dan di kelilinggi hiasan berbentuk bunga mawar berwarna warni, tampak serasi dengan gaun yang Shira kenakan. Aku merendahkan tubuhku di depan Shira agar tinggi kami setara dan ku ucapkan "selamat ulang tahun bocah nakal"

" Kak Dava " bukannya meniup lilin, Shira justru memeluk tubuh kurus dengan erat. Membuat tubuhku sedikit terhuyung kebelakang.

Ku elus rambut panjang Shira" jangan nangis, masa calon cecan nangis ntar cantiknya hilang gimana"

"ihhh Kak Dava jangan gitu dong, doa itu ucapan hikssss" ucap Shira sambil menceramahiku dan tentunya dengan sesegukkan.

Ku seka air mata yang mengalir di pipi shira, sayang seribu sayang jika bocah seimut Shira harus menangis tersendu-sendu seperti ini.

" Shira cepetan dong tiup lilin nya biar kami bisa nyoba kue nya" ucap seorang bocah laki laki berbadan gembul.

" Aland!! Nyebelin Shira kan lagi nikmati pelukannya Kak Dava" balas Shira sambil memasang wajah masamnya.

Kak Nada gelen-geleng kepala melihat tingkah mereka, begitu juga dengan aku, bunda, dan tentu nya Kak Arik "udah dong jangan berantem kasihan Kak Dava nya yang ndengerin kalian berantem mulu "

Wajah mereka tampak lesu lantas menunduk
Menunjukkan berapa besar rasa bersalahnya "maaf"  guman mereka serempak.

"udah yuk, Shira ayo tiup lilinnya tapi harus berdoa dulu ya"

"iya bun"

Dan akhirnya proses peniupan lilin ulang tahun Shira berjalan dengan lancar. Setelah itu Kak Nada dengan telaten memotong kue kue itu menjadi beberapa bagian, dan membagikannya kepada kami semua.

Pesta ulang tahun Shira masih berlanjut. Kak Arik mengarahkan mereka untuk memainkan sebuah peemainan dan ya! mereka terlihat sangat gembira berlarian kesana kemari. Sementara itu aku hanya bisa duduk sambil mengamati mereka, kondisi paru paru dan jantung ku tidak memungkin kan aku melakukan hal hal berat apalagi berlari.

"Hei bengong ajah dek"

"ihhh kak Nada bikin senam jantung aja "

"hemmmm mau di temenin nggak, mumpung kakak jomblo nih! " tawar kak nada kepadaku.

"Kak Nada aku tuh buka anak kecil lagi! Ngakunya jomblo kalo dirumah, kalo di kampus gimana nih! "

Kak nada memutar bola matanya "ihhhh kok makin nyebelin ya"

"ya udah duduk sini ajah kak, emmmm bunda mana"

"lagi di dapur bikin minum kenapa??"

Aku mengelenggkan kepala, beberapa menit kemudian pandangan ku sudah beralih pada anak anak panti yang sedang berlarian bersama Kak Arik. Aku menatap mereka penuh dengan senyuman, aku akan selalu berdoa agar mereka selalu bahagia.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Senja telah menjemput malam, matahari sudah tenggelam sempurna menyisakan langit gelap berbintang. Malam ini aku tengah berkutat dengan deretan angka angka yang ada di selembar kertas, aku sedang mencoba memasukkan angka angka itu ke dalam otak ku dan memaksa otak lemot ku untuk mencerna seluruh deretan angka tersebut.

Ku goreskan pena di atas kertas hingga membentuk sebuah jawaban yang entah benar atau tidak. Ya siapa yang peduli??  Yang penting kan aku sudah berusaha mengerjakan semua soal itu dengan sungguh sungguh. Uhhhhh kepala ku rasanya berdenyut denyut, apa ini mungkin efek jika aku terlalu memaksakan diri atau tanda tanda kalo Jantungku akan kumat??

Tanpa pikir panjang aku segera meraih botol bening berisi butiran butiran pil putih atau lebih tepatnya pil yang berguna memperpanjang hidupku. Seketika rasa pahit menjalar ke seluruh indra perasa ku membuat ku sedikit ingin muntah, aku segera membekap mulut ku agar tidak keluar dan menjadi muntahan. Dan ternyata cara itu cukup ampuh!!

Huffffff sekarang aku harus memfokuskan pikiran ku ke deretan angka itu lagi. Hingga suara pintu terbuka mengalihkan titik fokus ku.

" kak dav!! " shira menyembul dari balik pintu dan langsung mendatangi ku.

" iya, apa"

Shira menyodorkan sebuah kertas foto ke depan ku"liat deh kak bapak bapak ini mirip sama Kak Dava deh"

"ehhh" balasku dengan nada sedikit terkejut dan ku ambil alih foto itu dari tangan shira.

Aku memperhatikan setiap detail foto itu, dan benar saja laki laki yang mungkin usia nya sekitar 30an itu sangat mirip dengan wajahku. Mulai dari bentuk wajahnya, bentuk matanya bahkan hingga warna bola matanya.

Tapi aku sama sekali tak peduli. Aku lebih memilih memasukan foto itu kedalam laci meja belajarku, bersama tumpukan buku buk7 juga kertas!

De Historia In Vita MeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang