Menerima Mereka

1.8K 153 20
                                    

Entah sudah berapa malam yang ku lewati bersama Nandra. Nyatanya hampir setiap malam dia selalu menyusup masuk ke kamarku. Membajak kasur empukku. Kadang dia datang membawa segelas susu untuk ku, membenarkan letak selimut ku, dan memeluk ku saat aku tidur. Sedikit mengganggu tapi tak bisa di pungkiri hatiku selalu menghangat setiap perhatian kecil yang Nandra berikan pada hidupku.

Nandra bilang ia sangat butuh saudara. Butuh teman bicara. Nandra bilang Om Raffi sering keluar kota. Membuatnya kesepian! Jadi saat Om Raffi menceritakan tentang diriku, Nandra seperti mendapat hadiah dari Tuhan katanya.

Iya! Aku tahu itu semua sedikit dramatis. Tapi memang itu yang terjadi.

"heehh udah tidur lu? " Nandra menyentuh tanganku.

" Belum Bang" oh ya mulai sekarang aku memanggil Nandra dengan embel embel abang. Aku mencoba menerima semuanya, membuka sedikit ruang di hatiku untuk menerima Nandra dan Om Raffi.  Cukup sulit memang untuk membiasakan semua ini, namun aku juga tak mau terus terkungkung dalam kesedihan yang malah akan membuat ku semakin sakit.

"Gue mau cerita "

" hemmmm " jawab ku sambil memiringkan badan ku ke arah Nandra.

" Gue suka sama cewek! " aku membulatkan mataku,  tak percaya bahwa Nandra bisa jatuh cinta !

" terus bang"

"Dia suka sama temen gue "

"Namanya siapa bang? " tanya ku bingung, memang siapa sih dia itu? Tapi siapa pun dia pasti wajah lebih tampan dari Nandra. Atau bisa jadi sifatnya lebih baik dari Nandra, mengingat Nandra kalo bicara nggak ada filternya!

" kita sebut saja mawar " jawabnya sambil menirukan  pembawa acara investigasi yang tayang setiap hari minggu.

Sebenarnya aku ingin sekali menjitak kepala Nandra, namun aku sadar bahwa selama ini Nandra sudah menyayangi ku seperti adiknya sendiri.  Jadi ku urungkan niat ku tersebut.

" udah ah tidur, ntar lo kecapean terus jantung lo kumat "

"alesan bilang aja nggak kuat begadang! "

"heh bocah, lo napas aja masih senin-kamis ngejek orang!"

Aku hanya tekekeh pelan, melihat sifat Nandra yang mudah sekali terpancing oleh kata kata. Lihatlah sekarang!  Kulit putih Nandra berubah menjadi merah seperti udang yang baru direbus.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Matahari telah naik, menyingkirkan raja malam dan mengatikan tugasnya menemani bumi.

"Dava kenapa lu nggak bangunin gue?" teriak Nandra sambil berlari ke arah kamar mandi.

Nandra dia bangun sedikit kesiangan, atau lebih tepatnya dia benar benar kesiangan. Karena  nyatanya sekarang jam sudah menunjukkan pukul 07.10 dimana lima menit lagi gerbang sekolah Nandra akan benar benar terkunci rapat.

Selagi Nandra mandi, aku mencoba beranjak dari ranjang ku. Ahhhh pusing itulah yang ku rasakan pertama kali kemudian di susul dengan sensasi mual yang mengelitik perutku . Tapi aku tak boleh lemah, aku juga ingin membantu Nandra. Ku masukkan buku sekolah Nandra yang bertebaran di ranjang ke kedalam tasnya.

"Ehhh lu ngapain? " mataku terpampang lebar, ya Allah mata suci ku telah ternodai!

"Bang kenapa telanjang " ucap ku sambil menutup kedua mataku ini.

Nandra tersenyum lebar, aku tak tahu kenapa dia tersenyum seperti itu? Bukankah seharusnya dia malu, ohhhhh aku lupa urat malu Nadra kan sudah lama putus.

" nggak ada handuk di dalem" Nadra mengambil handuk yang terselampir di kursi pojokan.

" kita sejenis kali" Nandra terkekeh, sementara itu aku masih saja menutupi dua netra ku dengan tangan.  "Gue udah pake baju!"

Aku mulai menurunkan telapak tangan ku dari area mata. Uhhhhh.... Untunglah Nandra sudah siap dengan seragam sekolahnya. Ya, Walaupun dia tak mengancingkan bajunya dengan benar dan tak memakai dasi. Tapi sudahlah! Ini lebih baik dari pada dia telanjang didepan mataku

" Ayo sarapan, gue laper! " ajaknya sambil menarik pergelangan tangan ku.

"Tapi kan udah telat"

"Biarin lah, kalo gue langsung berangkat juga bakal tetep terlambat kok! udah gitu ntar kelaperan disekolah emang lu mau tanggung jawab kalo gue kenapa napa" cerocosnya.

"Om Raffi mana"

"oh ayah gue lagi dinas keluar kota " Nadra menjejalkan sesendok nasi kemulutnya usai menanggapi ucapan ku.

Aku hanya mengangguk, tanganku mulai mrnyendok makanan yang tersaji di depan ku. Sepiring nasi goreng dan sebuah telur mata sapi sama seperti yang Nandra makan. Namun bedanya Nandra sudah menghambiskan sebagian nasi goreng sedangkan aku baru menyendoknya dan hendak memakannya.

"aisshhh tangan lo gemeter, sini gue suapin! " Nandra mengambil alih sendok di tangan ku,merebutnya secara brutal.

" nggak usah bang! " aku mencoba meraih sendok itu dari tangan Nandra, namun Nandra justru mengengamnya erat erat.

Nandra berdecak" ck sok kuat lu ah, sini gue suapin. Jangan nolak! "  aku membuka mulutku saat sesendok nasi goreng ada di depan mulutku"  kalo lo butuh apa-apa jangan sungkan minta tolong ke gue " lanjutnya.

Selama sesi sarapan berlangsung Nandra terus saja menyuapiku, padahal sudah ku minta untuk berhenti. Lihatlah gara gara diriku ini Nandra tak menghabiskan sarapannya.  Kenapa aku selalu saja seperti benalu bagi orang lain?  Tak bisakah diriku menjadi lebih kuat dari ini!

"Gue berangkat ya, jangan lupa minum obatnya! "

" iya "

Nandra melangkah pergi, aku tak tahu apa yang akan terjadi padanya di sekolah?  Ku harap dia tak dihukun karena sudah terlambat lebih dari 30 menit!

🍁🍁🍁🍁🍁

Detik jam terus saja berputar, sudah hampir 2 jam aku disini. Duduk melamun di tepian kolam renang. Pikiran ku kembali berkelana jauh, memori ku dengan bunda kembali berputar disana dan sesaat kemudian aku merasakan lara mendalam di hatiku.

Dava mau kan ketemu mama kandungnya Dava?  Ahh tak peduli berapa kali aku mencoba mengenyahkan kata itu dalam kepalaku!  Kata itu seakan mempunyai berjuta juta cara untuk kembali berputar di kepalaku.

Aku sangat ingin bertemu dengan mama, bunda! Tapi belum tentu mama mau bertemu dengan ku!

Aku sangat ingin bertemu dengan mama, melihat rupa wanita yang telah berbesar hati melahirkan ku dan memberi kesempatan bagiku menatap indahnya langit. Tapi aku terlalu takut untuk menerima reaksi apa yang akan mama berikan padaku bunda?  Aku takut merasakan rasa sakit itu. Bagaimana jika mamaku menolakku, membenciku, dan tak pernah menganggapku? 

" Jangan ngelamun den! " aku terkejut!

" emmm enggak kok mbok"

" Si aden, nggak pinter boong. Orang tadi udah Mbok Siti perhatiin dari sana aden ngelamun nggak berhenti henti " aku mengaruk kepala yang sebenarnya tak gatal sama sekali.

" aden jangan lama lama di luar nggak baik buat kesehatan aden" nasihat Mbok Siti sambil menyodorkan secangkir teh hangat padaku.

"makasih Mbok, nanti saya pasti masuk kok Mbok"

"jangan nanti nanti den, tapi sekarang" perintah Mbok Siti.

Aku bangun dari dudukku " iya Mbok saya masuk sekarang!"

"perlu Mbok anter den? "

"  ahhh nggak usah saya masih kuat kok mbok kalo naik tangga! "

🍁🍁🍁🍁🍁

Hai gimana?  Adakah yang nunggu cerita abal abal ini?

Emmm jadi gini, sebenarnya aku udah pengen up dari minggu kemaren tapi ada sedikit masalah sama jaringan di daerah rumahku. 

Jadi aku minta maaf ya ke kalian karena udah sering buat kalian nunggu!

Emm dan makasih buat yang sudah baca cerita ini dan ngasih vomen buat ku!
Makasih banget ☺️☺️

De Historia In Vita MeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang