Burung Dalam Sangkar

2.8K 223 6
                                    

Banyak orang yang suka dengan senja dan hujan. Entah karena apa? Apa mungkin karena senja adalah waktu yang tepat untuk menumpahkan lara atau karena hujan peluntur duka.

🍁🍁🍁🍁🍁

Aku membuka dan menutupkan mataku sendari tadi, mencoba mengusir rasa bosan yang mengendap di dada.

Pukul delapan pagi.
Aku mulai merasa sangat bosan, ku edarkan pandangan ku ke seluruh isi ruangan berharap ada orang yang dapat ku ajak bicara.
Namun hasilnya NIHIL. Sejak seorang suster pergi tadi, kamarku sama sekali tak terjamah manusia. Begitu kosong dan hampa.

Aku melirik ke atas nakas, dan ku lihat sekeranjang buah buahan. Tapi itu tak menarik hatiku sama sekali. Aku malah lebih tertarik ke sebuah kertas kosong dan bolpen disana yang entah milik siapa.

Aku mulai berusaha meraih kertas dan bolpen, ku gerakan sedikit badanku. Hanya sedikit, dan apa kalian tau rasanya?

Rasanya begitu nyeri dan ngilu apalagi di bagian dada. Selalu saja begini!

DAPAT!

Saat tangan kurusku berhasil nemegang kertas dan bolpen itu. Dan sekarang aku harus mencari posisi yang enak untuk menggambar. Mana mungkin aku menggambar sambil berbaring seperti ini.

Aku mulai menarik tubuh lemahku ini untuk bersandar. Cukup merepotkan memang mempunyai tubuh lemah seperti ini, apalagi saat ini banyak selang selang yang melilit tubuh ku. Walaupun tak sebanyak beberapa hari kemarin. Tapi tetap saja merepotkan dan menyakitkan untuk dirasakan ataupun dipandang.

Akhirnya aku benar menemukan posisi enak untuk menggambarkan walaupun dengan kondisi bercucuran keringat dan nafas yang tersengal sengal. Tentu saja hal itu adalah harga yang harus ku bayar. Di dunia ini mana ada yang geratis!

Aku mulai mengoreskan tinta bolpen di atas lembar kertas yang sedikit kusut itu. Membiarkan tanganku menari-nari indah bersama imajinasi yang meliar didalam kepala.

🍁🍁🍁🍁🍁🍁🍁

Hampir 30 menit aku membuat goresan pena di kertas, dan sekarang sudah terbentuk sebuah gambar perbukitan dan sungai yang mengalir indah.

Kalo nanti aku mati, apakah tuhan bakal nempatin aku di tempat indah kayak gini?
O

ke! Sepertinya imajinasiku mulai tak terkendali, membuat otak menjadi sedikit tidak waras.

Tapi saat ini aku benar-benar ingin bertanya pada Tuhan. Apakah jika nanti aku mati, aku akan mendapatkan tempat yang indah disisinya?

Aku terus berpikir keras.

Hingga sebuah suara pintu terbuka mengalihkan pikiran ku.

"sayang" ucap orang yang menyembul dari pintu itu yang tak lain dan tak bukan adalah Bunda Ana dan Kak Nada.

"bun-da"

"loh kok malah nggak istirahat sih dek" sekarang giliran Kak Nada yang melontarkan sebuah pertanyaan.

"bo....sen kak" balas ku.

"ya udah sekarang tiduran aja ya" ucapan bunda sambil membantuku untuk berbaring lagi.

De Historia In Vita MeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang