Pt.1

8.1K 734 50
                                    

Minha masih terdiam sambil menundukkan kepalanya, ia tidak berani mendongakkan kepalanya karena masih kebingungan. Pikirannya masih terlalu kacau, ia masih tidak mengerti apa yang sedang direncanakan oleh kedua orang tua yang sedang berkumpul di meja makan saat ini. Namun dari ucapan laki-laki tadi, bisa ia simpulkan sepertinya para orang tua itu merencanakan sesuatu untuknya dan juga laki-laki bernama Yeonjun itu.


Tiba-tiba wanita yang ada di sebelah Minha menatap ke arah Minha dan juga Yeonjun. "Cha, sekarang kalian sudah saling bertemu. Tunggu dulu, kalian satu kampus bukan?"

"Ya.." jawab Minha dan Yeonjun bersamaan.

"Apa kalian pernah saling berinteraksi?" tanya wanita yang duduk di sebelah Yeonjun.

"Tidak.." jawab mereka bersamaan. Wanita yang duduk di sebelah Minha dan wanita yang duduk sebelah Yeonjun tertawa usai mendengar ucapan mereka.

"Aigoo~ kalian menggemaskan. Aku jadi semakin tidak sabar menjodohkan kalian.."



Mata Minha membesar usai mendengar ucapan wanita yang merupakan Ibu Yeonjun. Perjodohan?? Ia sama sekali tidak pernah menyangka akan dijodohkan.



"Apa Ayah dan Ibu akan menjodohkanku?" tanya Minha dengan raut wajah polosnya.

"Tentu saja, lagipula siapa lagi yang akan kami jodohkan dengan Yeonjun kalau bukan dirimu. Tidak mungkin kakakmu Hoseok yang dijodohkan dengan dia." gurau Ayah Minha yang dibalas tawa semua yang berada disana kecuali Minha.

"Tapi kenapa?" tanya Minha lagi.

"Aku dan Ayahmu sudah sangat dekat,  kami bersahabat sejak sekolah menengah pertama. Meskipun aku sudah menganggapnya sebagai saudaraku sendiri, tapi rasanya aku ingin tali persahabatan itu semakin kuat. Diluar dugaanku, ternyata ia juga menginginkan hal yang sama. Oleh karena itu kami memutuskan untuk menjodohkan salah satu anak kami suatu hari nanti, kami pikir ini waktu yang tepat untuk memulainya." tutur Ayah Yeonjun.

"Kenapa Minha? Apa kau tidak setuju?" tanya Ayah Minha.

"Kalau kau tidak mau tidak apa-apa, kami tidak akan memaksamu.." tutur Ayah Yeonjun dengan lembut.

"Tidak, bukan begitu. Aku hanya terkejut karena ini sangat tiba-tiba." ucap Minha sambil tersenyum tipis.

"Berarti kau akan menerima perjodohan ini kan?" tanya Ibu Minha.

"Kalau ini yang kalian inginkan, aku akan melakukannya." jawab Minha sambil tersenyum.


Minha mana mungkin menolak permintaan orang tuanya, ia merupakan anak yang sangat penurut dan tidak pernah melawan orang tuanya. Tanpa ia sadari seseorang tersenyum lebar saat mendengar ucapannya.



"Lalu bagaimana denganmu Yeonjun, kau juga setuju kan?" tanya Ibu Yeonjun.

"Ya, aku setuju." Yeonjun tersenyum lebar sambil menatap ke arah Minha. Mata mereka pun bertatapan, Minha tersenyum kikuk karena ditatap Yeonjun.

"Tapi, aku ada persyaratan khusus." lanjut Yeonjun. Sontak saja semua yang ada disana langsung menatapnya.

"Apa itu, nak?" tanya Ayahnya.

"Aku tidak ingin menikah terlalu cepat, tolong beri kami senggang waktu untuk berkarir setelah kami lulus kuliah." ujar Yeonjun.

"Ya, baiklah terserah dirimu saja. Namun jangan terlalu lama, kalau tidak lihat saja apa yang akan terjadi."

"Hmm, baiklah."

"Ya ampun, ku kira kau akan mengajukan sesuatu yang aneh.." ujar Ibu Yeonjun. Yeonjun hanya tersenyum, sesekali ia melirik ke arah Minha, bagi Yeonjun ada sesuatu yang menarik dari gadis yang ada di hadapannya.



Minha melenguh pelan sambil menatap langit malam, ia masih tidak percaya kalau ia akan di jodohkan dengan anak dari sahabat Ayahnya. Terlebih anak temannya merupakan salah satu mahasiswa paling terkenal di kampusnya. Ya, Minha sedikit mengetahui tentang Yeonjun karena temannya Arin sering membahasnya. Kata Arin, Yeonjun adalah mahasiswa yang terkenal tampan, pintar dan sangat berpengaruh di kampusnya. Dia juga sangat populer di kalangan kampus lain dan memiliki banyak penggemar. Intinya, Arin bilang Yeonjun merupakan laki-laki idaman. Mengetahui fakta itu,  Minha bingung harus bersyukur atau tidak karena dijodohkan dengan Yeonjun.


"Sedang menikmati langit malam?" tegur Yeonjun yang tiba-tiba sudah berada di belakang Minha. Sontak saja Minha tekejut langsung menoleh ke belakang.

"Maaf sepertinya aku mengejutkanmu." ucap Yeonjun sambil tersenyum simpul.

"Tidak apa-apa, santai saja." ujar Minha seraya tersenyum tipis. Ia pun kembali menatap ke arah langit. Yeonjun pun berdiri di sebelah Minha seraya ikut menatap langit.

"Aku sedikit terkejut saat kau bilang kau menyetujui perjodohan ini." ucap Yeonjun sambil menatap Minha lekat. Minha langsung menoleh ke arah Yeonjun.

"Kenapa? Apa kau berencana untuk menolak perjodohan?" tanya Minha dengan raut wajah yang serius.

"Tentu saja tidak, aku tidak ingin mati muda di tangan kedua orang tuaku." ujar Yeonjun dengan nada bercanda lalu tertawa. Minha hanya tertawa kecil.

"Apa orang tuamu memaksamu untuk menerima perjodohan?" tanya Minha lagi.

"Tentu saja tidak, asal kau tau saja. Kalau  bukan dirimu, aku mungkin akan menolak perjodohan ini." Yeonjun tersenyum lebar.

Mata Minha justru membesar saat mendengar ucapan Yeonjun. "Karenaku? Kenapa memangnya?" tanyanya.

"Entahlah, mungkin aku mulai tertarik padamu." jawab Yeonjun sejujur mungkin. Ya, saat Ibu Minha menyuruhnya untuk menjemput Minha di kamar awalnya ia merasa sedikit kesal. Namun saat pintu kamar terbuka, dan menampilkan sosok Minha. Yeonjun seperti terpukau dengan pesona Minha.

"Secepat itu?" Minha mengerutkan dahinya.

"Kau pernah mendengar tentang cinta pada pandangan pertama? Sepertinya aku mengalaminya, denganmu." ucap Yeonjun lembut.



Pipi Minha seketika memerah, ia mengulum senyumnya seraya menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan raut wajah tersipunya.



"Lalu bagaimana denganmu?" tanya Yeonjun sambil menatap lekat Minha. Sontak saja Minha langsung mendongakkan kepalanya untuk menatap Yeonjun.

"Apa?"

"Kesan pertamamu terhadapku, bagaimana?" tanya Yeonjun sambil tersenyum tipis.

"Kau anak yang baik, penurut dan mandiri." jawab Minha. Yeonjun menaikan sebelah alisnya.

"Hanya itu?" tanyanya.



Minha menggaruk kepalanya yang tidak gatal, ia nampak kebingungan untuk menjawab pertanyaan Yeonjun.



"Maaf, untuk saat ini yang terfikir di kepalaku hanya itu." jawab Minha sambil menundukkan kepalanya.

"Tidak apa-apa, lagipula kita baru saja saling mengenal." Yeonjun kembali menatap ke arah langit sedangkan Minha  mengalihkan pandangannya ke arah Yeonjun.

"Sejujurnya aku masih kebingungan, aku masih tidak mengerti dengan pikiranku. Aku tau pasti yang kau maksud tadi adalah perasaanku, aku masih belum terlalu yakin dengan apa yang ku rasakan saat denganmu. Maaf, kau pasti sudah berharap banyak padaku, aku akan berusaha mencoba untuk menerimamu." lirih Minha seraya menundukkan kepalanya.



Senyuman manis terukir di bibir Yeonjun, tangannya terulur menuju kepala Minha lalu mengelus pelan rambutnya.



"Hei, tidak apa-apa. Bukankah sudah kubilang untuk tidak memaksakannya." ujar Yeonjun lembut.


Minha mendongakkan kepalanya, matanya dan mata Yeonjun pun saling bertatapan.

Perlahan tangan Yeonjun beralih meraih kedua tangan Minha lalu menatap matanya dengan penuh ketulusan.


"Kau tidak perlu berusaha apapun, biar aku saja yang berusaha untuk membuatmu jatuh hati padaku." ucap Yeonjun.








Oke, sepertinya pipi Minha mulai memerah lagi sekarang.

Oh! My  × Choi YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang