Pt. 2

6.8K 641 60
                                    

Suara helaan nafas memenuhi ruang kelas saat ini, mereka lega karena seorang dosen yang dikenal killer baru saja menyelesaikan mata pelajarannya. Minha hanya tersenyum tipis melihat kedua sahabatnya yang terlihat kegirangan saat tau jam mata kuliahnya dengan dosen killer itu sudah berakhir.


"Mau ke kantin sekarang?" tanya Tzuyu salah satu sahabat Minha.

"Hmm, perutku juga sudah mulai kelaparan." jawab Minha.

"Ayo, pergi sekarang. Aku juga ingin menenangkan pikiranku." sahut Arin. Minha dan Tzuyu hanya menganggukan kepalanya lalu mereka bertiga pun pergi menuju kantin.

Usai mengambil makanan mereka pun duduk di kursi yang kosong. Minha duduk di kursi yang ada di depan Arin, sedangkan Arin duduk di kursi yang berada di samping Tzuyu.


"Syukurlah menu makanan hari ini semuanya makanan favoritku." ujar Arin.

"Memangnya kenapa kalau menu makanan hari ini semuanya adalah makanan favoritmu." cibir Minha.

"Sedikit menghiburku setelah mendengar celotehan dosen gila itu, terlebih lagi ia memberiku nilai C di tugas kemarin. Huh, aku jadi semakin membencinya." Arin langsung menyuap makanannya satu sendok penuh ke dalam mulutnya.

"Ya! Kau bisa tersedak nanti.." tegur Tzuyu.

"Itu tandanya kau harus rajin belajar, bukan malah menyalahkan dosen." tutur Minha.

"Huh, kalian mana tau penderitaanku. Kalian kan selalu mendapat nilai bagus di mata kuliahnya." dengus Arin.

"Ahh, sedari tadi aku tidak melihat Yuqi. Kemana perginya anak itu?" tanya Minha yang baru tersadar kalau satu sahabatnya baru saja absen kelas.

"Ck, kau baru menyadarinya? Daritadi kemana pikiranmu Minha-ya. Yuqi izin dua hari untuk pergi ke kampung halamannya, ia tidak bilang dengan jelas padaku alasan kenapa dia izin." jelas Tzuyu.

"Mungkin dia akan dijodohkan." gurau Arin yang tiba-tiba saja langsung membuat Minha tersedak usai mendengar ucapannya.

"Humm, Arin yang makan dengan aneh kenapa malah kau yang tersedak!" cibir Tzuyu. Minha langsung meminum minumannya dengan cepat.

"Entah, hanya sedikit terkejut." jawabnya santai.

"Kenapa memangnya? Apa dirimu yang akan dijodohkan?" ledek Arin sambil menatap ke arah Minha.


Bola mata Minha seketika makin membesar usai mendengar ucapan Arin. Keringat dingin kini mulai keluar dari tubuhnya. Jujur saja ia belum siap memberitahukan sahabatnya tentang rencana keluarganya itu.


"Mana mungkin!!" elak Minha. Mata Arin semakin menatap Minha dengan seduktif.

"Benar juga, diantara kita berempat kaulah yang paling tertutup dengan anak laki-laki kecuali dengan kakakmu." ujar Arin sambil melanjutkan kegiatan makan nya.

"Kau ini, jangan meledeknya seperti itu. Lagipula apa bagusnya terlalu dekat dengan laki-laki, mereka semua hanya ingin mempermainkan wanita saja." keluh Tzuyu.

"Heol, jangan samakan semua laki-laki dengan mantan pacarmu. Tidak semua laki-laki seperti itu." desis Arin. Tzuyu hanya memutar bola matanya lalu berpindah duduk di kursi kosong yang ada di samping Minha.

"Minha-ya, kuberi kau saran. Jangan terlalu mempercayai laki-laki karena mereka pembohong hebat." ucap Tzuyu. Arin seketika berdecak mendengar ucapan Tzuyu sedangkan Minha hanya tersenyum tipis.

"Nona Chou, sepertinya kau benar-benar belum bisa move on dari mantan pacarmu yang playboy itu. Jangan racuni Minha dengan pengalamanmu yang bodoh itu. Haruskah kubantu kalian untuk mendapatkan pacar, terlebih lagi kau Minhaㅡ kau belum pernah menjalin hubungan sama sekali, apa bagusnya hidup seperti itu." ujar Arin.

Oh! My  × Choi YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang