Pt. 4

4.9K 505 143
                                    

Karena insiden kecil itu, Yeonjun langsung mengantar Minha pulang. Selain karena sudah mulai malam, ia takkan membiarkan Minha melihat album foto kecilnya. Karena bagi Yeonjun album kenangan masa kecilnya adalah aib baginya.

Kini mereka berdua sudah berada di dalam mobil Yeonjun, keduanya sama-sama terdiam karena masih merasa canggung karena insiden tadi. Yeonjun menggigit ujung bawah bibirnya karena merasa tidak nyaman dengan kecanggungan yang ia rasakan.



"Maaf untuk yang tadi, tapi aku melakukannya karena ingin menyelamatkanmu." tutur Yeonjun pelan yang masih bisa terdengar oleh Minha.

"Tidak apa-apa, aku seharusnya berterima kasih padamu karena sudah menolongku." ucap Minha sambil tersenyum tipis.

"Kau tidak perlu berterima kasih, ahhㅡ selagi aku pergi tadi apa saja yang kau dan Ibu bicarakan?" tanya Yeonjun.

"Entahlah, aku tidak terlalu ingat. Yang pasti aku dan Ibumu hanya membahas tentang gaun yang ia rancang karena tadi ia meminta bantuanku untuk membantunya memilih. Gaun rancangan Ibumu sangat bagus, aku menyukai semua rancangannya." ucap Minha dengan sorot mata yang menunjukkan penuh kekaguman.

"Kau terlalu berlebihan, tapi itu benar. Ibuku memang luar biasa.." ujar Yeonjun sambil tersenyum lebar.

"Ahh, aku juga baru tau kalau kau punya seorang adik." celetuk Minha.

"Ya, aku memang punya seorang adik. Ia terpaut dua tahun dariku, namanya Beomgyu. Semenjak aku pindah ke apartemen biasanya sepupuku Soobin yang menemaninya di rumah. Adik laki-laki ku sangat tampan, meskipun masih lebih tampan kakaknya." jawab Yeonjun sambil tersenyum pamer. Minha hanya berdecih pelan.

"Apa kau sering bertengkar dengannya?" tanya Minha.

"Tentu saja, bukankah itu sudah jadi hal yang biasa ketika seorang kakak dan adik bertengkar?"

"Iya kau benar. Untuk apa juga aku mengatakan itu." Minha menggaruk tengkuknya karena merasa kikuk.

"Minha ada yang ingin ku tanyakan padamu." ucap Yeonjun dengan lembut. Minha pun sontak menoleh ke arah Yeonjun.

"Tanyakan saja."

"Kenapa kau sangat suka menyendiri? Aku tau terkadang ketika jam kosong kau sering pergi ke taman yang ada di belakang fakultas psikologi. Kenapa kau sangat suka berada disana sendirian?" tanya Yeonjun. Minha menaikkan sebelah alisnya usai mendengar pertanyaan Yeonjun.

"Darimana kau tahu aku sering berada disana?" tanya Minha.

"Aku kan memang mengetahui segalanya tentangmu." ucap Yeonjun simbol tersenyum miring.

"Benarkah? Kau seorang stalker ya?" selidik Minha sambil mendelik ke arah Yeonjun.

"Tentu saja bukan. Tapi serius aku benar-benar mengetahui segalanya tentangmu, aku bahkan tahu ukuranㅡ" ucapan Yeonjun terhenti karena tiba-tiba Minha memberikan tatapan tajam padanya karena arah pandangannya mengarah pada dada Minha.

"Yang itu aku hanya bercanda, tapi yang lainnya aku serius. Setelah pertemuan malam itu, aku langsung mencari tahu informasi tentangmu. Aku meminta bantuan temanku Jihoon dan bahkan aku juga sempat berbicara pada Ibumu untuk lebih mengenalmu." tutur Yeonjun. Minha seketika terdiam usai mendengar ucapan Yeonjun.

"Kau tentu ingat kan perkataanku, kalau aku akan berusaha membuatmu jatuh cinta padaku. Itu adalah awal usahaku untuk membuka pintu gerbang hatimu." ujar Yeonjun dengan penuh ketulusan seraya menatap bola mata Minha.



Jantung Minha berdegup makin cepat usai mendengar perkataan Yeonjun barusan. Namun tak berapa lama Minha menundukkan kepalanya, jarinya memainkan ujung kemeja yang ia kenakan. Perasaannya berkecamuk, ia benar-benar bingung dengan isi hatinya sendiri. Minha benar-benar tersanjung dengan usaha Yeonjun yang sudah melangkah jauh untuk hubungan mereka, namun Minha ikut merutuki dirinya sendiri yang belum berusaha apapun untuk hubungan mereka.



Oh! My  × Choi YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang