Pt. 5

4.3K 523 75
                                    

Suara teriakan para gadis memenuhi lapangan untuk menyemangati beberapa pemain, yaㅡ saat ini beberapa mahasiswa tampan di kampus memang sedang bermain bola. Otomatis keadaan lapangan pun jadi sangat ramai karena di penuhi para penonton yang penasaran ingin melihat sekumpulan laki-laki tampan.


Yeonjun tergabung dalam salah satu dari pemain bola itu, ia dengan fokus terus menggiring bola menuju gawang. Hingga akhirnya sebuah tendangan maut yang ia keluarkan berhasil mencetak gol untuk timnya.



Suara teriakan para penonton pun mulai riuh saat melihat Yeonjun berhasil mencetak gol untuk yang ketiga kalinya dan membuat timnya memenangkan permainan. Yeonjun tersenyum puas melihat timnya yang sedang melakukan selebrasi, senyuman Yeonjun makin melebar saat matanya menemukan sosok gadis yang menarik perhatiannya.




Yeonjun dengan segera berlari menepi untuk mengambil tas miliknya, melihat Yeonjun yang nampak terburu-buru Mark yang merupakan sahabatnya dengan segera menghampirinya.



"Kau mau kemana?" tanya Mark.

"Aku ada urusan sebentar." jawab Yeonjun seraya merangkul tas miliknya.

"Baiklah, tapi kau tau kan tim Woojin akan mentraktir kita." jelas Mark.

"Aku tau, akan ku usahakan untuk menyusul nanti. Kalian pergi duluan saja." titah Yeonjun. Mark hanya menganggukan kepalanya, sedangkan Yeonjun langsung beranjak pergi.



Langkah kakinya di percepat agar jaraknya dengan Minha semakin dekat. Ia terkekeh pelan saat mendengar Minha yang ikut menyanyikan dengan pelan lagu yang sedang ia dengarkan. Dengan usil, Yeonjun berhasil menarik satu earphone Minha hingga lepas dari telinganya.



"Ughh!!" Minha langsung menoleh ke arah Yeonjun karena terkejut dengan perlakuan Yeonjun yang tiba-tiba.


Yeonjun hanya tertawa melihat raut wajah Minha yang terkejut karena ulahnya, Minha berdecak kesal lalu kembali memasang earphone yang lepas ke telinganya.


"Apa kau sudah membaca seluruh isi buku catatan itu?" tanya Yeonjun.

"Hmmㅡ aku benar-benar terkejut setelah membaca isi buku itu. Kau ternyata benar-benar berbeda dari dugaanku." cecar Minha. Yeonjun menautkan dua alisnya.

"Berbeda bagaimana?"

"Kukira kau benar-benar seseorang yang benar-benar mempesona, tapi ternyata kau itu aneh."

"Aneh katamu??" Yeonjun nampak tidak terima dengan ucapan Minha.

"Ya, kau aneh. Aku benar-benar tidak menyangka kau seaneh itu."

"Hei, aku ini tidak aneh. Aku ini laki-laki yang benar-benar mempesona, tunggu saja sebentar lagi kau pasti akan luluh dengan pesonaku." ujar Yeonjun.

"Ya, terserah kau sajalah."

"Kau sudah dapat pengumuman jadwal sidang?" tanya Yeonjun dengan raut wajah serius.

"Ya, sidangku minggu depan. Kau sendiri kapan?"

"Lusa.." jawab Yeonjun santai yang sontak langsung dibalas tatapan Minha yang mendelik ke arahnya.

"Kau serius? Secepat itu?" tanya Minha dengan mata yang berbinar.

"Tentu saja, tadi aku baru saja menemui dosen pembimbing untuk membicarakan sidang."



Minha menatap Yeonjun tidak percaya, ia benar-benar tidak menyangka kalau Yeonjun benar-benar cerdas. Ya, karena dari info yang Minha tau rata-rata para mahasiswa yang cerdas akan sidang minggu ini, dan Yeonjun termasuk ke dalam salah satunyaㅡ sungguh itu benar-benar membuatnya iri.


"Wah, kau benar-benar hebat."

"Kau tentu lebih hebat." kilah Yeonjun.

"Jangan meledekku!" dengus Minha.

"Aku serius, kau justru lebih hebat karena bisa memiliki diriku yang pintar ini sebagai tunangan sekaligus calon suamimu."


Entah sudah keberapa kalinya pipi Minha dibuat memerah oleh Yeonjun, ia sendiri bingung dengan isi kepala Yeonjun yang selalu saja bisa membuatnya tersipu.


"Baiklah, apa masih ada lagi yang ingin kau bicarakan?"

"Sepertinya tidak, kau mau pulang sekarang?" tanya Yeonjun yang dibalas gelengan kepala oleh Minha.

"Aku mau pergi ke rumah Yuqi, aku sudah ada janji dengannya untuk membantunya mempersiapkan acara." ujar Minha.

"Mau kuantar?" tawar Yeonjun.

"Tidak usah, aku akan pergi bersama Tzuyu." tolak Minha secara halus.

"Baiklah, lagipula aku juga sudah janji." sahut Yeonjun seraya tersenyum tipis. Minha melenguh pelan mendengar ucapan Yeonjun.

"Kalau kau sudah ada janji untuk apa menawarkan diri untuk mengantarku."

"Aku kan bisa mengantarmu dulu setelah itu pergi ke tempat temanku. Sekarang kau kan prioritasku." jawab Yeonjun.

"Hei, jangan begitu. Untuk saat ini lebih baik kau luangkan waktumu bersama sahabatmu, kau tentu tau kan setelah lulus kuliah pasti kau akan jarang mempunyai waktu untuk berkumpul dengan teman-temanmu." cecar Minha

"Yaㅡ aku tau itu. Lebih baik kau pergi sekarang, pasti Tzuyu sudah menunggumu." titah Yeonjun.

"Baiklah, ummㅡ apa nanti malam kau akan datang ke rumahku? Kudengar orang tuamu akan datang ke rumahku nanti malam." ujar Minha. Yeonjun menaikkan sebelah alisnya karena bingung dengan ucapan Minha.

"Entahlah, mereka tidak mengatakan apapun padaku. Kalau mereka menyuruhku untuk pergi, maka aku akan pergi." jawab Yeonjun dengan santai.

"Baiklah, aku akan pergi sekarang. Kau juga harus pergi kan, hati-hati ya." ujar Minha lembut.



Yeonjun tersenyum lalu langkahnya mendekat ke arah Minha, ia menatap lekat wajah Minha lalu mengecup pucuk kepala Minha.



"Kau juga hati-hati, jangan pulang terlalu malam." tutur Yeonjun seraya mengelus pelan rambut Minha dan tersenyum. Minha hanya mengangguk kikuk, jujur saja ia masih kaget dengan perlakuan Yeonjun yang barusan.






Sepertinya Minha harus mulai bisa menjaga jarak dengan Yeonjun, karena terlalu lama bersama dengan Yeonjun tidak bagus untuk kesehatan jantungnya yang sering dibuat berdetak sangat cepat oleh Yeonjun.

Oh! My  × Choi YeonjunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang