Parasitisme 4.1

2.2K 357 41
                                    

Remi Prasetya
Ulangan kimia besok bentuknya pilihan ganda sama esai. Buat pilihan gandanya, gue pakai kode-kode sederhana kayak biasa.
Karena kalian udah bayar semua, gue langsung kasih kodenya di sini.
A (tangan nyentuh telinga kanan), B (tangan nyentuh telinga kiri), C (tangan nyentuh pundak kanan), D (tangan nyentuh pundah kiri), dan E (tangan nyentuh leher belakang).
Paham?

Ical Haikal
Paham.

Hisyam Alfariz
Okey.

Bobby Hakim
Siap.

Krisna Budianata
OK~

Ega Kalingga
Siap.

Vian Aditya
Okey.

Guna Chandra
Paham.

Remi Prasetya
Buat esainya kita bakal pakai cara kayak pas ulangan Biologi kemarin.

Bobby Hakim
Sorry, ini pertama kalinya gue join.
Bisa dijelasin nggak gimana cara pas ulangan Biologi kemarin?

Remi Prasetya
Besok lo bakal dapat sebendel sontekan yang isinya prediksi jawaban.
Nanti gue bakal kasih kode soal nomor berapa mesti diisi pakai prediksi jawaban nomor berapa.
Kalau sampai jawabannya nggak ada di sontekan, nanti gue bakal balikin beberapa persen duit yang udah lo bayarin ke gue.

Bobby Hakim
Berarti bisa jadi jawaban esai kita besok persis semua kata-katanya?

Remi Prasetya
Itu terserah lo aja. Mau disontek mentah-mentah atau mau lo ubah dikit-dikit nggak masalah. Tugas gue cuma nunjukin jawaban mana yang mesti lo pakai.

Bobby Hakim
Oke. Got it.

Remi Prasetya
Terus, soal tempat duduk. Besok gue bakal duduk di baris kedua lagi, larik dua.

Ega Kalingga
Yang bisa dateng pagi langsung booking-in meja-meja strategis buat yang lain.

Krisna Budianata
Oke, karena rumah gue paling dekat sama sekolah, gue aja yang booking-in tempat duduk. Jangan ada yang terlambat.

Guna Chandra
Siap!

Remi Prasetya
Oke, udah jelas semua, kan?

Guna Chandra
Jelas.

Remi Prasetya
Oke. Kalau gitu, selamat belajar buat yang tetap pengin belajar.

Ega Kalingga
Rugi dong bayar lo kalau masih pada perlu belajar.

***

“Ini apaan, Des?” Pertanyaan itu keluar dari mulut Alin, yang masih memandang Desna dengan tatapan bingung, begitu Desna menunjukkan tangkapan layar sebuah percakapan di grup Whatsapp yang semalam dia peroleh dari seseorang.

Desna tak menyalahkan Alin kalau dia kebingungan. Ini memang tidak ada dalam daftar rencana mereka. “Bukti tambahan buat ngelaporin Remi ke Pak Asta. Biar bukti video dari lo sama Bian makin valid.”

Desna membalas dengan suara yang sengaja dipelankan. Sesekali dia memandang ke sekeliling, melihat siswa-siswi yang memilih tetap bertahan di kelas menunggu jam pelajaran berikutnya. Beberapa orang masih sibuk membahas ulangan Kimia yang baru saja berakhir. Mereka sedang membandingkan jawaban mereka dengan buku catatan. Tak tampak satu pun yang memperhatikan Desna dan Alin. Aman.

Sementara itu, anggota geng meja belakang sudah pergi entah ke mana. Dilihat dari ekspresi mereka sehabis ulangan tadi, sepertinya rencana mereka berjalan lancar. Yah, ini karena Alin tak membuat ulah apa pun. Kalau saja Desna menunjukkan tangkapan layar itu lebih awal, mungkin kekacauan akan terjadi lagi. Apalagi, di sana dijelaskan dengan gamblang bagaimana proses sontek-menyontek itu akan berlangsung. Dengan memindah posisi duduk Remi saja, rencana GCMU pasti akan kacau balau.

Alin mengambil ponsel dari tangan Desna dan memandang tangkapan layar itu lebih lekat. “Dari mana lo dapat ini?”

“Dari Bobby.” Suara Desna masih sepelan sebelumnya. Dia agak ragu menjawab, sedikit takut Alin akan marah karena Desna melakukan ini tanpa sepengetahuannya. “Sorry gue nggak ngasih tahu lo sama Bian kalau gue minta tolong Bobby buat ini. Gue cuma penasaran.”

Jadi, setelah mendengar kabar kegagalan Cendra kemarin, Desna sempat merasa ada yang janggal dengan alasan penolakan Cendra. Meski, dia tak langsung mengutarakannya pada Alin. Sampai berjam-jam kemudian, dia masih memikirkan hal itu. Kuota penuh? Rasanya alasan itu terdengar terlalu mencari aman. Karena itu, tanpa sepengetahuan Alin dan Bian, dia menghubungi Bobby, satu dari tiga nama yang kemarin sempat dia jagokan untuk urusan ini. Hasilnya, Bobby diterima dengan mudah.

Terbukti bahwa alasan penolakan Cendra adalah sebuah kebohongan, yang kemudian membawa Desna pada satu bentuk kecurigaan lain.

Alin tak benar-benar mendengarkan pembelaan Desna. Dia sedang lekat mengamati tangkapan layar itu. Belasan detik berlangsung, terasa cukup lama. Alin belum terlihat ingin berhenti membaca isi tangkapan layar itu.

“Oke, nggak masalah lo nggak ngomong sama gue,” ujar Alin akhirnya. Cukup melegakan. Dia tidak marah sama sekali. “Yang lebih penting, kita punya bukti lebih dari cukup buat lapor ke Pak Asta. Video dari gue dan Bian, ditambah ini. Pak Asta nggak bakal punya alasan lagi buat nggak percaya sama gue.”

“Oh, iya, Lin,” ujar Desna tiba-tiba. Dia ingat sesuatu. “Waktu lo laporin Remi nanti, minta ke Pak Asta buat nggak bawa anak-anak lain di screenshot itu, terutama Bobby.”

“Beres.”

___

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

___

Hai, gaes. Udah malem senin aja. Gimana weekend-nya? Seru?

Oh, iya. Di bab ini, dijelasin gimana GCMU nyebar sontekan. Kak Bos Patra tadi pesen ke gue buat nyampaiin ke kalian, jangan ditiru, ya, cara GCMU tadi. Okey?

Yuk langsung cus aja ke bagian berikutnya~ 😉

SIMBIONTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang