BAB 0.8

66 26 17
                                    

BAB 0.8 : Crush

"Gak ada yang tahu hati setiap orang, Kak. Di mulut mereka bilang enggak, tapi hati mereka berkata lain. Kalau kata guru gue, 'Dalamnya laut dapat diduga, dalamnya hati siapa yang tahu'."

Renata memakan pecel lele yang dibawakan Geraldo, walaupun masih dengan hati yang kesal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Renata memakan pecel lele yang dibawakan Geraldo, walaupun masih dengan hati yang kesal. Ya, laki-laki itu langsung ke rumahnya sambil membawakan pecel lele yang dijanjikan siang tadi, sehabis mengirimi pesan.

Saat ini keduanya sedang duduk di ruang tengah yang sangat jarang terpakai. Televisi yang menyala hanya untuk memecahkan keheningan yang ada, karena Geraldo lebih memilih memainkan ponsel daripada menonton.

"Lo kenapa bisa lupa, sih?" tanya Renata di sela-sela makannya.

Geraldo mendongak sebentar, namun tak lama kembali menatap layar ponsel. "Tadi abis antar Janeta pulang, jadinya kelupaan buat beliin."

Mendengar jawaban Geraldo, pergerakan tangan Renata yang hendak menyuap langsung terhenti. Kali ini ia menatap Geraldo dengan tatapan bingung.

"Janeta Evanita? Sahabatnya Jeno? Teman sekelas gue?"

Geraldo bergumam dan mengangguk-anggukan kepalanya sebagai jawaban.

"Lo kenapa bisa antar dia pulang? Emang kalian saling kenal? Kenapa dia gak sama Jeno? Sejak kapan kalian dekat?" Renata yang masih penasaran membombardir Geraldo dengan berbagai macam pertanyaan.

Gerlado yang duduk menyender pada sofa menoleh ke arah Renata yang berada di sebelahnya. "Hih, lo nanya apaan sih? Banyak amat."

"Ck! Gerald, lo jawab pertanyaan gue ih!"

"Gue aja gak tau pertanyaan lo apa, Malih!"

"Ish. Lo kenapa bisa antar Janeta pulang?"

"Karena gue yang ngajak."

"Emang kalian saling kenal? Kapan?"

"Kalau gue gak kenal, gak mungkin gue nebengin dia, Ren. Kenal lah, orang kan satu sekolah. Aneh lo."

"Ih, bukan itu maksud gue, Geraldo!"

Geraldo tertawa melihat kekesalan Renata. Ia bukannya menjawab, malah mengambil timun yang berada di piring Renata kemudian memakannya dengan santai.

"Geraldo!" pekik Renata terlanjur kesal.

"Iya, Ren, iya." Geraldo kali ini menjelaskan secara rinci mengenai pertemuannya dengan Janeta di minimarket dan bagaimana dia bisa mengantar Janeta pulang.

Blood, Sweat and TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang