BAB 0.1

185 75 159
                                    

; halo ;

terimakasih untuk kalian yang udah baca cerita ini. mohon maaf kalau ada typo atau kesalahan.

semoga kalian suka part ini. happy reading, babies! 💜

BAB 0.1 : Hari Ini Semuanya Bermula

"Gue gak suka bunga mawar. Gue lebih suka bunga-bunga yang bermekaran ketika sedang jatuh cinta."

Janeta bagun pagi-pagi sekali, karena hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah setelah liburan kenaikan kelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Janeta bagun pagi-pagi sekali, karena hari ini adalah hari pertamanya masuk sekolah setelah liburan kenaikan kelas. Ia membereskan tempat tidur lebih dulu, kemudian mengambil handuk sebelum memasuki kamar mandi.

Lima belas menit melakukan ritual pagi, Janeta keluar dengan memakai bathrobe dan lilitan handuk di kepalanya. Ia membuka lemari, mengambil seragam sekolah yang sudah tiga Minggu tak dipakai.

Selepas memakai seragam, Janeta meraih ransel dan memasukkan ponsel juga novel ke dalamnya. Namun, sebelum benar-benar meninggalkan kamar, ia membuka tirai penutup pintu balkon. Membiarkan matahari untuk menjadi penerangan ruangan ini.

Janeta keluar dari kamar dengan menenteng sepatu sekolah dan ranselnya yang dikaitkan di bahu sebelah kanan. Bersamaan dengan Jeno yang tengah menyisir rambutnya menggunakan jari-jari tangan.

Kedua remaja seumuran tersebut melangkah menuju ruang makan untuk sarapan lebih dulu. Di sana ternyata sudah ada Clara, Rama, dan juga Revon. Ketiganya sudah siap dengan nasi goreng di piring masing-masing dan segelas susu yang berada di sebelahnya.

"Pagi, semuanya!" sapa Janeta dan juga Jeno secara bersamaan.

"Pagi, Sayang."

"Pagi, Kak, Bang."

"Pagi."

Janeta mengambil tempat duduk di sebelah kiri Jeno dan berhadapan dengan Revon. Semuanya menyantap sarapan dalam diam, tak ada yang mengobrol satu sama lain. Hanya dentingan sendok dan piring yang saling beradu.

Tak terasa, nasi goreng di piring mereka lama-lama habis. Janeta menegak susunya sampai tandas, sebelum kemudian berdiri dan diikuti Jeno di sebelahnya.

"Kami berangkat, ya. Assalamu'alaikum!"

"Wa'alaikumussalam. Hati-hati bawa motornya, Je. Jangan ngebut-ngebut."

Jeno hanya mengacungkan jempolnya dan melangkah menjauhi orangtua dan juga adiknya.

Seperti keputusan yang telah keduanya buat, Janeta akan berangkat dan pulang bersama Jeno dengan menaiki motor besar berwarna hijau milik laki-laki tersebut.

Blood, Sweat and TearsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang