Trauma atau Phobia ???
Di tempat lain seorang gadis nampak memeluk diary-nya dengan air mata yang deras. Suara ketukan pintu membuatnya menyembunyikan diarynya dengan tergesa-gesa.
"S-siapa ?" Wajah gadis itu tidak terlihat karena gelapnya keadaan kamar. Hanya cahaya temaram dari lampu tidur.
"Ini mama, Husna. Mama bawa sarapan buat kamu." Ternyata gadis itu adalah Husna dan yang mengetuk pintu tadi adalah Bu Azizah.
Husna berlari ke arah pintu, memutar kuncinya dan membukanya. Setelah pintu terbuka Husna langsung menarik tangan Mamanya untuk masuk dan langsung mendudukkannya di kasurnya.
"Husna, hati-hati nanti makanannya tumpah." ucap Bu Azizah pada Husna. "Ma, Husna udah ngga kuat ma. Husna ngga tenang. Mereka jahat. Mereka bakalan cari Husna, Ma. Mereka tau kalau Husna saksi matanya Ma." Tangis Husna semakin deras.
"Sebenarnya apa yang terjadi Husna bicara sama Mama." Bujuk Bu Azizah.
"Ma, Husna, Husna ngga bisa Ma. Husna takut kalau mereka tau. Buku diary. Iya buku diary. Mama baca aja. Husna tulis semuanya, Ma." Husna beranjak dari kasurnya dan mencari buku diarynya yang tadi ia taruh di meja belajarnya.
"Ma, buku diary Husna di mana, Ma ?" Husna mulai gelisah.
"Buku diary yang mana ?" Tanya Bu Azizah.
"Buku diary yang biru muda, Ma. Tadi ada disini." Husna mulai kalut.
"Husna buku diary kamu semuanya biru muda." Ucap Bu Azizah.
"Ma, apapun yang terjadi jangan pernah biarkan orang lain masuk ke rumah ini sekalipun itu teman Mama sama Papa. Aliya sama Ara juga ngga boleh tahu kalau Husna ada disini." Pinta Husna.
Bu Azizah prihatin melihat kondisi anaknya ini. Entah kesalahan apa yang pernah ia perbuat sampai putri sulungnya harus menanggung akibat seperti ini. Keadaannya sungguh tragis. Hari-harinya kini hanya berhiaskan air mata. Bahkan dalam tidurnya pun ia mengigau dan menangis. Itulah mengapa ruangan ini kedap suara.
"Husna, Aliya punya permintaan tadi pagi. Bulan depan ultah kalian. Aliya pengen ketemu nak. Boleh ?" Tanya Bu Azizah yang membuat ekspresi Husna tambah kaget.
"Ngga, Aliya ngga boleh tahu kalau Husna ada disini. Husna ngga mau keluar dari sini. Dan ngga ada yang boleh masuk disini selain Mama. Bahkan Papa ngga boleh masuk. Ngga ada yang boleh. ngga ada, Ma." Tangis Husna semakin deras.
"Husna tenang jangan seperti ini, Mama juga bingung karena kamu ngga mau cerita sama kami."
Bu Azizah hanya bisa menenangkan Husna yang histeris. Sampai saat ini tak ada yang tahu ketakutan apa yang dialami oleh Husna. Apakah semacam trauma atau Phobia.
Disinilah Husna disembunyikan di dalam sebuah kamar di depan kamar Bu Azizah dan Pak Imran. Kamar yang dilarang bagi siapapun untuk dikunjungi. Alasan kepindahan Keluarga Pak Imran sebenarnya adalah karena sikap Husna yang semakin hari semakin aneh. Dari mengurung diri hingga menangis dan rasa ketakutan yang berlebihan.
Husna sedari kecil tinggal di Jakarta. Sejak dari berobat di Singapore ia tak pernah lagi kembali ke Bandung. Ia lebih memilih untuk tinggal bersama tantenya yang bernama Nia. Rumahnya hanya berjarak beberapa rumah dari rumah Tantenya. Keanehan Husna disadari oleh tantenya saat beberapa bulan yang lalu. Pulang ke rumahnya dalam keadaan lusuh dengan noda darah di seragam putih abu-abunya. Mengambil kunci rumahnya tanpa sepatah kata pun lalu mengurung diri membuat tantenya jadi khawatir. Hingga keadaannya semakin mengkhawatirkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
La Tahzan ( Husna )
Teen FictionLa Tahzan...... Menceritakan tentang Husna dan Aliya, kakak beradik yang harus terpisah karena sebuah alasan. Namun, disaat mereka kembali dipertemukan. Sang kakak, Husna, telah mengalami trauma yang membuatnya semakin jauh dari keluarga. Dan, B...