12 januari 2019

15 0 0
                                    

Dag dig dug terasa hati ini.
Semula aku mulai pergi dari hati yang bergelut sendiri.
Apa dibalik semua ini Ya Ilahi.
Maafkan diriku yang belum mengerti.

Hari ini, 12 januari.
Masa lalu seperti mulai kembali.
Terpintas seperti merpati yang datang menari.
Senangku sekali diawali.
Tumben dia menitipkan salam untukku lewat temanku. Aku sombong katanya. Tak mau menyapa.
Temanku bilang "sepertinya ia tau jika aku pernah punya rasa, dan ia tak ingin aku sombong padanya".
Sepertinya ia kecewa denganku, yang ketika melihatnya, namun ku palingkan muka lalu pergi begitu saja.

Merasa bersalah aku. Tapi kau tau kenapa? Aku hanya ingin semua tentangmu tak menyakiti bagiku. Bukan tak ingin menyapa, hanya saja aku tak ingin memotong perbincanganmu dengan temanku.
Hingga beberapa hari kemudian, pesanmu yang dititipkan pada temanku, semua membuatku kepikiran hingga sulit mata terpejam.
Duhai kamu, yang ku isyaratkan dengan "mr.brownku" akankah selama ini kamu sadar jika aku diam diam mencintaimu dalam diam? Jika iya, tak apa. Ku sudah tau sejak lama sebenarnya kau menghindar. Toh kini sayangku padamu mulai memudar. Ibarat embun pagi yang semakin mentari meninggi, semakin juga ia menghilang.
Kisah tentangku mengenai dirimu, memang cukup rumit bagiku. Semua dari awal, sudah terjadi, hingga saatnya berhenti untuk berlari. Baiklah, lupakan.

Cukup.
Hari itu, 12 januari. Pertemuan kembali, yang kuharap takkan terulang lagi. Diriku mungkin sudah terbilang berlari dan aku takkan lagi disini ditempat ini. Ada pesan yang benar-benar ingin aku sampaikan padamu. Bukan sekarang, tapi nanti. Sedang kukerjai. Tunggu sebentar lagi.

Kali ini sebenarnya aku marah, tapi untuk apa lagi? Aku pasrah, dan semua sudah terjadi. Namun kedepannya kisah, semua kuserahkan pada taqdir Sang Ilahi.

Terima Kasih :)
- brown

Love ProcessWhere stories live. Discover now