Dua minggu sejak tubuh Prilly remuk di buat Ali dan sejak itu juga sifat pria itu berubah drastis padanya.
Sungguh di satu sisi Prilly bahagia Ali berubah lembut dan perhatian namun di sisi lain hatinya teriris saat Ali memperlihatkan kemesraan mereka di depan Julian. Terkadang Prilly melihat tatapan terluka Julian. Apa yang harus ia lakukan? Menanyakan hati? Prilly mencintai Julian dan Julian juga mencintainya namun terhalang oleh pria kejam.
Ia hanya merasa nyaman di dekat Ali tapi ia tak tau bagaimana perasaan Boss Mafia itu padanya, cinta? Oh pria sekejam sepertinya tidak mengenal CINTA!"Apa yang kau lamunkan?" tanya Ali memperhatikan raut wajah Prilly
"Apa? Oh aku hanya memikirkan bagaimana kau bekerja jika dua minggu ini kau selalu disini. Apa kau tidak takut bangkrut?"
Ali terenyum simpul dan membawa Prilly dalam pangkuannya
"Aku bekerja di ruang privat. Aku tidak takut bangkrut. Aku sangat kaya, dan kau tau itu. Aku hanya ingin memastikan calon istriku sehat" jelas Ali.
Ini bukan kalimat pertama terpanjang yang pernah Ali ucapkan pada Prilly. Sejak dua minggu lalu, Ali berubah menjadi cerewet dan terkadang Prilly jengah mendengar oocehannya yang tidak terlalu penting
"Ya ya kau pria terkaya di dunia" aku Prilly dengan nada mengejek
"Sudah makan?" tanya Ali mengecup pipi Prilly
"Sudah dan aku juga sudah minum obat"
Ali terkekeh pelan mendengar nada kesal wanita di pangkuannya
"Kau semakin cantik jika kesal"
"Maaf, aku tidak akan terpangaruh oleh gombalan receh mu"
"Aku berkata jujur. Tatap mataku"
Prilly menatap mata Ali bukannya serius, ia malah menahan senyumnya
"Haha" tawa Prilly
"Apa yang lucu?"
Ali terus memperhatikan wajah Prilly yang tertawa
"Kau. Kau seperti orang bodoh saat ku tatap. Aku jadi tidak yakin jika kau adalah Jovali Anthoni yang jenius itu" ejek Prilly
"Benarkah? Oh bagaimana jika aku menatap mu seperti ini?"
Ali memasang wajah datar dan dinginnya. Matanya menajam seolah menguliti Prilly saat ini
"Uhh takut!" ejek Prilly namun taukah hati wanita itu bergetar hebat mendapat tatapan tajam itu, rasa takut memenuhinya saat ini namun dengan mudahnya ia mengeluaran nada mengejek.
Ali terus menatap Prilly hingga rasa takut itu mengalahkan pertahannya."Kau.. Membuatku takut" ujar Prilly pelan, matanya memancarkan rasa takut
"Benarkah kau takut?" jawab Ali dengan desisan pelan
"I iya, aku takut" perlahan tatapan Ali berubah lembut dan bibirnya membentuk senyuman jahil
"Kau ketakutan? Hehe aku hanya bercanda"
Prilly meghembuskan nafas leganya perlahan
"Itu tidak lucu" Prilly bersedekap dada
"Kau pikir jika kau merajuk aku akan membujukmu? Tidak!"
"Kau! Pria tidak peka!" pekik Prilly
"Ku akui itu"
"Ali!"
"Apa?" Ali mengangkat satu alisnya
"Kau benar benar.."
Ali membungkam bibir Prilly dengan bibirnya. Melumat bibir bawah dan atas Prilly mendesak lidahnya masuk. Prilly membuka mulutnya menyambut lidah Ali yang mengerang tertahan. Tangan Ali sudah berkeliaran di tubuh Prilly