Prilly mengeliat kecil sebelum matanya terbuka secara perlahan.
Setengah sadar Prilly ke luar dari ruangan privasi Ali. Melewati buku buku yang berjajar rapi di sisi kiri dan kanan, ke luar dari perpustakaan Ali dan melangkah menuju lantai 2 kamar Ali. Langkanya terhenti saat melihat James menatapnya penuh tanya dan khawatir."Apa?" tanya Prilly mengucek mata kirinya
"Apa kau masuk keruangan dalam perpustakaan?"
James berharap Prilly menjawab 'tidak' dan tidak akan ada kejadian buruk setelah ini. Prilly tersenyum
"Aku tidur disana" jawabnya enteng
"APA?!"
"AKU TDUR DI RUANGAN ITU!" balas Prilly berteriak
"Astaga! Kenapa kau tidur disana?"
"Karna aku ngantuk" jawab Prilly dan melangkah meninggalkan James yang masih bergeming di tempatnya
"Damn!" umat James.
Malam kini menyambut, Prilly berjalan kearah pintu kamar ingin makan malam namun sebelum Prilly menyentuh ganggang pintu, pintu terbuka lebar menampakan seorang pria dengan rahang mengeras.
Pria itu berjalan kearah Prilly, menarik kuat rambut Prilly hingga Prilly mendongkak kearahnya."Apa yang kau lakukan di ruangan itu!" Bentak Ali di wajah Prilly
"Apa yang kau maksud? Ruangan apa?" tanya Elora sedikit meringis menyentuh rambut yang di tarik Ali
"Katakan! Apa yang kau lakukan disana?!"
Prilly berusah berfikir di tengah rasa sakit di kepalanya. Keruangan mana ia masuk selama seminggu ini?
"Aku tidak tau maksudmu" rintih Prilly saat Ali semakin kuat mencengkram rambutnya
"Shit! Katakan jalang!"
Prilly memejamkan matanya. Ia teringat percakapannya dan James satu jam lalu. Wajah pria itu saat sangat takut dan khawatir.
"Aku hanya tidur disana" jawab Prilly menyakini maksud Ali adalah ruangan dalam perpustakaan
"Damn! Siapa yang menyuruhmu tidur disana jalang?!"
"Lepasakan brengsek!" maki Prilly, tangan Ali semakin kuat menarik rambut Prilly kebelakang
"Mati kau jalang!"
"Ahkk! Ali sa..kit.. Ali please" rintih Prilly dengan air mata mulai membasahi pipinya.
Ali tersenyum sinis
"Aku tidak akan memaafkan jalang yang masuk ruangan privasiku sesukanya!"
"Ali a..ku jan..ji takkan masuk keruangan itu la..gi" mohon Prilly dengan nafas terengah engah ketika Ali mencekik lehernya dengan tangan kiri sementara tangan kanan Ali masih menjambak rambut Prilly.
"Mati kau!" desis Ali.
Wajah Prilly semakin memerah, air matanya terus mengalir hingga pengelihatannya buram
"A..li lepaskan"
kesadaraan Prilly hampir hilang namun secara tiba tiba Ali melepaskan jambakan dan cekikannya.
"Uhuk uhuk"
Prilly terbatuk batuk dan berusaha menghirup udara sebanyak banyaknya.
"Jangan pernah masuk kesana lagi!" ancam Ali dan melangkah meninggalkan Prilly.
"Dia benar benar brengsek! Aku hampir mati dibuatnya!" maki Prilly menatap pintu yang sudah tertutup.
Ali memasuki perpustakaan dan berjalan memasuki ruangan privasinya.
Dengan cepat ia memperhatikan ruangan itu. Matanya berhenti pada laptop diatas meja. Jari jari Ali mulai menari disana, membuka video yang ada di dalamnya.
Jarinya terus menari dan berhenti saat sebuah video tampil di layar laptopnya.
CCTV tersembunyi Ali selipkan di sudut ruangan perpustakaan dan privasinya.
Ali menghembuskan nafas lega. Prilly hanya menyusun buku diperpustakaan dan tidur di kasur dalam ruangan ini. Ada rasa sesal di hatinya. Prilly tidak mengobrak abrik perpustakaan maupun ruang privasinya.
Ali ke luar dari perpustakaan, ia melangkah menuju ruang rapat, disana James dan Eve sudah menunggunya untuk membahas transaksi senja api yang tertunda kemarin karena ulah James. Langkah kakinya terhenti, saat seseorang memeluknya dari belakang, Ali tau siapa yang memelukannya