Hanya Padamu

37 10 61
                                    

  Jaitan luka belum lama terobati, namun kini sudah terbuka lagi. Apakah hidup memang bagai misteri, kadang berbakti hati walau hanya dalam hitungan jari.

  "Hiks, hiks .... "

  "Hei, ada apa denganmu?" tanya Fajar.

 "Hiks ... Aku tak tau lagi. Mengapa kisah cintaku bagai panggung sandiwara seperti ini," ujar Senja.

  "Tidak, itu tidaklah benar. Kau tau, di dunia ini banyak sekali ujian, entah itu ujian sekolah atau ujian hidup. Anggap saja dirimu saat ini mendapatkan ujian hidup, dan aku akan selalu bersamamu." Fajar memberi semangat.

  Fajar dan Senja bagai buah yang dibelah dua. Saling melengkapi, namun tidak memiliki. Mungkin benar kata orang pandai, jika dua insan berlawanan jenis bersahabat tidak menuntut kemungkinan bila salah satunya akan memendam rasa. Yah, Fajar mengagumi sosok Senja yang telah lama dikenalnya. Sesosok wanita teguh hati, namun rapuh rasa. Ialah Senja, wanita yang sudah 5 kali gagal membangun cinta, tanpa sadar ada orang yang menunggu disampingnya. Ialah Fajar, seorang lelaki tampan yang dengan tegar membimbing Senja pada kebenaran. Walau sulit diawal, namun tanpa mengenal kata pudar ia tetap berjuang.

  "Senyum dong," bujuk Fajar. emberikan senyuman walau kaku.

  Mereka berjalan berkeliling taman bunga, sesekali Fajar bersenandung untuk memecah keheningan. Senja yang sedang bersedih pun sadar akan kecanggungan diantara mereka, ia berniat mengajak Fajar duduk di bangku yang telah tersedia disana. Namun, Fajar sudah menariknya terlebih dahulu.

  "Bang, beli!" teriak Fajar kepada abang penjual kacang.

  "Beli berapa mas?" tanyanya.

  "Satu bungkus berapa bang?" tanya Fajar kembali.

  "Lima ribu mas,"

  "Kalau satu bungkus saya beli dua ratus ribu gimana bang, tapi abang harus buat temen saya ketawa." Penawaran yang aneh memang.

  Senja yang hanya memperhatikan mereka, terkekeh dan tersenyum. Dan tertawa sangat keras ketika sangat penjual kacang memulai aksinya, dari bercerita kalau ayamnya dinikahkan paksa dengan ayam tetangga sampai kucingnya yang suka pada istrinya. Tidak hanya sampai disitu, sangat penjual ayam pun menirukan ekspresi sang istri ketika didekati kucingnya tersebut, membuat Senja tak sanggup menahan tawa hingga membuat perutnya sakit. Fajar senang bisa melihat Senja tertawa. Kebahagiaan senja adalah kebahagiaan nya.

  "Karna abang berhasil membuat teman saya tertawa, jadi ini hadiah abang." Fajar menyerahkan beberapa lembar uang ratusan ribu.

  Senja menatap Fajar dalam-dalam, timbul rasa yang tak bisa dijelaskan. Sesungguhnya hati adalah pemilihan yang paling hebat, namun kadangkala pikiran bertolak belakang dengannya. Senja merasakannya, gejolak aneh yang menyerang dianggapnya hanya sebuah kebetulan yang harus diperpanjang.

  "Fajar, apa kamu percaya cinta?"

  "Hmm, tentu ...."

  "Menurutmu apa itu cinta?"

  "Cinta ... Satu kata dan dua suku kata. Cinta banyak makna, kata orang pandai cinta itu sebuah sinyal untuk meneruskan masa depan walau banyak halangan dan rintangan harus tetap berjuang." jelasnya, "tapi, menurutku cinta itu perjuangan yang tidak pasti." lanjutnya sembari menatap langit.

  "Kenapa?"

  "Karna walau sudah berjuang belum tau hasilnya kan!"

  Senja nampak berpikir, "tapi, menurutku cinta itu misteri. Kadang bahagia, kadang juga derita. Cinta itu anugrah, tapi juga musibah. Cinta itu ibarat baju putih, mudah terkena noda dan susah menghilangkannya."

Loveland: Romance de AmorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang