"Kamu/karakter kamu baru saja masuk ke kedai kopi dan melihat si pembuat kopi memasukkan sesuatu ke dalam minuman yang tengah dia buat untuk pelanggan."
Written:
18 Jan’ 19
•••
Langit mulai berubah mendung, suara angin yang terdengar dari jendela yang terbuka terdengar sangat menenangkan namun agak menyeramkan disaat yang bersamaan. Ditambah dengan suara detak jam dinding semakin terdengar jelas di tengah-tengah perpustakaan kampus yang cukup luas, menambah kesan sepi seolah tak terjamah oleh siapapun.
Namun gadis berambut merah sedikit kecoklatan tersebut masih betah berkutat dengan segala macam tugas dari dosen yang berbeda-beda di pojokan perpustakaan dengan santainya. Seperti tidak peduli dengan suasana yang ada.
Gadis itu bernama Willianna Athaya Putri, atau biasa dipanggil Anna. Dia akan dengan mudahnya lupa waktu saat mulai mengerjakan tugas individu, apalagi jika mengerjakannya di perpustakaan kampus ini.
Tak sengaja Anna pun melirik jam dinding yang tepat menunjukkan pukul tiga sore. Kemudian ia pun melihat kearah luar jendela di sampingnya.
“Hmm, sudah mulai mendung. Sepertinya aku memang harus menyelesaikan semua tugas ini di rumah.” Gumamnya sambil tetap menatap ke arah luar jendela seperti sedang mencari sesuatu.
Anna pun menekan shortcut Alt+F4 lalu memilih option ‘sleep’. Kemudian ia langsung menutup laptopnya, dan memasukkannya beserta kabel charger laptop, buku-buku dan ponselnya ke dalam tas.
Setelah itu ia memakai tasnya dengan benar dan mulai membawa beberapa buku milik perpustakaan yang ia pinjam tadi untuk dikembalikan ke raknya masing-masing.
Anna pun berjalan keluar perpustakaan dan menelusuri lorong kampus menuju gerbang untuk pulang. Dilihatnya masih ada beberapa mahasiswa yang masih berlatih basket dan berkumpul dengan UKMnya masing-masing.
Anna melanjutkan jalannya keluar gerbang kampus. Dilihatnya lagi langit yang masih tak mau mengeluarkan airmatanya, akhirnya ia pun memutuskan untuk mampir terlebih dahulu ke kedai kopi milik kenalannya yang cukup dekat dari kampus sebelum benar-benar pulang ke rumah.
Anna sudah menyukai kopi sejak ia sekolah menengah pertama. Awalnya ia hanya menyukai jenis mochaccino dan cappuccino saja. Namun semakin kesini Anna sering mencoba berbagai jenis kopi. Bahkan saat tugas dari dosen menumpuk sedangkan deadlinenya sudah dekat maka dia selalu memesan americano atau bahkan jika masih tak mempan ia akan memesan espresso.
Baiklah kembali lagi, sebelum melanjutkan langkahnya, Anna mengeluarkan kamera berukuran sedang kesayangannya yang kemudian digantungkan di lehernya. Dia memang selalu membawa kameranya tersebut karena dia senang sekali memotret pemandangan yang menurutnya bagus untuk diabadikan oleh lensa kameranya.
Anna kembali berjalan sambil sesekali membidik objek dengan kameranya. Dengan santainya ia melangkah menuju kedai kopi seakan tahu hujan tidak akan turun sebelum ia sampai di kedai kopi.
Sesampainya di depan kedai Anna pun langsung membuka pintu dan terdengarlah bunyi lonceng yang menandakan setiap pengunjung yang datang. Dan bersamaan dengan bunyi loncenglah dia melihat seorang barista yang dikenalnya tengah melakukan hal yang menurutnya sangat mencurigakan.
Dengan berjalan sesantai yang ia bisa agar tidak menarik perhatian pengunjung lain, ia pun masuk ke balik meja tempat barista itu membuat kopi dan mulai menegurnya dengan pelan.
“Erza!” Panggil Anna pada barista tersebut yang membuat Erza pun berbalik menghadap ke arahnya dengan penuh tanya.
“Apa yang kau lakukan?”
“Apa maksudmu? Tentu saja membuat kopi.” Jelas Erza santai sambil melanjutkan pekerjaannya.
“Maksudku, apa yang kau masukkan ke dalam kopi itu?” tanya Anna sambil menunjuk gelas berisi kopi .
“Ooh, ini pesanan sepasang kekasih di pojok sana.” Sahut Erza sambil melirikkan matanya ke arah meja yang agak pojok.
“Tapi itu bukan sesuatu yang berbahaya, bukan?” Tanya Anna yang masih was-was, takut tetangganya ini memasukkan sesuatu yang berbahaya ke dalam kopi yang di pesan.
"Williannaku sayang. Kau lihat benang ini, kan?” tanya Erza sambil menunjuk ke arah benang tipis yang terikat di pegangan cangkir dan Anna pun melihatnya sambil mengangguk.
“Nah, benang tipis itu tersambung ke dalam cincin yang ada di dalam cangkir kopi itu. Yaah, intinya sih lelaki itu memintaku membantunya dalam acara yang ia sebut 'lamaran kecil' ini.” Lanjut Erza sambil tertawa kecil melihat raut wajah Ana yang terlihat speechless.
“Sudahlah, itu sama sekali tidak membahayakan, bukan? Nah, sekarang kau tunggu di sini sementara aku membawakan pesanan mereka ke sana.” Sahut Erza yang kemudian meninggalkan Ana yang tak lama kemudian tertawa kecil menyadari pemikiran pendeknya saat masuk kedai tadi.
Setelah selelai mengantarkan pesanan Erza pun langsung kembali ke tempat Anna menunggunya dan mengajaknya masuk ke ruangan miliknya.
"Ayo, duduk." Ajak Erza sambil menepuk tempat kosong di sebelahnya.
"Kau tahu aku sudah was-was jika kau akan melakukan sesuatu yang aneh." Anna pun mulai mengoceh setelah duduk di sebelah Erza.
"Memangnya apa sih yang kau pikirkan? Coba ceritakan." Tanya Erza sambil tertawa kecil.
"Jangan tertawa. Aku pikir ada seorang pelanggan yang membayarmu untuk memasukkan sianida atau apapun bahan-bahan aneh yang membuat orang yang meminumnya sakit bahkan sampai mati." Cerita Anna dengan nada sebal karena Erza masih saja menertawakannya meskipun tidak keras.
"Anna, kau itu sepertinya terlalu banyak menonton film detektif dan terlalu sering berkumpul dengan buku-buku kesayanganmu itu." Respon Erza pun hanya membuat Anna semakin mendatarkan ekspresinya karena merasa kesal.
"Baiklah baiklah. Maafkan aku, tapi sungguh pemikiranmu benar-benar...waw. Sepertinya kau harus jadi penulis novel."
"Erzaaa. Hah, kelamaan di sini hanya akan membuatmu semakin senang menertawakanku. Aku pulang dulu ya."
"Kau tidak mau menungguku? Kita pulang bersama." Ajak Erza.
"No, menunggumu terlalu lama. Aku ingin istirahat sekarang." Jawab Anna.
"Baiklah, kalau begitu aku buatkan dulu kopi untukmu baru kau boleh pulang."
"Gratis?"
"Ya tentu saja. Ayo, temani aku membuatnya."
"Jangan lama."
"Astaga Anna, ya baiklah." Jawaban Erza tersebut membuat Anna tertawa puas karena telah berhasil membuat Erza -sedikit- kesal.
Dan berakhirlah mereka tertawa berdua sambil keluar ruangan.
<>
Ji's note:
Halooo, akhirnya aku bisa buat cerita pertama dari challenge ini...
Semoga kalian yang baca suka sama cerita yang aku buat.
Jujur aku masih tetep ga pede, tapi dipede-pedein aja ini tuh...Typo dan kesalahan lainnya itu murni kesalahan jari saya yang ngetik...
See u~
KAMU SEDANG MEMBACA
Unusual Sight
Random"i'll tell you some stories...would you mind to read it?" - ... -30 Prompts Writing Challenge