"Apa yang terjadi? Apa yang kau inginkan sekarang?"
Written:
14 Des'19•••
'Krr rrr~'
"Subhanallah...kenapa harus bunyi sih perut gue?? Mana gue belum nyetok bahan makanan. Mie instan pun udah pada abis. Alamat muter balik ini ke Indoapril. Hhah~." Keluh seorang perempuan yang sebentar lagi sudah akan sampai di flatnya.
Dengan terpaksa, perempuan yang kini mengenakan seragam biru dongker bername tag Liana Ayu Astharina tersebut pun memutar kembali langkahnya menuju mini market yang cabangnya sudah bertebaran dimana-mana.
Langkahnya pun ia percepat hingga akhirnya sampai mini market yang ia tuju. Tanpa basa-basi ia pun langsung melangkah masuk ke dalamnya dan mulai mengambil beberapa mie instan, snack, dan juga sekotak besar susu putih yang selalu ia beli.
Setelah dirasa cukup, Liana pun langsung membawa belanjaannya ke kasir untuk di hitung. Ujung matanya melirik ke arah luar mini market dan menemukan seorang pemuda dengan setelan putih dan celana olahraga tengah fokus pada ponsel ditangannya. Liana tak dapat melihat wajahnya karena tertutupi topi hitam yang sepertinya sengaja ia pakai hingga menutupi wajahnya.
"Apa dia udah disana sejak tadi? Kenapa pas gue lewat gak keliatan ya?" gumam Liana yang ternyata cukup terdengar oleh sang kasir.
"Udah ada 20 menitan dia di sana. Lu kenal dia beb?" celetuk kasir tadi yang ternyata sahabat Liana sejak SMP.
"Bab beb bab beb. Udah ish cepet kembalian nya Novan. Gue udah pengen pulang." Balas Liana.
"Sabar kali tetehnya. Nih, kembaliannya. Cepet pulang sono. Hati-hati ya. Kali aja tuh cowok nungguin lo lewat, terus mau ngintilin lo."
"Kampret, do'a lo kenapa kagak pernah bagus sih Nov? udah ah, duluan yee. Hati-hati juga."
"Hhihi si tetehnya ngambek, hati-hati. Kalau ada apa-apa telpon gue Na." teriak Novan sambil tertawa pada Liana yang sudah keluar dari pintu.
"Astaghfirullah sekali ya sahabat gue yang satu itu. Kan gue jadi kepikiran kalau emang cowok tadi ngikutin gue." Gumam Liana sambil memasukkan belanjaanya yang tidak terlalu banyak ke dalam tas ranselnya.
'tap, tap, tap...'
Terdengar suara langkah kaki yang tertangkap indera pendengaran Liana, ia pun segera meresleting tasnya dan memakainya dengan benar. Firasatnya mengatakan bahwa lelaki yang tadi duduk di depan mini market kini tengah mengikutinya.
"Shit!" umpat Liana pelan sambil mulai berlari menghindari lelaki tadi yang ternyata ikut berlari juga.
"Haaaah, sialan nape malah ngikut lari sih?!?!?!?!?!." Teriak Liana.
'hosh, hosh, hosh...'
"SUMPAH YA LU SIAPA SIH ANJIR?!" Liana pun semakin mempercepat larinya sambil berteriak.
"Tunggu!" Akhirnya si lelaki yang ikut mengejarnya itu mengeluarkan suaranya.
"Shit gue capek." Gumam Liana sambil memperlambat larinya dan akhirnya berhenti. Mencoba pasrah jika sesuatu terjadi padanya karena memilih untuk berhenti berlari, padahal tinggal melalui satu belokan dan berjalan sedikit lagi ia akan sampai di flatnya.
"Stop please. Gue nyerah. Mau lo apasih ngikutin gue ampe ikutan lari pula?" tanya Liana cepat dengan kedua tangannya menumpu pada lututnya.
Lelaki itu pun sudah berhenti berlari, dan perlahan melangkahkan kakinya menuju Liana sambil membenarkan letak topinya agar tidak terlalu menutupi wajahnya.
"Tega banget kamu gak ngenalin pacar kamu sendiri." Celetuk lelaki tadi yang mengaku pacarnya. Tentu saja itu membuat Liana kaget dan langsung saja mendongakkan kepalanya melihat ke arah lelaki itu.
"Kak Damar? Kenapa ga langsung manggil aku pas di mini market tadi sih? Kan jadinya ga akan ada adegan kejar-kejaran gini, kayak dikejar psikopat tau gak." Keluh Liana setelah melihat wajah lelaki tadi yang memang benar kekasihnya sejak mereka kuliah.
"Ya, udah maafin aku ya. Kayaknya kamu juga gak baca chat aku 'kan? Kenapa, hm?" tanya Damar agak sedikit tertawa kecil sambil mengusap pelan kepala Liana.
"Ponselku kayaknya mati soalnya tadi sibuk banget sampai ponsel di dalem tas gak kepegang sama sekali." Jelas Liana sambil mengingat kembali saat di kantor tadi.
"Maaf ya. Emang tadi kakak nge-chat apa?" Tanya Liana lagi.
"Aku cuma nanya kamu pulang jam berapa, mau di jemput atau nggak. Karena kamu gak baca dan ngebales akhirnya setelah beres sholat isya aku langsung nunggu di depan mini market itu." jelas Damar sambil merangkul Liana dan melanjutkan langkahnya menuju flat.
"Ya Allah, berarti daritadi Novan juga udah tau kalau itu kakak?" tanya Liana saat mengingat percakapannya tadi dengan Novan.
"Iya, kakak sengaja nyuruh dia diem." Jawab Damar dengan tawa kecilnya.
"Kak tega banget sih. Sengaja banget ya bikin kejar-kejaran segala. Capek tau, mana laper. Sana ah masuk ke flat mu sendiri." Oceh Liana yang merajuk.
"Duh, kesayangannya Damar jangan ngambek dong. Gini deh sekarang kakak masakin makanan buat kamu makan. Kamu bersih-bersih badan dulu, biar kita makan bareng habis kamu selesai bersih-bersih." Bujuk Damar sambil menangkup pipi Liana.
"Beneran nih? Yaudah masuk dulu. awas aja kalau bohong ya. Ini aku cuma ada mie instan empat, terus telur masih ada di kulkas. Sama sekalian ya masukin susu kotaknya ke dalem kulkas, hhehe. Aku tinggal dulu bersih-bersih." Ucap Liana sambil mengeluarkan belanjaannya tadi dari tas ranselnya. Kemudian menuju kamarnya dan menguncinya takut-takut Damar main masuk tanpa mengetuk pintunya terlebih dulu.
"Iya sayang. Tenang aja aku gak bohong kok." jawab Damar agak teriak sambil tertawa kecil.
Damar pun segera melangkahkan kakinya menuju dapur. Dan mulai memasak 4 mie instan tadi ditambah dengan telur, sambil menunggu kekasihnya itu selesai membersihkan diri.
<>Ji's note:
Hai hai hai~
sorry ya kalau agak aneh lagi...But thanks, buat yang mau baca...
Feel free kalau mau koreksi koreksian 😂Semoga ini menghibur ^^"
See u next story
KAMU SEDANG MEMBACA
Unusual Sight
Aléatoire"i'll tell you some stories...would you mind to read it?" - ... -30 Prompts Writing Challenge