01

376 25 0
                                    

Kawanan awan hitam perlahan memenuhi langit. Guratan jingga menghilang seiring berjalannya waktu menuju malam. Posisi bulan semakin tinggi, bintang-bintang mulai menampakkan raganya. Orang-orang sibuk dengan langkah kakinya menuju tujuan entah di mana dan ke mana. Sama seperti Jungkook dan Sora yang berjalan. berdampingan menuju tujuan mereka. Sesekali Jungkook mengisap batang rokoknya dalam-dalam untuk menghembuskan zat-zat berbentuk asap itu ke arah langit. Wanita di sebelahnya tampak terbiasa menjadi perokok pasif jika prianya sedang berperan sebagai perokok aktif. Sora rela mengisi paru-parunya dengan asap Jungkook walau sudah tercampur dengan polusi asap kendaraan sekali pun.

"Sudah jadi?" Sora bertanya sambil menjatuhkan tubuhnya di kursi halte. Jungkook berdiri di sebelahnya sambil bersandar di tiang sebelah Sora. "Apa? Bertanya dengan jelas." Jungkook bukan tipe kekasih yang romantis bahkan dia bisa membentak wanitanya di mana saja dan kapan saja jika Sora membuat dirinya kesal. "Story board. Besok, kan, mulai mengambil gambar." Sora masih mendongak menanti jawaban dari Jungkook. Pria itu hanya mengernyitkan dahi dan menginjak puntung sisa rokoknya. "Nanti." Jawabnya singkat tanpa sekali pun membalas tatapan Sora.

"Ingin aku temani?" Sora masih berusaha mendinginkan suasana. Rasanya terasa panas saat Jungkook mulai membalas percakapan dengan singkat. "Terserah." Lagi-lagi Sora harus menerima saat mood kekasihnya buruk.

Beberapa orang termasuk mereka berdiri menghampiri bus yang berhenti tepat di depan halte. Mereka duduk berdampingan tanpa mengucap satu kata pun. Sora sudah terbiasa. Tapi, malam ini dia hanya butuh jari-jari Jungkook untuk mengisi sela-sela jarinya. Sekadar menikmati perjalanan dengan bergenggaman membuat hatinya lebih senang. Pelan-pelan Sora mencoba melakukan khayalannya barusan. Tidak ada penolakan dari kekasihnya. Jungkook hanya menoleh–menatap Sora dengan tangannya yang sudah mengisi sela-sela jari wanitanya, kemudian menyunggingkan senyum ke arah Sora. Iya, Jungkook seaneh itu.

Jungkook pernah membentak Sora ketika wanita itu mengantarkan kotak bekal saat prianya sedang berkumpul dengan teman klub melukisnya di kantin kampus. Sora tentu tidak terima. Dia hanya ingin memberikan sedikit perhatiannya kepada kekasihnya walau hanya berbentuk gimbab yang telah ia buat sebelum kelas pagi. Memalukan, kata Jungkook. Namun, tidak butuh waktu berjam-jam untuk membenahi situasi. Beberapa menit setelah Sora melemparkan kotak bekal ke arah Jungkook di depan teman-teman pria itu. Jungkook mengejarnya dan mengucapkan kata maaf berkali-kali di depan banyak orang. Terlalu banyak drama. Sora tetap suka Jungkook.

"Jadi menemaniku?" Jungkook bertanya sebelum mereka berhenti di halte dekat rumah Jungkook. Sora mengangguk kesenangan. Jungkook tersenyum diiringi kerutan di hidungnya sebelum mendaratkan kecupan ringan di dahi kekasihnya.

•••

Jungkook mendorong pintu rumahnya. Deritan suara pintu kayu yang bergesekkan dengan ubin rumah Jungkook seakan menjadi pengganti bel rumah. "Kamu pulang?" Suara teriakan wanita paruh baya terdengar dari dapur. "Iya. Ada Sora." Jungkook melempar sepatunya asal. Sora yang melihatnya dengan sigap membenarkan posisi sepatu Jungkook dan dirinya agar terlihat rapih.

Rumah Jungkook tidak terlalu besar. Cukup untuk Jungkook, Jihyo–adik perempuannya–, dan ibunya. Ayahnya sudah lama meninggal akibat penyakit paru-paru basah. Jungkook bilang, terlalu banyak merokok. Sora tertawa mendengarnya kala itu, "Kalau begitu, kamu sudah tahu akhir kisah hidupmu, Kook."

Keluarga Jeon Jungkook juga bukan dari kalangan berada. Ibu Jungkook hanya seorang ibu rumah tangga yang kebetulan membuka usaha tteokpokki di garasi rumahnya. Jungkook juga sesekali bercerita jika dia beberapa kali mengambil kerja paruh waktu untuk meringankan ibunya untuk membayar biaya kuliahnya.

"Kamu mau tteokpokki, Sora?" Ibu Jungkook selalu menawarkan makanan tersebut ketika wanita itu berkunjung. Dan Sora selalu mengatakan hal yang sama, "Mau, Bi." Pengulangan yang harus dikatakan Sora.

Art of TemptationsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang