08

162 18 0
                                    

Gemercik air hujan menubruk atap pelan-pelan yang kedengarannya mengusik rongga telinga. Awan terlalu kelabu untuk menyambut sang fajar. Rasanya matahari malas bekerja pagi ini. Banyak awan-awan yang menyelimutinya untuk mecegah sinarnya mengintip bumi. Jungkook mengerang pelan saat tiba-tiba tangannya terasa pegal sebab menopang kepala Jimin semalaman. Ia membuka matanya perlahan. Mendapati tengkuk Jimin di hadapannya. Ia mengulas senyum tipis sebab teringat aktivitas semalam. Tangan kanan Jungkook yang sedari malam tersampir di pinggang Jimin, diam-diam menarik selimut untuk merapatkan benda itu di tubuh Jimin.

Dia mengangkat tangannya pelan dan beranjak dari kasur tipis itu tanpa harus membangunkan Jimin. Dia mengambil seluruh pakaiannya yang berserakan di lantai dan mengenakan kembali. Kemudian, berjalan mengambil rokok di saku depan ranselnya dan menyulutkan api di sana.

Jungkook menyila kakinya di lantai dan memandangi Jimin sambil merokok. Asapnya menguap ke seluruh ruangan layaknya kabut di pagi hari. Sisa tato Jimin di lengannya sangat terlihat jelas dan Jungkook yakin itu adalah karya Namjoon yang ia lihat di seminar beberapa hari lalu.
Tidak ada bunyi-bunyian selain suara air hujan yang mengisi sunyi ruangan itu. Wajah Jimin sangat damai saat matanya terpejam. Walau Jungkook paham Jimin masih menyimpan banyak rasa sakit hingga rahasia di balik sana. Namun, Jungkook tidak ingin memaksa Jimin untuk menceritakannya. Jungkook hanya menunggu jika mulut Jimin bercerita karena keinginan sendiri, bukan karena Jungkook yang menginginkannya.

Dahi Jimin berkerut. Asap dari rokok Jungkook mengendap-endap memasuki rongga hidung Jimin tanpa peringatan. Dia membuka matanya perlahan dan mendapati Jungkook yang sudah mengenakan pakaiannya semalam. "Curang." Suara Jimin sangat serak. Tubuh Jungkook sangat mudah bereaksi jika sudah Jimin yang bergerak. Namun, Jungkook mati-matian menahan semuanya. "Apanya?" Jungkook terkekeh sambil menghembuskan asap rokoknya.

"Kamu tidak membangunkanku dan sudah berpakaian rapi," Jimin menarik selimut untuk menutupi tubuhnya lebih rapat.

"Bagaimana bisa aku membangunkan saat dirimu tidur begitu nyenyak?" Balas Jungkook. Jimin hanya terkekeh di sana. "Jim, gambar di punggungmu, itu..., Namjoon, kan, yang membuat semuanya?" Kali ini Jungkook yakin bahwa sayap itu memang hasil dari karya Namjoon yang dilukis ulang pada tubuh Jimin.

Rasanya terlalu pagi untuk mendengar nama itu bagi Jimin. Namun, Jimin sudah tidak bisa menghindar sebab Jungkook sudah melihat semuanya. Terlebih, Namjoon sudah memamerkannya dengan bangga saat seminar waktu itu.

Jimin mengangguk dan kembali memejamkan matanya. Dia sedang tidak ingin menjawab pertanyaan Jungkook. Jimin hanya ingin menikmati suara hujan dan asap Jungkook pagi ini.

Jungkook tidak berucap sama sekali. Dia hanya berdiri meraih ranselnya. Mengambil pensil dan alat sketsanya dari sana, "Ada kertas?" Jungkook angkat suara. Jimin membuka matanya sedikit, "Di meja." Jimin kembali menarik kelopak matanya.

Jungkook meraih selembar HVS dari sana dan kembali duduk di tempat semula. Berkutat dengan pensil dan mulai menggurat di sana. Jimin tidak paham mengapa Jungkook selalu menggambar kapan saja. "Menggambar lagi?" Jimin mulai berdiri dan mengenakan pakaiannya.

"Aku sedang menggambar untuk design tatomu yang baru." Jungkook berkata tanpa mendongak pada Jimin yang sudah duduk di hadapannya. Jimin terkekeh pelan, "Memangnya kamu sudah tahu aku menyetujuinya atau tidak?"

"Jadi, kamu tidak mau?" Jungkook menghentikan aktivitasnya dan memberi wajah paling melasnya. Jimin menggeleng. Bahu Jungkook melorot dan membiarkan pensilnya terjatuh. "Kim Namjoon bisa mendapatkannya. Mengapa aku tidak?"

Jimin tidak pernah mendengar nada Jungkook sekecewa barusan. Namun, dia bergeming dan membiarkan Jungkook meremukkan kertas tadi dan membuangnya asal ke sudut ruangan. Jimin tertunduk untuk menutupi senyumnya.

Art of TemptationsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang