06

171 20 1
                                    

Deburan ombak dari laut sana perlahan mengisi heningnya malam. Desiran angin yang berhembus diam-diam menyelinap dari sela-sela jendela yang sengaja dibuka untuk memberi hembusan sejuk ke ruangan. Namun, rasanya tidak juga sejak napas Jimin masih terengah seiring Kim Namjoon mendorong tubuh bagian bawahnya yang masih berusaha mencari titik kenikmatan. Mereka tidak banyak bicara sebab bibir mereka saling mengecup di sana. Ranjang besi yang menopang tubuh mereka berdua semakin berderit saat Namjoon terus mempercepat permainannya. Jimin melepas tautannya sepihak. Mencari mata Namjoon yang sudah menjadi keyakinannya selama ini. Menangkup kedua rahang Namjoon dengan jari-jari kecilnya. Bagi Jimin wajah Namjoon sangat teduh walau dalam keadaan kalut sekali pun. Lawannya hanya tersenyum untuk kemudian mendesakkan wajahnya di sisi leher Jimin dan memberi tanda lebih merah lagi di sana.

Jimin mengerang pelan saat Namjoon mengakhiri permainannya dan memberi permainan tangan di sana. Jimin lagi-lagi harus merasakan sakit, namun rasanya tidak terlalu saat ia mengetahui Namjoon menjadi satu-satunya alasan untuk dirinya merasakan sakit dan nikmat dalam satu waktu bersamaan.

Ombak kembali menghantam tubuhnya sendiri. Suaranya sangat kencang. Akan tetapi, Namjoon tidak peduli. Ia masih mencoba untuk mengangkat Jimin untuk duduk di atas pangkuannya dan mengecup ceruk lehernya tanpa ampun.

"Hyung...," Jimin mulai bersuara. Aktivitas mereka terinterupsi seketika. Jimin tidak tahu harus mulai dari mana, namun yang jelas dia ingin mengetahui semuanya, "Kita sudah sejauh ini. Tapi, tidak ada komitmen di antara kita."

Namjoon menyenderkan punggungnya ke kepala ranjang. Menengadahkan kepalanya untuk mengais oksigen di ruangan. Pikiran mereka sama-sama kalut dan hanya Jimin yang ketakutan untuk mendengar jawabannya. "Kita jalani saja, huh? Aku tidak suka berkomitmen. Aku ada untukmu dan sebaliknya." Mata Namjoon menatap Jimin dengan keyakinan penuh. Lagi-lagi Jimin terhanyut akan mata tajam Namjoon yang menyiratkan keyakinan.

Namjoon mengecup bahu Jimin yang sudah terukir tato sayap yang Namjoon sengaja gambarkan khusus untuknya. "Gambarnya menjadi terlihat lebih indah di tubuhmu." Ujar Namjoon di sela-sela kecupannya.

Jimin tersenyum pahit mengingatnya.

Namjoon sudah menjadi poros hidup Jimin sejak kecil. Namjoon sudah menjadi pegangannya saat Jimin sudah tidak mampu menggapai harapnya.
Namun, Namjoon juga yang membiarkan harapan Jimin tergantung tanpa memberi kesempatan untuk menggapainya sebab Namjoon pergi dan Jimin kehilangan jejak menuju harapannya.

"Hey!" Jungkook memetik jarinya di hadapan Jimin. Jimin mengerjapkan matanya saat tahu petikan jari Jungkook membawanya kembali dari lamunan masa lalunya. "Ya?" Jimin sedikit berbisik. "Seminarnya membosankan, ya?" Jungkook berbalik berbisik dan matanya kembali berfokus pada pengisi suara di depan lecture hall. "Tidak. Aku menikmatinya." Jimin memperbaiki posisi duduknya untuk mencari kenyamanan.

Kim Namjoon menjadi pembicara pada salah satu seminar pada rangkaian festival Art Month. Dia masih memberi materi terkait lukisan di depan sana dan mata Jimin tidak lepas fokus untuk terus melihat pergerakkannya. "Aku sangat terkejut saat tahu Kim Namjoon akan membeli lukisanku. Kamu akan aku traktir, Jim! Aku yakin dia akan membayar mahal. Whoa! Ini rasanya saat lukisanku akan dibeli oleh idolaku." Jungkook memegang dadanya sendiri sebagai pengungkapan rasa tidak percaya. Walaupun ia mengatakannya dengan berbisik, Jimin dapat merasakan kebahagiaan dan kebanggaan di sana. Untuk saat ini dia tidak bisa membalas apa-apa selain tersenyum samar.

"Ah, tadi, aku dengar kamu memanggilnya, Hyung? Sudah kenal?" Jungkook mengingat kembali kejadian beberapa saat lalu sebelum seminar di mulai. Jimin tidak menoleh dan tidak menjawab juga. Dia sangat malas untuk menceritakan hal ini. Dia sudah susah payah untuk mengubur dalam-dalam kenangan ini dan Kim Namjoon muncul di waktu yang benar-benar tidak tepat. Seharusnya, Kim Namjoon tidak usah kembali lagi saat dia pergi tanpa permisi dari hidup Jimin.

Art of TemptationsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang