04

179 21 0
                                    

Deritan sepatu menggesek lantai semakin terdengar nyaring beriringan dengan gerakan kaki-kaki ramping Jimin sejak pukul lima sore tanpa henti hingga sekarang; pukul enam lewat tiga puluh menit. Biji-biji keringatnya sudah becucuran dari dahi turun hingga dagunya. Namun, dirinya tampak tidak acuh saat ia tahu peluh juga membasahi bagian kausnya. Jadwal klub menari sudah berakhir sejak pukul lima tadi, namun tinggal Jimin dan satu temannya yang masih di dalam studio tari kampusnya untuk melanjutkan aktivitas tari. "Jim, Hentikan! Kamu sudah kelewatan!" Sungwoon bersungut dari lantai tempat ia menyilakan kakinya. Jimin yang masih giat melemparkan tubuhnya ke sana dan ke sini juga tidak mengidahkan seruan Sungwoon yang sudah kelelahan lebih dulu. Mata Jimin masih fokus pada pantulan dirinya pada tembok cermin ini.

Menyedihkan, kata Jimin dalam hatinya.

Garis rahangnya semakin terlihat, kaki, serta tangannya semakin memperlihatkan bentuk tulangnya di sana. Nafsu makan Jimin terus-terusan menurun dan hari ini pun Jimin hanya memberikan satu mangkuk ramyeon instan untuk lambungnya yang ia makan untuk menu sarapannya. "Jimin!" Sungwoon berseru saat ia mendengar suara gaduh dari arah Jimin—tubuh Jimin yang tersungkur ke lantai. Jimin mengerang pelan-pelan. Menahan rasa sakit luar biasa pada tumit sekaligus rasa perih di perutnya. Rasanya seperti ada ratusan jarum menusuk perutnya.

"Ke ruang medis, ya?" Sungwoon berusaha menegakkan tubuh kawannya itu. Jimin menolak dengan terus mengatakan bahwa dia baik-baik saja dengan suara yang nyaris tercekat. "Ada obat yang harus kamu minum?" Sungwoon benar-benar khawatir. Jimin menggeleng seiring rasa nyeri di tumit dan perutnya menghilang bertahap. "Aku baik-baik saja. Aku hanya belum makan." Jimin masih sedikit meringis saar berucap barusan.

"Kebiasaan!" Sungwoon memukul kepala bagian belakang Jimin pelan. "Ayo! Kita makan! Aku yang traktir, bagaimana?" Tawar Sungwoon sambil mencoba membawa Jimin untuk berdiri. Jimin masih memegangi perut bagian atasnya. Dia menggeleng cepat. "Aku ada janji bertemu dengan Yoongi Hyung. Pukul berapa sekarang?" Tanya Jimin. Sungwoon melirik arlojinya yang ia gelangkan di tangan kanannya. "Enam lewat tiga puluh menit. Sudah! Makan dulu," Sungwoon masih berusaha menawarkan makan malam bersama. Jimin terkekeh pelan, "Tidak perlu. Terima kasih, ya? Aku harus buru-buru." Jimin berjalan pelan-pelan–sebab tumitnya masih terasa nyeri–ke belakang studio untuk mengambil ranselnya dan berpamitan keluar.

Jimin mengusap wajahnya kasar. Hembusan napasnya memburu dan rasa perih di perutnya berubah menjadi mual. Ia berlari setengah pincang menuju toilet dan memuntahkan seluruh cairan dari dalam perutnya. Rasanya sedikit lega saat ia berhasil memuntahkan semuanya walau tidak mengurangi rasa perih pada perut Jimin. Ia memasuki bilik kamar mandi untuk mengganti kausnya yang sudah dipenuhi peluh dengan kaus lain.

Saat keluar dari bilik tadi, ia mendapati pantulan wajahnya di cermin dekat wastafel. Sangat pucat sampai-sampai Jimin muak dengan wajahnya sendiri. Dia mengusapnya lagi dengan air keran. Setidaknya memberi rasa segar sedikit dan berharap hyung-nya tidak bertanya macam-macam nanti.

Tumitnya sudah tidak terlalu perih. Jimin tahu jika rasa itu akan cepat menghilang. Sungwoon hanya terlalu panik jika ada kawannya terjatuh. Padahal itu adalah hal biasa bagi Jimin.

Jimin sudah bisa melihat Yoongi dari kejauhan. Dia tidak mengenal lima orang lainnya yang duduk berhadapan dengan Yoongi.

Tim produksi lain, batin Jimin

Yoongi menoleh saat ia mendengar derap kaki mendekat ke arahnya. "Jimin-ah!" Yoongi memberi kursi sebelahnya. "Sudah kamu edit skripnya?" Tanya Yoongi. Jimin mengangguk sambil membenarkan posisi duduknya. Jimin melirik ke arah beberapa tim produksi tersebut, tetapi tidak ada Jungkook di hadapannya. Ada secercah rasa kehilangan, tapi Jimin cerdik menangangi tentang ketidakpedulian. Jimin mengaktifkan laptopnya untuk melanjutkan tugasnya–tepatnya tugas Yoongi.

Art of TemptationsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang