Part 6 ❤

41 2 4
                                    

Ig : dfrahmaa23__
Jangan pergi. . .
Jangan dulu pergiii. .
Ku menyerahh. .
Ku membutuhkanmu.
Kubergelut dengan rasa sedihh.
Ku kan slalu merindukanmu. 🎶

🌹🌹🌹

Sudah lebih dari 8 jam berlalu sejak Ibu Zee memasuki ruang operasi dan sampai saat ini belum ada tanda bahwa pintu itu akan segera dibuka. Disini Zee beserta sang Ayah tak henti-hentinya berdo'a untuk keselamatan Ibu dan adiknya. Walaupun sebelumnya dokter sudah mengatakan bahwa kemungkinan besar hanya salah satu yang dapat diselamatkan. Namun, Zee masih amat sangat berharap agar Ibu dan adiknya tetap diselamat.

Namun harapan hanya akan menjadi harapan begitu Dokter keluar dari ruang operasi menyampaikan kabar duka yang seakan tidak ingin Zee dengar bahwa Ibu dan Adiknya telah dijemput Sang Kuasa. Jeritan Zee seakan tidak berarti sama sekali untuk memanggil ibunya kembali. Tak kuasa menahan kesedihan dalam dekapan sang ayah, tiba-tiba pandangan Zee menghitam dan jatuh pingsan. Kini gadis kecil yang baru beranjak remaja itu harus menerima kenyataan kehilangan sosok sang Ibu disaat teman sebaya diusianya masih bermain dengan keluarga yang lengkap. 

Zee  menatap nanar langit-langit kamar tempat dimana dia terbaring. Ini kamarnya, ini ranjangnya. 'Tadi hanya mimpi buruk kan? iya, tadi hanya buruk dan sekarang ibunya pasti ada dirumah' pikir Zee. Tak ingin menunggu lebih lama lagi, Zee bergegas keluar kamar mencari Ibunya. Namun ketika langkahnya hendak menuruni tangga, yang dilihat dibawah sana hanya sekumpulan orang berpakaian hitam tengah mengaji dan mengelilingi sosok yang tertidur ditengah kerumunan yang tertutup kain putih. 

"Gak mungkinn!!!" teriak Zee

"Ini mimpi, ini gak mungkin terjadi. Mama.. mama mana?? Papaaa mama mana??" teriak Zee memanggil papanya dari ujung tangga tempatnya berdiri .

Melihat anak semata wayangnya histeris segera sang ayah berlari dan menenangkan Zee. "Sayang cukup, Mama lagi istirahat. Zee gak boleh seperti ini." Ucap sang ayah sembari memeluk Zee. 

"Tapi mama harus bangu pa, Zee mau main sama mama. Zee kangen, mama jangan tidur terus paa"  Ucap Zee sambil terisakk pilu. Membuat semua pelayat yang ada disana tak mampu membendung air matanya. 

"Zee harus ikhlas, mama sudah tenang disana. mama dan adik pasti sedih melihat Zee seperti ini. Sekarang siap-siap ya nak? Sebentar lagi permakaman mama. Papa tunggu dibawah ya sayang"  ucap sang ayah sembari mengecup puncak kepala Zee dengan sayang. Bagaimanapun hatinya sama terluka dengan Zee. Kehilangan sosok wanita yang selama ini selalu setia padanya. Wanita yang selalu menunggu dan menghilangkan lelahnya sehabis bekerja. Wanita penyabar nan lemah lembut tempatnya berkeluh kesah. 'Ahh tuhan andai aku boleh meminta, gantikan saja tempatku dengan Zeline. ingin sekali dia ada disini, disisi Zee. Menemani putri tercintaku. Tak sanggup aku melihat Zee seperti ini Tuhan.' Bathin Azka menangis melihat putri semata wayangnya begitu terpuruk. 

Setelah berganti pakaian Zee menuruni tangga menuju tempat sang ibu berbaring, Zee langsung mendekati jenazah sang ibu dan membuka kainnya "Mama ayo main,"  kata Zee menggerakkan pundak sang ibu. Semua orang terkesiap dan menjerit melihat tindakan Zee. Sang ayah langsung menarik tubuh Zee. Zee langsung menjerit marah sementara tamu yang lain buru-buru merapikan kain yang tersingkap tadi. 

"Zee mau main sama mama!" teriaknya. Dia berusaha melepaskan diri dari cengkeraman sang ayah. " Mama jangan tidur disitu, ayo main sama Zee" ucapnya sambil terus terisak.

"Mama tidak bisa main lagi dengan Zee" ucap Tante Maya. Namun Zee tidak mendengarkan. "Mama sudah meninggal Zee" sahut sang ayah.

"Kenapa mama meninggalkan Zee? kenapa mama gak ajak Zee  ikut dengannya?" ucap Zee seakan tidak mengerti dengan apa yang diucapkan sang ayah. 

"Tuhan sayang sama mama Zee, jadi tuhan ingin Mama Zee ada disampingnya. Kamu harus jadi anak pintar biar bisa ketemu Mama" hibur tante Maya. 

Azka tidak tahu mana yang lebih buruk, menghadapi pemakaman Zeline atau menghadapi fakta bahwa sekarang dia harus hidup tanpa Zeline, tanpa wanitanya. Tanpa terasa, air mata hangat mengalir di pipinya. Dan sekarang, karena kegagalannya menjaga Zeline , dia harus hidup tanpa Zeline. Azka menatap langit-langit kamarnya. Mendadak saja kamar tidurnya begitu dingin, bahkan tanpa pendingin ruangan yang menyala. dia bahkan bisa mendengarkan suara decakan cicak dilangit-langit kamarnya. Azka tidak pernah merasa sepi. Dia selalu memiliki Zeline yang mengisi harinya dengan kebahagiaan.Zeline selalu bersemangat dan menghidupkan hari-hari  Azka. 'Tuhan aku tidak akan bisa hidup tanpa Zeline, apalagi Zee yang sangat begitu dengan mamanya'.

.

.

Rabu, 18 September 2019.

Selamat siang semua, apa kabar para readers tercinta? Maaf baru bisa up sekarang. Mohon vote dan komennya. Terimakasih 

With Love,

Dafliza Rahmaa.

Remember When ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang