Diary of Aroon & JianAroon POV
Hampir lima jam aku berkutat didepan laptopku, berusaha menyelesaikan bab terakhri dari naskah novel terbaruku. Lelaki itu masih mengangguku sejak tadi, menghisap kemaluanku sejak beberapa jam yang lalu. Namun prilakunya saat ini adalah murni kesalahanku beberapa waktu silam, ketika aku mendapatkannya sebagai hadiah atas terpilihnya novelku sebagai pemenang internasional dalam ajang literature bergengsi di negara ini. Ya namaku, Aroon Naowarat, seorang novelist terkenal di Thailand, namun selalu menyembunyikan diriku dari dunia luar. Aku tinggal dirumah minimalis, didaerah pinggir kota. Aku sangat membenci keramaian, namun hidupku saat ini sangatlah berantakan, memaksaku untuk berkomunikasi dan itu sangat menguras energiku.
Lelaki dibawahku mulai liar, diam-diam ia menarik turun paksa celana luarku, menyisakan celana dalamku dengan gundukan yang sudah meronta-ronta minta untuk dibebaskan segera. Jemariku masih terfokus untuk mengetik, entah tiba-tiba sebuah inspirasi mendatangiku dan terfokus kembali pada laptop bukan pada hasratku. Desahan demi desahan terkadang lolos dari mulutku, sepertinya cukup sudah. Berlama-lama dalam posisi ini membuatku gila, bisa-bisa pekerjaanku tidak selesai, sedangkan besok adalah deadlineku pada editorku.
"Sudah cukup." Aku berteriak emosi, menarik kursiku mundur, membuat ruang untuk lelaki itu keluar dari kolong meja kerjaku. Tanganku dengan sigap menggendong lelaki itu seolah-olah tubuhnya adalah karung beras seberat 10kg. Lelaki itu masih meronta-ronta meminta dipuaskan segera, Tanpa berlama-lama, aku membanting tubuhnya keatas ranjang, membuka seluruh tanpa menyisakan apapun pada tubuhnya.
Jian—Li Jianying namanya. Dia adalah robot rupa manusia yang aku dapat akhir tahun lalu atas prestasiku yang sungguh memukai diajang penghargaan yang bergengsi secara internasional. Prestasiku ini menarik CEO pengusaha robot asal China yang ingin memberikan robot uji coba untukku, entah aku kurang memahaminya kenapa aku yang mendapatkan secara aku hidup hanya seorang diri. Hingga suatu saat writer block menyerangku dan ingin melakukan hal lain, yaitu mencoba robot itu. Membaca buku panduan adalah hal yang pertamaku ketika mendapatkan barang baru, barang apapun itu jika memang ada tata cara pemakaiannya. Panduannya sungguh memusingku, hanya sedikit hal yang aku pahami dari buku berlembar-lembar tersebut. Aku tidak membacanya hingga habis, hanya membacanya kira-kira seperempat buku tersebut.
Kesalahan fatal terjadi saat aku keliru menekan tombol on untuk mesin dan tombol on untuk hasrat robot tersebut. Memang tidak masuk akal robot mempunyai hasrat seksual, secara otak robot semuanya dikontrol menggunakan teknologi dan robot pun tidak mempunyai sifat maupun perasaan. Tapi semua pemikiranku lenyap hari itu juga, robot itu bangun dan menyerangku. Mengulum kemaluanku—semuanya yang berbau seksual, aku sampai lupa apa yang sudah dia lakukan pada tubuhku—hingga aku 'datang' tanpa kuduga. Sebegitu rendahnya aku merasa puas hanya sebuah robot. Hari-hari aku jalani dengan penuh tanda tanya besar, perusahaan tersebut tidak meninggalkan informasi ataupun kontak telepon untukku. Sehari-harinya pun, robot itu entah sekali maupun dua kali pasti mengambil kesempatan disaat aku lengah untuk memuaskan hasratku.
"Aroon, puaskan aku," gumamnya ditengah-tengah desahannya yang membuyarkan semua pikiranku. Kedua tanganku langsung gencar bermain titik sensitifnya, puting dan lubangnya. Dua hingga tiga jaripun sudah menjalankan tugasnya didalam lubangnya, yaitu mencari titik kenikmatan Jian. Jian mendesah berulang kali, tangannya meramas rambutku, mulutnya pun berulang kali mengatakan ingin lagi dan lagi.
Terkadang aku banyak pertanyaan yang selalu berputar diarea kepalaku, terutama saat Jian memberikan masukan-masukan disaat aku tengah terkena writer block, atau membantuku berberes rumah, yang paling tidak masuk akal dia selalu ada ketika aku diterjang mimpi buruk. Jian selalu memelukku dan menemaniku hingga aku terlelap. Permainan kami semakin panas, Jian sudah dua kali 'datang' hanya dengan tiga jemariku bermain didalamnya. "Puas hanya dengan jemariku?" ejekku. Jian tidak menjawab, lelaki itu masih berfokus untuk memuaskan dirinya.
![](https://img.wattpad.com/cover/164940903-288-k444508.jpg)
YOU ARE READING
Diary of Men
Short Story[RENCANA SEMUA CERITA INI AKAN DI PISAH, DENGAN BEBERAPA REVISI ATAU TAMBAHAN CHAPTER, SEMOGA AUTHOR NGGAK PHP LAGI YA] --SELOW UPDATE-- Kumpulan short story dari para lelaki dan pria yang menjalin hubungan percintaan dengan gaya masing-masing.