Aku membetulkan tali sepatuku yang lepas dan bersiap pergi keluar kelas untuk memanfaatkan jam istirahat.
"Bro, basket?" tanya temanku sambil merangkul pundakku.
"Yapp." aku menjawab singkat sambil tersenyum.
Aku keluar ruang kelas dan berjalan menuju ke lapangan basket. Sebelum itu, kami menuju kantin untuk mengisi tenaga.
Di lorong sekolah yang tidak seramai kantin, aku melihat gadis itu.
Gadis berkepang dua itu sedang tertawa bersama sahabatnya. Selalu saja begitu, tawanya selalu membuat orang lain ikut tertawa.
Sepertinya ia menyadari keberadaanku yang sebentar lagi akan berpapasan. Tawanya berhenti, berubah menjadi wajah jutek yang sinis.
Mungkin ia marah karena aku tidak menunggunya berangkat sekolah tadi pagi. Iya, dia tetanggaku.
Meski ia berusaha jutek dan sinis, ia tetap lucu.
Sebuah ide tiba-tiba muncul. Bagaimana jika aku menjegalnya? Pasti sangat lucu.
Aku tersenyum dalam pikiranku sendiri. Dengan percaya diri aku juga memasang senyum sinis kepadanya.
Jarak kami semakin dekat, aku sudah menyiapkan ancang-ancang saat kami berpapasan.
Bruakk
Mataku melotot, jantungku berdetak kencang, bagaimana bisa?
Aku ikut terjatuh, ternyata ia juga menjegalku.
Mata kami bertemu dengan wajah kebingungan.
Lalu kami tertawa.
Semudah itu ia tertawa.
Semudah itulah aku jatuh, cinta.- momenteü 3 -
- done -