Hati yang terciduk

100 8 2
                                    

        Tidaklah ada sesuatu yang patut di sembah melainkan Raja dari segala raja Allah azza wa jalla. Ketakutan mencekam terngiang di ingatan Anne saat di kereta menuju Madrasah Aliyah. Dia berfikir kenapa Lika yang menjadi korban, padahal dia adalah keluarga dari Paman Musa dan Paman Kadir. Kecepatan kereta sengaja di lambatkannya karena membayangkan apa yang akan terjadi dengan Lika jika dia kambuh saat tidak ada satu orang pun dirumah.

Anne menghembuskan nafas. "sudahlah Anne! Ada Allah kok! Kenapa harus takut?" ia bermonolog

"kau kenapa nek?"

Anne memutar pandangan sembilan puluh derajat ke arah kanan.

"Mayda?" ucapnya dengan kening berkerut.

"kan dah di bilang, jangan? Jangan cemberut! Nanti gak ada yang mau sama kau, baru kau tau!" goda Mayda.

Anne kembali menatap searah dengan jalan raya tanpa mempedulikan godaan Mayda.

"Nek!"

Anne tidak membalas sepatah katapun.

"jawab lah nek!" Mayda memelas.

Kekesalan Anne memuncak saat mengingat perempuan yang ditemuinya di ladangan. Dia pun menarik kuat pedal gas meninggalkan Mayda.

Mayda yang tidak mudah putus asa pun mengikuti arah kereta Anne dari belakang.

Dari kaca spion Mayda tak lelah mengikuti roda kereta Anne. Kesal dengan itu, Anne pun memberhentikan kereta di pinggir jalan lintas Sumatra.

"aku gak sukak kau ngikutin aku teru! sekarang kau mau duluan atau aku yang duluan tanpa kau ikuti? Kau mau yang mana?" Bentak Anne kasar kepada Mayda.

Mayda sangat terkejut dengan nada bicara Anne.

Watak Anne memang keras dan Mayda sudah menyadari itu, tapi dia belum pernah melihat Anne saat marah ternyata sedikit menciutkan nyalinya untuk menggoda Anne dengan jurusnya.

"Nek, kau kenapa? Aku salah?" tanya Mayda dengan nada sedikit ketakutan.

"kau tanyak sama diri kau sendiri! Jangan kau ganggu aku lagi! Ngerti kau?" bentak Anne sambil melangkahkan kaki meninggalkan Mayda.

"ne-ne-ne-nek..." Mayda mencoba menarik tangan Anne.

"dont! Touch! Me! Jangan pernah pegang aku sama tangan kotor kau itu! ngerti!" Anne pun tak bisa dihalangi lagi oleh Mayda.

Mayda merasa ada yang tidak beres dengan Anne, selama Mayda mengenal Anne, dia melihat bahwa Anne adalah orang yang mudah memaafkan orang lain dan sangat dewasa dalam menyikapi masalah, tapi kali ini Mayda harus berfikir keras, apa yang membuat Anne menjadi tidak seperti biasa kepadanya.

***

Membenarkan kerudung dan blezer, Anne bersiap menjalani hari ini di Madrasah Aliyah sembari mencari pengalihan fikiran dari Lika dan Mayda.

"Asaalamualai-" salam itu terhenti ketika semua mata mengarah kepada Anne dengan sinisnya.

Kak Idah sigap menarik tangan Anne keluar dari ruangan.

"apa yang kau buat dek? Sampek pak Bahar kasi peringatan ke kau?"

Anne berfikir tidak ada apapun yang melanggar aturan yang di lakukannya.

"ma-maksud Kakak?" tanyanya heran.

"Bu Anne! Dipanggil sama Pak Bahar tu." Ibu Evi guru Bahasa Indonesia dengan tatapan tajam memanggil Anne.

Belum sempat Anne tau apa yang terjadi, kini dia pun harus mempersiapkan amunisi lagi untuk menghadapi masalah baru.

"Assalamualaikum Pak!" ucap Anne sembari mengetuk pintu ruangan Pak Bahar.

Air Mata AnneWhere stories live. Discover now