Prolog✔

137 16 20
                                    

Jika jam dinding saja masih setia pada waktu. Lalu apa yang membuatmu pergi? Bukankah waktu akan terus berjalan meskipun sesekali melambat atau terlalu cepat.
💦💦💦💦


Jam weaker telah menunjukan pukul 4:30 dini hari, Anjani terbangun dari tidurnya. Ia bergegas pergi ke kamar mandi untuk membersihkan diri kemudian Ia melaksanakan kewajibannya.

Pukul 6:30 Pagi.

"Nak, Cepat ke bawah. Mustofa sudah datang," Suara Ibu Ratma dari arah dapur yang sedikit berteriak kepada Anjani.

Arbani Mustofa Aziz, Pria blasteran Turki Indo itu berada di Prancis atas bantuan dari Ayah Anjani, Heru Abraham.
Sebenarnya, Mustofa sudah berkali-kali menolak keputusan dari Pa Heru. Namun, Beliau tetap saja keukeh dengan keputusan itu.

Anjani sering menceritakan pria itu kepada Ayahnya, bagaimana kehidupan Mustofa dan sikap baiknya selama Anjani duduk di bangku SMK. Berbagai prestasi diraih Mustofa saat itu, sampai Anjani meminta agar Mustofa menjadi guru les pada mapel-mapel tertentu.

Heru menyayangkan jika Mustofa tidak bisa melanjutkan kuliahnya di tempat yang bagus, prestasi yang dimilikinya harus dikembangkan, sekaligus sebagai rasa berterimakasih karena sudah menjaga Anjani dan atas bantuan menjadi guru les sehingga Anjani tetap mempertahankan prestasinya.

Heru sudah menjadi CEO sejak usianya 21 tahun di Perusahaan Mario's Express. Usia yang sangat muda untuk menjadi CEO di Perusahaan keluarganya.

Mustofa tengah berbincang dengan Bunda di dapur, membantu menyiapkan piring-piring di meja makan. Hanya ada Bunda dan Unti Yom disana, karena Ayah pasti sudah berangkat ke Kantor.
Memang hari ini jadwal kelas Anjani yaitu pagi, meskipun Mustofa hari ini tidak ada kelas. Mungkin ia akan menunggu hingga Anjani selesai dan untuk membimbing Anjani belajar.

"Katakan padanya tunggu aku 3 menit lagi Bun!." Jawab Anjani yang tengah mengenakan mantel berwarna peach kesayangannya.

15 menit berlalu, dan Anjani baru keluar dari kamarnya untuk menuju ke lantai bawah menemui seseorang yang telah menunggunya.

"Masih jam 7 kurang, sekarang sarapan dulu ya" ujar Bunda kepada Anjani dan Mustofa.

"Iya Bun, kebetulan tadi Mus sengaja tidak beli sarapan. Biar bisa sekalian bareng Bunda sama Anjani. Menghemat lah"

Unti yang berada di dapur mendengar yang dikatakan oleh Mustofa. Ia tertawa tak bisa ditahan.
"Hahahahah.... upsss maaf Kak"

Semuanya ikut tertawa mendengar Unti tertawa "ngga apa apa kok Unti, biasalah kan dompet mahasiswa tipis"

"Udah-udah sini duduk Mus, kita sarapan bareng-bareng"

"Makannya jangan banyak-banyak, biar cepet." Ucap Anjani pada Mustofa.

"Iya bawel" balasnya.

Anjani dan Mustofa pun beranjak meninggalkan rumah. Tujuan selanjutnya adalah Kampus mereka.

Mustofa adalah teman dekat Anjani, sebatas teman dekat. Tapi keduanya tidak pernah menjalin hubungan yang lebih misalnya pacaran. Belum ada yang berani untuk membahas tentang itu.
Mustofa, dia adalah seniornya saat SMK dulu dan guru privatnya setidaknya sampai sekarang.

Kedekatannya berawal dari kegiatan ekstrakulikuler yang diadakan sekolah.
Anjani tertarik maksudnya mengagumi dengan Mustofa semenjak kelas 10 sampai kelas 11.

Anjani mulai mencintai Mustofa. Respon yang diberikan oleh Mustofa pun baik, namun Anjani tidak menunjukan perasaan itu. Anjani lebih memilih menjadi secreat admirer yang hebat mulai dari stalker, kepoin semua tentangnya dan hal yang dilakukan layaknya menjadi pengagum rahasia.
Chating, jalan, pulang bareng menjadi peningkatan diantara mereka.

Aku berani untuk mencintaimu
Maka aku juga harus berani untuk kehilanganmu kapanpun.
Cinta itu satu paket, berani jatuh cinta dan berani untuk terluka.

_Author🍁

I Process Waiting Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang