Partie (6)✔

53 6 8
                                    

Tok...tok...tok...

1 kali tidak ada yang membukakan pintu.

"Permisi," tok...tok...tok

"Iya, tunggu sebentar" terdengar sautan dari dalam rumah tersebut dan mulai memutar kunci pintu dari dalam. Pertanda kunci terbuka, keluarlah perempuan dengan baju seragam berwarna hitam putih berenda.

"Maaf, Apakah Tuan yang bernama Edward?" Pertanyaan yang dikeluarkan salah satu dari kedua asisten rumah tangga.

"Yes, I am Edward" Jawab pemuda tampan itu. Ia menepati janjinya untuk menemui Anjani pada pukul 3 sore.

Edward memakai jeans cream dengan kedua kain bawahanya ditekuk satu lipat, mengenakan kaus oblong warna hitam berlengan panjang yang ditutupi oleh jaket jeans yang tidak di kancing, Sepatu sneakers menambah kesan santai yang ditunjukan Edward sore ini.

"Kalo begitu, mari masuk tuan. Anda sudah ditunggu oleh Non Anjani di ruang tamu" Sahut Perempuan yang biasa dipanggil Unti Yóm.

Edward mengikuti langkah kaki Unti Yóm untuk memasuki rumah Anjani yang mewah dengan lantai 3 dan memiliki taman belakang yang cukup luas dengan berbagai jenis hidroponik dan rempah-rempah. Itulah cara keluarga Anjani untuk memenuhi kebutuhan dapur. Seingat Edward, kakeknya pernah bercerita mengenai ciri khas masakan Indonesia yang kaya akan rempah-rempah. Oleh karena itu, Edward sangat memahaminya. Menanam rempah-rempah seperti jahe, lengkuas, sereh, bawang merah, cabai, tomat, dan masih banyak lagi menjadi pilihan Anjani dan juga Ibunya yang memang tidak ada di kota Strasbourg.

Kini Edward berjalan ke arah meja bundar dengan dua kursi di samping kanan kirinya. Ia melihat perempuan yang sedang memainkan ponsel dengan posisi horizontal terlihat sedang memainkan game, sangat fokus sampai tak menyadari jika Edward sudah berada disampingnya.

"Gimana sih susah banget" ujar Anjani kesal.

"Minggir dong! Ishh.. Awas! Yah kalah " Edward senyum tertahan karena melihat Anjani sedang memaki ponsel yang digenggamnya dengan memunciskan bibirnya.

Edward membayangkan jika Ia menghampiri Anjani yang sedang kesal karena kalah game, maka Ia akan memeluknya dari belakang dengan tangan diantara tangan Anjani yang memegang ponsel dan Edward mengajarinya

"Gini sayang. Kalo game nya kalah, bibirnya jangan dimonyongin gitu" Ujar Edward.

"Abisnya itu mobilnya rese sih, masa aku ke kiri dia ikut ke kiri. Kan jadi nabrak" Ujar Anjani yang masih kesal.

"Awas aja nanti kalo monyong lagi" Ancam Edward dengan melepas pelukannya dan memutar tubuh Anjani ke hadapannya.

"Dih kok sekarang malah ngancem gitu sih. Terserah aku dong, mulut-mulut aku juga wlee 😛" ledek Anjani dengan menjulurkan lidahnya.

"Pokoknya jangan gitu lagi kalo nggak mau aku dosa yah" Pinta Edward menahan kesabaran karena ulah gadisnya.

"Dosa? Maksudnya gimana kok bisa dosa gara-gara monyong aja" Tanya Anjani yang sedang berfikir mengapa Edward berbicara seperti itu.

"Kamu tambah cantik kalo lagi monyong. Nanti aku malah kepengen..." Goda Edward dengan mengedipkan satu matanya ke arah Anjani.

"Pengen apa!" Sela Anjani

"Jangan bilang pengen cium aku!" Ujar Anjani yang menutup mulutnya dengan kedua tangan. Yang membuat Edward merasa berhasil menggoda Anjani.

"Siapa bilang mau nyium kamu. Dasar otak mesum!"

Edward kini tertawa dengan mendekatkan arahnya dan berkata, "Orang aku pengennya nabok" Alibi Edward yang membuat Anjani malu karena telah berfikir jika Edward akan menciumnya jika Ia memonyongkan bibirnya.

I Process Waiting Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang