Partie (9)✔

71 5 6
                                    

Jakarta, 26 Mei 2019.

Udara dingin merasuk diseluruh penjuru ruangan. Rintik-rintik hujan mulai terdengar, suara angin berhiruk-piruk saling menabrakan diri.
Dibalik kaca, terlihat semua orang yang berlalu-lalang mulai mempercepat jalannya. Menepi juga menjadi alasan agar tidak kehujanan.

Pukul 15.30 WIB.

Suara lonceng berbunyi dari arah pintu masuk. Menandakan bahwa seseorang baru saja datang. Dengan keadaan setengah basah, wanita seragam SMA yang ditutup jaket merah muda itu menghampiri meja barista.

"Mba mau pesan apa?" Suara itu dilontarkan salah satu Barista.

"Satu Green Coffee dan...," Suara itu terhenti ketika ekor mata gadis itu menangkap sosok yang dia kenal tengah duduk di sudut cafe.

"Mba?" Tangan Barista tersebut melambaikan di depan wajah gadis itu dan mencoba memfokuskan kembali.

"...Oh maaf mas. Satu porsi salad buah." Sambung gadis itu.

"Baik mba, pesanan akan datang 5 menit lagi." Ujar Barista itu.

Hanya anggukan dan bibir sedikit terangkat yang diberikan oleh gadis itu.

"Ka Mus ya?"

Suara itu, suara sempat familiar dan menjadi sangat asing bagi Mustofa.

"Iya, Siapa ya. Apakah kamu mengenal saya?" Tanya Mustofa yang mencoba untuk memastikan pemilik suara tersebut.

"Ini Manda ka, udah lupa yah.."

Suara itu kini terdengar merendah. Seperti ada kekecewaan yang hadir setelah perkataan dari seseorang yang dia panggil dengan embel-embel 'Kaka'.

"Manda?" Mustofa mencari nama tersebut di memorinya, tapi sayang sekali Mustofa benar-benar tidak mengingatnya.

"Aku Manda, anak dari temannya Tante Balena." Jelas Manda pada Mustofa untuk membantu mengingatkan nama gadis itu.

"Oh.." Jawab singkat Mustofa kemudian mengalihkan pandangannya ke jendela cafe, dilihatnya rintik hujan yang semakin deras.

Sebenarnya Mustofa akan pulang 10 menit lagi, tapi hujan di luar sana membuat Mustofa mengurungkan niatnya demi keselamatan dirinya.

"Aku boleh duduk disini enggak Ka?" Tanya Manda dengan pelan.

Mustofa menoleh ke arah Amanda dan menganggukkan kepalanya. Dengan semangat Manda menarik kursi yang berada di depannya.

Manda merasa tidak nyaman ketika berada didekat Mustofa. Entah bagaimana bisa, pria itu menjadi sangat dingin. Padahal Ibunya bilang bahwa Mustofa sangatlah baik dan selalu membuat siapapun nyaman didekatnya.

Tapi kali ini, Manda tidak setuju dengan pendapat Ibunya. Lihat saja sikapnya sekarang, tidakkah dia membuka topik untuk bicara? Atau hanya basa-basi sekadarnya.
Pria itu hanya memandang hujan dari balik jendela cafe, lalu kembali meminum coffee yang dia pesan.

"Permisi mba, Ini pesanan Anda..." Barista tersebut meletakan pesanan Manda di mejanya,

"...Dengan green coffee dan satu porsi salad buah." Sambung Barista itu.

Manda menganggukan kepalanya sebagai tanda bahwa pesanannya benar.
"Terimakasih" Balas Manda kepada barista tersebut.

Masih tidak ada pembicaraan dari mereka.
Manda menatap wajah tampan milik Mustofa. Menurut buku yang pernah dia baca, raut wajahnya menunjukkan bahwa ada kegelisahan dan rasa tidak nyaman.

I Process Waiting Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang