02

2K 225 75
                                    

Disinilah ia sekarang, dengan tangan kanan yang memegang koper, ransel dipundak dan tangannya yang lain memegang secarik kertas. Matanya memandang lekat bersilih antara keterangan yang telah ditulis juga dengan no flat yang menempel di samping pintu. Enam puluh satu.


Ah, benar. Ini dia yang sudah ia cari-cari. Walaupun angkanya sudah terkelupas, harus di dekati dulu baru bisa terlihat jelas nomornya. Flat ini memang memang sepertinya sudah lama dibangun. Bisa diambil kesimpulan dari dinding yang mulai terlihat tua. Tapi tak apa. Setidaknya ia masih bisa berteduh untuk sementara di sini.

Ia memang sudah tidak punya tempat tinggal. Tempat kediamannya yang sebelumnya memang terlalu jauh dari sekolah tercintanya. Kabar buruk yang membuatnya harus besedih adalah kembalinya orangtuanya kepada Kami-sama. Tapi tidak apa, setidaknya ia masih memiliki kakak sepupu yang berbaik hati menyuruhnya untuk tinggal di flat miliknya yang selama ini kosong, karena dirinya sendiri yang sudah mendapatkan tempat tinggal baru didekat tempat kerjanya. Ia tau jika Sasori, pria itu bekerja keras untuk membiayainya. Meskipun ia sudah bilang jika ia bisa menghidupi dirinya sendiri, tetap saja pria merah itu bersikeras untuk membantunya. Dan dengan terpaksa Sakura harus mengiyakannya. Terlalu lelah rasanya jika ia terus melawan kekeras kepala-an sepupunya itu.

Memutar kunci yang telah dititipkan Sasori padanya, dan pintu didepannya pun terbuka. Menampilkan ruang tamu sekaligus ruang bersantai yang memang berada tepat didepan. Melepas sepatu dan meletakkannya ke baki di samping pintu. Matanya berputar memperhatikan seperti apa tempat yang akan ia tinggali beberapa bulan kedepan.

Setelah menutup pintu dibelakangnya, iapun berjalan sambil kembali menyeret kopernya menuju ruang dengan perabotan yang sederhana namun diletakkan oleh tuan rumah dengan tapat. Membuat tempat ini tak terlihat sempit dan terasa nyaman. Ia mendekat kearah sofa berwarna hitam dan mendesah lega saat melemparkan tubuhnya sendiri kesana, setelah melepaskan tas dipunggung. Ia merasa senang karena bisa membuat tubuhnya untuk beristirahat sejenak.

Matanya menatap kearah Tv plasma berukuran sedang, tangannya dengan cepat meraih pengendali Tv yang memang tergeletak di atas meja didekatnya. Dan dia hanya menghela nafas bosan saat tak menemukan satupun siaran yang menarik perhatiannya.

Perempuan itu segera mendirikan tubuhnya dan kedua tangan yang kembali menarik benda tempatnya menyimpan baju serta barang yang lain itu ikut bersamanya saat sebuah ingatan begitu saja muncul.

Ia memutar knop pintu, "Sangat Sasori sekali." Ucapnya ketika pemandangan yang ia lihat ialah sebuah kamar dengan dindingnya yang berwarna merah. Ini bukan masalah, selama ia juga suka warna merah.

.

Netra hijaunya perlahan terbuka, mendudukkan dirinya. Masih dengan kekantukan yang di rasakan. Perempuan itu memandang ke arah dinding kamarnya, menatap tepat dimana jam dinding menempel disana. Ia menyipitkan matanya, saat jam itu menunjukkan jarum pendeknya ke arah satu dengan jarum satunya yang berada di angka tiga. Lalu berdecak kesal ketika mengetahui jika dirinya terbangun bukan di waktu yang seharusnya hanya untuk pergi ke kamar mandi.

Membuka selimutnya lalu menarik tubuhnya turun dari kasur menuju kamar mandi yang memang berada di luar, dekat dengan dapur.

Hanya memerlukan waktu sebentar, ia pun keluar dari kamar mandi. Tangannya menekan saklar, mematikan lampu sesudah ia selesai dengan urusannya di dalam sana. Membalikkan tubuhnya ketika mendapati keadaan dapurnya yang masih dalam keadaan gelap. Ia memang sengaja mematikan lampu disini. Selain berhemat listrik, matanya juga lebih suka dengan keadaan yang gelap.

Two Days In Your HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang