04

1.3K 165 18
                                    

"Apa tak ada yang lebih seru?" Sakura meletakkan remote Televisi diatas meja sampingnya. Ia berdecak kesal ketika tak mendapati satupun acara yang sekiranya dapat ia tonton untuk menghilangkan kebosanannya.

Sakura mendesah lelah, sebelah tangannya memegang kepala merah mudanya yang berdenyut sakit. Emeraldnya memandang kesal buku dengan soal-soal yang masih belum dapat ia pecahkan.

Ini sudah memasuki jam malam, dan sampai sekarang ia belum dapat menyelesaikan pekerjaan rumah yang telah sekolah berikan. Sakura sudah sangat lelah dengan jam pelajaran yang tergolong gila, apalagi jika ditambah dengan banyak pekerjaan yang harus dibawa kerumah. Sekolah seolah-olah memerintahkan seluruh muridnya untuk selalu berpikiran tentang sekolah, pelajaran, dan segala yang hal yang menyangkut dua hal tersebut. Maka dari itu ia tidak akan bisa pergi tidur sebelum menyelesaikan semuanya.

Sakura tau jika ia tidak dapat menghindari semua permasalahan yang belum ia bisa pecahkan dari soal-soal dengan tingkat kesulitan tinggi dari buku yang sedang terbuka dihadapannya sekarang.

Meskipun sangat sulit, ia akan tetap berusaha lagi lebih keras dan mengerjakannya sampai soal terakhir. Setidaknya pendidikan yang terasa memuakkan ini akan sangat penting baginya nanti, terutama untuk membantu kehidupannya setelah ini.

Netra hijaunya bergulir memandang kalimat didalam buku yang sedang ia baca. Meresapi satu-persatu kata dan mencari tau petunjuk kecil yang sekiranya mampu untuk membantunya menyelesaikan soal terakhir, yang tentunya memiliki kesulitan dengan level paling tinggi.

Hanya berselang beberapa menit sampai ia beseru senang saat akhirnya benar-benar menemukan jawaban yang sama dengan yang ada di pilihan.

Sakura sangat senang, dirinya telah terbebas dari soal yang ia tahu dengan pasti sengaja dibuat dengan kalimat yang berbelit dan membuat orang yang membacanya pusing sebab diharuskan untuk menyelidikinya terlebih dahulu.

Tak.

Tak.

Tak.

Kesenangannya terhenti dengan suara benda yang beradu dengan lantai. Dengan cepat ia mengangkat kepalanya menatap kearah seberangnya. Dan matanya mendapati pemandangan kursi plastik kecil milik sepupunya Sasori yang sedang berjuangkat-jungkit. Tanpa ada seorangpun yang memegangnya dan memainkannya. Karena ditempat ini hanya dirinya seorang.

Sakura memutar matanya kesal lalu menyandarkan punggungnya keras pada sofa yang tepat berada dibelakang tubuhnya. Ia tak habis pikir, ini sudah terjadi berulang kali dalam satu minggu yang telah dia habiskan untuk tinggal ditempat ini. Dan selama itu juga segala macam gangguanlah yang sesalu ia dapati.

Perempuan itu masih menatap kursi yang terus bergerak tersebut dengan kedua tangan yang terlipat didepan dada. Ia tetap memperhatikan meskipun dengan pandangan lelahnya. Sakura yakin kali ini ia pastilah kembali tidak akan mendapatkan apapun.

Sudah berulang kali ia melihat hal seperti ini dan juga pertunjukkan-pertunjukan lainnya.

Pada awalnya ia memang merasa takut. Namun, saat tahu jika sosok yang selalu ia hadapi hanyalah seorang anak kecil. Iapun bisa bernafas lega, juga menurunkan kecemasannya yang terlalu berlebih. Hingga ia bisa dengan tenang menganggap semua yang berhubungan dengan anak kecil diapartemennya tidak akan membahayakan.

Tap.

Sakura yang asik dengan segala pemikirannya pun terhenti, bertepatan dengan berhentinya kursi kecil milik Sasori yang sebenarnya ia pun tak tau apa fungsi dari kursi tersebut.

Beberapa detik berselang, sampai bayangan samar mulai terbentuk menjadi sebuah sosok.

Sakura membulatkan matanya. Dengan cepat ia menarik tubuhnya dari sandaran, merasa tertarik dengan hal yang tak ia sangka.

Two Days In Your HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang