07

997 132 35
                                    

"Kau terluka lagi?" Ia mendudukkan dirinya disamping sang pria setelah berucap.

Pandangannya yang awalnya terarah kedanau didepannya teralih pada seseorang yang berada disampingnya. Tatapannya sarat akan kekhawatiran.

"Ini sudah yang keberapa kali, Sasuke?" Tanyanya dengan pandangan tajam yang tidak dihiraukan sama sekali oleh pria itu.

Ia menghela nafas lelah. Tak habis pikir dengan diamnya pria tersebut. Berbagai pertanyaan yang sarat akan kekhawatiran terus berputar dibenaknya.

Berapa banyak luka yang telah didapatnya? Sekeras apa hari yang harus dilalui olehnya? Dan berapa lama lagi waktu yang harus pria itu habiskan, hanya untuk mendiamkan semua perlakuan kejam yang di dapatkannya?

"Kau seharusnya melawannya Sasuke! Bukan berdiam diri seperti ini." Sakura terengah kecil dengan dada yang ikut naik turun setelah tak sengaja mengikut sertakan sedikit emosi didalam perkataannya.

Sasuke hanya membisu. Ia mendengar jelas perkataan perempuan merah muda tersebut. Hanya saja, dirinya masih belum memiliki keinginan sedikitpun untuk menjawabnya. Hanya diam dan diam, menatap kosong pada air yang tenang didepannya.

"Aku seperti ini karena aku memperdulikanmu, kau tahu?" kedua tangannya terkepal diatas paha. Tak ada sedikitpun raut wajahnya yang dapat terlihat. Tertutupi oleh helaian merah mudanya yang terjatuh kebawah mengikuti kepalanya yang tertunduk.

Suaranya mencicit saat ia kembali berujar "Juga karena aku-"

"Kau. Jangan berlagak seolah kau mengenalku." Dengan cepat Sakura mengangkat kepalanya. Tubuhnya membeku, menemukan mata elang Sasuke yang kini terganti dari pandangannya kedanau yang tenang, kini menjadi menatapnya dengan kerutan tajam serta curaman alisnya.

Dengan nada rendah ia berujar tajam, "Hanya aku yang dapat memahami diriku sendiri, mengerti akan apa yang aku hadapi. Tidak perlu melakukan hal yang sia-sia."

"...." Sakura tak menyahut, otaknya dengan cepat memproses semua perkataan yang pria itu lontarkan.

"Dan, hentikan sikap memuakkanmu itu!" Lalu membuang pandangannya. Sengaja tak ingin melihat bagaimana ekspresi gadis itu yang ia tahu akan terluka karena perkataannya.

Alisnya terangkat dengan matanya yang menatap sedih dan tak percaya untuk pria itu. Rasanya menyesakkan.

Ia baru saja akan mengeluarkan seluruh hal yang ia sembunyikan, menjadi rangkaian kata yang sudah ia pikirkan dengan matang jauh waktu sebelumnya. Dan faktanya, semua buah hasil pemikirannya harus terbuang begitu saja.

Ia masih tak bisa mempercayai apa yang dikatakan oleh Sasuke. Selama ini, maskipun sikap pria itu dingin padanya. Namun setiap perkataan yang pria itu lontarkan selalu terdengar berhati-hati dan terjaga.

Tak pernah sekalipun mengatakan hal yang akan menyakiti hatinya. Semua perlakuan yang ia berikan selalu diterima begitu saja oleh pria itu.

Setiap waktu perjumpaan mereka, Sasuke pastilah sudah menunggunya dengan tubuhnya yang penuh luka. Selama itu dialah yang bertindak sebagai orang yang mengobati dan menasehatinya. Sudah dua tahun semua itu mereka lewati. Selama itu juga ia telah mengenal baik Sasuke.

Tubuhnya bergetar dengan mata yang telah berkaca-kaca. Ia tahu dirinya sekarang tidaklah jauh dari kata menyedihkan. Namun ia tetap memaksakan dirinya, ingin tahu dimana letak kesalahannya hingga Sasuke berkata seperti itu.

"Apa maksudmu?" Emeraldnya mengikuti, saat pria itu bediri dan berbalik membelakanginya. Sehingga ia tidak dapat melihat bagaimana ekspresi yang pria itu tampilkan.

Langkahnya yang Sasuke ambil terhenti. Tangannya yang menggantung disamping tubuh ia masukkan kedalam saku dan terkepal. Ia menunduk menatap kakinya dan mendecih setelah menggigit pipi dalamya keras.

Two Days In Your HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang