06

894 137 40
                                    

Dengan cepat ia menarik pintu dan betapa beruntungnya dirinya. Karena tak perlu repot lagi untuk mencari keberadaan Ken, sebab anak itu sudah ada dihadapannya sekarang.

Berdiri tepat didepan pintu kamarnya, dan ia tak mempedulikan alasan hantu kecil itu sudah muncul dihadapannya. Meskipun fakta sebenarnya yang tidak ia ketahui ialah Ken telah lama menunggu dirinya.

"Ken." Sakura menatap tajam kearah Ken yang memandangnya datar, dengan raut wajah yang sungguh membuat dirinya yang sudah kesal menjadi bertambah kesal.

"Aku tahu kau dibalik semua ini, kan?" Ucap Sakura dengan jari yang menunjuk kearah lehernya dan beralih menunjuk wajah Ken, "Mengakulah jika kau terkait dengan ini!" Dan kembali berucap dengan nada lebih tinggi dari sebelumnya.

Sakura sangat marah sekarang. Ia telah bersabar dalam berberapa hari ini. Yaitu, selama ia tinggal disini dengan berbagai hal yang dilakukan oleh hantu kecil yang jahilnya ia rasa kali ini sangat kelewatan.

Ia sudah memaklumi semua yang Ken lakukan. Ia membiarkannya, karena ia tau dan yakin bahwa Ken tak ada sedikitpun niat jahat padanya. Itu murni mungkin karena anak itu yang kesepian dan sendirian ditempat ini. Lagipula, hanya dirinya yang bisa berinteraksi dengannya.

Namun setelah ia biarkan begitu saja, ternyata kelakuan Ken malah semakin menjadi-jadi. Sakura tau, apa yang ia permasalahkan sekarang sangatlah tidak mungkin dilakukan oleh Ken. Tapi satu hal yang ia tahu pasti, ini semua perbuatan Ken. Bagaimanapun cara anak itu melakukannya, entah memanipulasi penglihatannya ataupun sesuatu lain yang berhubungan dengannya. Hanya untuk membuatnya percaya, dengan apa yang dilihatnya sekarang.

"Tidak." Ken menggeleng lalu memutar mata bosan setelahnya, "Tak ada untungnya untukku."

Sakura mengkerutkan keningnya, mendapatkan reaksi yang sebenarnya tidak ingin ia lihat dari Ken. Sementara Anak itu sendiri tengah bersidekap, dengan mata yang melirik kecil pada ruam merah yang anehnya dengan cepat mulai memburam. Seringaian tipisnya muncul, membuat sedikit kerutan disudut bibirnya, lalu kembali mendongak.

Mengangkat sebelah tangannya, "Aku pergi." Dan menghilang begitu saja. Meninggalkan Sakura bersama kekesalan yang sepenuhnya telah membuncah.

.

Sakura sedang berlari sekarang. Rambutnya berkibar, tersapu angin yang bertiup akibat bergesekan dengan udara, juga disebabkan oleh arah larinya yang berlawanan dari arah datangnya angin.

Ia tak perlu merasa takut dan khawatir tentang ruam pagi tadi. Benda itu hilang seketika, sesudah ia bicara dengan Ken. Membuat dirinya semakin percaya jika anak itulah yang sudah menjahilinya.

Ia ingin mengembalikan buku pinjaman ke Perpustakaan. Karena terlalu sibuk menyelesaikan catatannya, ia sampai melupakan bahwa hari ini adalah batas waktu peminjaman. Maka dari itu, ia bergegas dan berlari kencang menuju tempat yang dianggap surga bagi para pecinta buku tersebut. Dalam hati ia berharap, jika Perpustakaan masih buka.

"Hah..." Sakura menghembuskan nafasnya yang masih tersengal, ia menunduk dengan sebelah tangannya yang kosong, berpegang pada lutut. Dan harapannya yang menjadi doa disetiap langkahnya langsung musnah, ketika menemukan pintu Perpustakaan yang telah tertutup rapat.

Merasa perjuangannya menaiki banyak anak tangga dan melewati lorong panjang berakhir dengan sia-sia, Sakura pun berbalik dan mendudukkan dirinya kelantai. Tak memperdulikan bagaimana kondisi lantai yang bisa saja kotor, karena yang terpenting sekarang baginya ialah bisa beristirahat.

Sakura mengusap peluh yang mengalir melewati pelipisnya. Ia menjatuhkan tubuhnya, bersandar pada pintu yang ada dibelakangnya.

"Astaga!" Dan ia seketika terlonjak kaget. Posisinya tidak jadi menyandar, karena tak ada pintu yang seharusnya menahan punggungnya. Kondisinya berbeda dengan apa yang tadi ia lihat sebelum bersandar.

Two Days In Your HouseTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang